Trump Gelar Uji Coba Senjata Nuklir Baru, Saingi Rusia di Tengah Ketegangan Global
Presiden Donald Trump perintahkan uji coba senjata nuklir usai Rusia sukses uji drone Poseidon, sinyal kembalinya perlombaan senjata nuklir global.
Perjanjian ini secara tegas melarang seluruh bentuk ledakan uji coba atom, baik untuk kepentingan militer maupun sipil.
Meski menimbulkan kekhawatiran internasional, Trump tetap membanggakan kekuatan arsenal nuklir negaranya.
“Amerika memiliki lebih banyak senjata nuklir daripada negara manapun di dunia. Kami telah melakukan pembaruan menyeluruh terhadap semua sistem yang ada,” ujar Trump dalam perjalanan menggunakan Air Force One.
Menurut data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Amerika Serikat saat ini memiliki sekitar 5.177 hulu ledak nuklir, sedikit di bawah Rusia yang memiliki 5.489 unit, sementara China tercatat memiliki sekitar 600 hulu ledak.
Secara keseluruhan, dunia kini menyimpan lebih dari 12.200 senjata nuklir yang tersebar di sembilan negara, termasuk AS, Rusia, China, Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara.
Para analis memperingatkan bahwa jika AS benar-benar melanjutkan uji coba nuklirnya, hal itu dapat memicu ketegangan baru serta melemahkan upaya perlucutan senjata global yang selama ini dijaga oleh komunitas internasional.
Langkah tersebut bisa memicu reaksi cepat dari Rusia maupun China, sekaligus melemahkan kepercayaan internasional terhadap perjanjian non-proliferasi.
Amerika terakhir kali melakukan uji coba nuklir bawah tanah pada September 1992 di Nevada dengan kekuatan 20 kiloton.
Setelah itu, Presiden George H. W. Bush menetapkan moratorium yang dilanjutkan hingga pemerintahan-pemerintahan berikutnya.
Sejak saat itu, pengujian senjata nuklir di AS digantikan oleh eksperimen simulasi komputer dan tes subkritis untuk memastikan keandalan sistem tanpa ledakan nyata.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.