Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Dihadang Israel, Global Sumud Flotilla Tetap Lanjutkan Misi, 30 Kapal Masih Berlayar ke Gaza

Global Sumud Flotilla akan tetap melanjutkan misi mereka untuk mematahkan pengepungan, meski 13 kapalnya dicegat oleh Israel.

Kredit: Koalisi Freedom Flotilla
BERANGKAT KE GAZA - Kapal Handala Freedom Flotilla menyatakan memulai misi kemanusiaan ke Gaza. Global Sumud Flotilla akan tetap melanjutkan misi mereka untuk mematahkan pengepungan, meski 13 kapalnya dicegat oleh Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan dan kelaparan di jalur Gaza, sebuah upaya berani untuk mematahkan blokade laut Israel terus berlanjut.

Global Sumud Flotilla (Armada Keteguhan Global), sebuah konvoi kapal bantuan Internasional menegaskan komitmennya untuk mencapai Gaza meskipun menghadapi pencegatan dan agresi militer dari Angkatan Laut Israel.

Armada ini mulai berlayar pada akhir Agustus 2025 dengan membawa lebih dari 50 kapal yang mewakili setidaknya 44 negara. 

Misi mereka adalah membuka koridor kemanusiaan dan mengirimkan bantuan penting bagi warga Palestina.

Laporan terbaru dari Global Sumud Flotilla menunjukkan bahwa operasi pencegatan Israel telah mencapai skala yang signifikan. 

Hingga saat ini, 13 kapal telah dicegat dan disita oleh Angkatan Laut Israel, dan sejumlah aktivis di dalamnya telah ditangkap.

Kapal-kapal seperti Deir Yassin/Mali, Huga, Spectre, Adara, Alma dan Sirius termasuk di antara yang dihentikan, dikutip dari The New Arab.

Bahkan, beberapa kapal menjadi sasaran 'agresi aktif', termasuk dugaan serangan drone, meriam air hingga penabrakan kapal seperti yang dialami kapal Florida.

"Sekitar pukul 20.30 waktu Gaza (17.30 GMT), beberapa kapal Armada Sumud Global, termasuk Alma, Sirius, dan Adara, dicegat dan dinaiki secara ilegal oleh pasukan pendudukan Israel di perairan internasional," kata armada tersebut.

"Selain intersepsi yang terkonfirmasi, siaran langsung dan komunikasi dengan beberapa kapal lain juga terputus," tambah pernyataan tersebut.

Meskipun demikian, semangat para aktivis tidak surut.

Baca juga: Global Sumud Flotilla Ditahan, Sejumlah Aktivis Malaysia Unggah Video SOS Diculik Israel

"Penyadapan ilegal Israel tidak akan menghalangi kami," kata perwakilan kelompok itu, dikutip dari Al Jazeera.

Mereka akan tetap melanjutkan misi mereka untuk mematahkan pengepungan.

"30 perahu masih berlayar dengan kuat dalam perjalanan mereka ke Gaza, hanya 46 mil laut jauhnya, meskipun adanya agresi terus-menerus dari angkatan laut pendudukan Israel," lapor flotilla tersebut melalui X (dulunya Twitter).

Di dalam kapal-kapal tersebut terdapat muatan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, termasuk makanan, pasokan medis, dan kebutuhan pokok lainnya. Para peserta terdiri dari ratusan relawan, aktivis, dan anggota parlemen internasional, termasuk juru kampanye iklim Swedia Greta Thunberg dan cucu Nelson Mandela, Mandla Mandela.

Tekanan Internasional 

Penyadapan ini terjadi setelah peringatan keras dari Angkatan Laut Israel yang melarang armada tersebut memasuki zona eksklusi di lepas pantai Gaza.

Israel bersikeras bahwa bantuan kemanusiaan harus dikirim "melalui jalur yang telah ditetapkan."

Spanyol dan Italia, yang negaranya mengirimkan pengawalan angkatan laut untuk melindungi kapal-kapal di perairan internasional, telah mendesak kapal-kapal aktivis untuk menghentikan misi mereka sebelum memasuki zona larangan Israel (150 mil laut). 

Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, bahkan mengaitkan misi ini dengan potensi sabotase terhadap rencana perdamaian Gaza yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengklaim bahwa para aktivis yang ditahan akan dideportasi segera setelah hari raya Yahudi Yom Kippur berakhir. 

Namun, bagi para aktivis, tindakan Israel adalah kejahatan. 

"Yang ilegal adalah genosida Israel, blokade ilegal Israel terhadap Gaza, dan penggunaan kelaparan sebagai senjata oleh Israel," tegas Global Sumud Flotilla.

Sejarah Armada Bantuan dan Blokade Gaza

Upaya untuk menembus blokade laut di Gaza bukanlah hal baru.

Sejak Israel secara resmi memberlakukan blokade laut pada tahun 2009, yang mereka klaim perlu untuk mencegah penyelundupan senjata.

Berbagai konvoi kapal Internasional telah berusaha menentang pembatasan tersebut.

Kasus paling terkenal adalah Insiden Mavi Marmara pada tahun 2010. 

Pasukan komando Israel menaiki kapal Turki, Mavi Marmara, yang merupakan bagian dari Armada Kebebasan Gaza. 

Bentrokan sengit pecah, mengakibatkan 10 aktivis tewas.

Insiden ini memicu kecaman global dan memperburuk hubungan diplomatik Israel-Turki secara drastis.

Setelah insiden 2010, armada yang lebih kecil terus diorganisir. Israel biasanya mencegat kapal-kapal ini, mengalihkannya ke pelabuhan Israel, menyita kargo, dan mendeportasi para aktivis.

Pada tahun 2024, kapal Madleen, yang juga membawa Greta Thunberg, dicegat dan 12 orang di dalamnya ditahan.

Pada tahun 2025 ini, beberapa misi telah berlayar, tetapi Global Sumud Flotilla adalah upaya terbesar dalam beberapa tahun terakhir, yang menunjukkan adanya peningkatan desakan masyarakat sipil internasional untuk mengakhiri krisis di Gaza.

Meskipun ancaman penahanan, deportasi, dan bahaya fisik nyata, para aktivis Global Sumud Flotilla tetap bertekad untuk mengirimkan pesan dan bantuan kepada penduduk Gaza. 

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Global Sumud Flotilla dan Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved