Jumat, 14 November 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Indonesia Disebut Punya Peran Vital dalam Tahap Rekonstruksi Ekonomi di Gaza

Indonesia dipandang jadi salah satu negara yang bisa memainkan peran vital dalam membangun kembali Gaza, pasca-bombardir Israel.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
Tribunnews/Jeprima
REKONSTRUKSI GAZA - Massa aksi solidaritas untuk Palestina demo di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (7/10/2025). Indonesia dipandang jadi salah satu negara yang bisa memainkan peran vital dalam membangun kembali Gaza, pasca-bombardir Israel. 
Ringkasan Berita:
  • Dunia dorong kolaborasi sektor swasta dalam rekonstruksi Gaza. Inggris, Mesir, Palestina, dan Uni Eropa menyerukan pentingnya keterlibatan dunia usaha agar proses pembangunan kembali Gaza.
  • Indonesia dinilai berpotensi jadi mitra strategis. 
  • Dengan pengalaman dalam penguatan ekonomi berbasis komunitas dan pengembangan UMKM, Indonesia dianggap mampu berperan aktif dalam pemulihan ekonomi Gaza pascaperang.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejalan upaya internasional membangun kembali Gaza, sejumlah pihak menilai peran sektor swasta dan kolaborasi lintas-batas akan menjadi faktor penting dalam proses pemulihan ekonomi wilayah tersebut. 

Dengan pengalaman pembangunan berbasis komunitas dan kepemimpinan ekonomi yang bersifat inklusif, Indonesia dinilai dapat menjadi salah satu negara yang memainkan peran penting dalam proses tersebut.

Inggris, Mesir, dan Palestina menyerukan keterlibatan aktif sektor swasta dalam pembiayaan rekonstruksi Gaza dengan pernyataan bersama. 

Ketiga negara itu telah mengutarakan masalah tentang biaya pembangunan kembali wilayah tersebut yang akan mencapai angka fantastis puluhan miliar dolar. 

Inggris, Mesir, dan Palestina juga menyampaikan perlunya keahlian serta partisipasi sektor swasta dalam menjadi komponen kunci agar hasilnya berkelanjutan dan dipimpin oleh rakyat Palestina sendiri.

Pihak Uni Eropa pun sempat menyampaikan pentingnya keterlibatan negara-negara seperti Indonesia dalam pembangunan akar rumput di Gaza.

“Indonesia memiliki rekam jejak kuat dalam penguatan ekonomi berbasis komunitas. Pengalaman tersebut relevan dan dapat menjadi kontribusi nyata dalam proses rekonstruksi Gaza,” jelas Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Palestina dalam pernyataan pers di Ramallah pada 18 Januari 2024.

Banyak politisi lain yang memiliki pemikiran yang sama.

Dalam forum tingkat tinggi mengenai kemanusiaan dan pembangunan kembali Gaza, Sekjen PBB pernah menyoroti pentingnya dukungan negara berkembang seperti Indonesia.

“Kita tidak hanya membangun kembali gedung, kita membangun harapan. Komunitas internasional, termasuk negara-negara Asia Tenggara, memiliki peran nyata dalam menghidupkan kembali ekonomi Gaza,” kata António Guterres dalam sesi pengarahan PBB mengenai Gaza di New York pada 6 Januari 2024.

Ia menambahkan bahwa dukungan negara seperti Indonesia dapat “mengirim pesan penting bahwa solidaritas tidak hanya berupa bantuan kemanusiaan, tetapi juga peluang ekonomi jangka panjang.”

Pendiri dan Ketua Eksekutif Jerusalem Venture Partners (JVP), Erel Margalit, mengatakan rekonstruksi Gaza perlu dirancang sebagai agenda ekonomi yang melampaui tahap bantuan darurat. 

“Sudah waktunya ada sebuah new deal (kesepakatan baru) bagi kawasan kita. Kita membutuhkan rencana untuk hari setelah perang, dan hari setelah Gaza harus dimulai hari ini,” ujarnya.

Margalit, yang juga dikenal sebagai penggagas inisiatif Margalit Startup City di Yerusalem, menilai bahwa keterlibatan dunia usaha dapat menjadi katalis bagi stabilitas dan kemakmuran.

“Israel membutuhkan sebuah kesepakatan baru setelah perang. Tanpa rencana strategis untuk Gaza, tidak akan ada kemenangan,” jelasnya.

Menurut Margalit, selama lebih dari dua dekade, program inovasi yang ia jalankan di Yerusalem berhasil telah menyatukan komunitas Yahudi, Arab, dan Kristen dalam berbagai kegiatan ekonomi.

“Kami menggunakan inovasi untuk menyatukan berbagai bagian Yerusalem. Kota ini dulunya terpecah dan dilanda ancaman, tetapi kini kemajuan luar biasa telah terjadi, dengan tumbuhnya kerja sama di banyak bidang.”

Menurut Margalit, pendekatan serupa dapat diterapkan di Gaza dengan melibatkan generasi muda dan wirausaha lokal.

“Kita telah melihat bagaimana warga Arab Israel berhasil berintegrasi ke dalam ekonomi inovasi. Tidak ada alasan bagi pemuda Gaza untuk tidak menempuh jalan yang sama,” ucapnya.

Ia mengusulkan agar dunia menyiapkan rencana besar yang ia sebut sebagai Marshall Plan untuk Gaza.

Rencana ini akan melibatkan kolaborasi antara Israel, Mesir, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Otoritas Palestina, dan mitra-mitra lain. Jelasnya,

“Rencana ini harus melibatkan investasi besar dan perencanaan jangka panjang (untuk) membangun kembali kota dan infrastruktur sambil memberikan solusi cepat untuk perumahan, pendidikan, air, dan pekerjaan,” katanya.

Margalit menambahkan kebutuhan akan “arsitek yang mampu, kepemimpinan politik yang kuat, dan yang paling penting, optimisme serta visi konstruktif.”

Pemerintah Indonesia telah beberapa kali menyatakan kesiapan untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung proses rekonstruksi Gaza setelah tercapainya proses gencatan senjata.

Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa Indonesia akan bekerja sama dengan negara sahabat untuk memastikan bantuan yang diberikan akan berfokus pada kemanusiaan dan pembangunan ekonomi rakyat.

Selain diplomasi, pengalaman Indonesia dalam pengembangan UKM dan kolaborasi publik-swasta juga menjadi alasan yang kuat untuk terlibat mendalam dalam kebangkitan proyek ekonomi produktif di Gaza.

Melalui investasi, pelatihan, dan transfer teknologi, perusahaan Indonesia dinilai dapat membantu membuka lapangan kerja dan memperkuat kapasitas ekonomi lokal.

Margalit percaya bahwa kerja sama lintas batas dapat menjadi fondasi yang kuat untuk memastikan stabilitas jangka panjang ekonomi di Gaza

“Kerja sama ekonomi dapat mencapai hal-hal yang tidak mampu dicapai oleh politik, termasuk membangun kepercayaan, peluang, dan kemakmuran bersama,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya orientasi pembangunan yang berfokus pada masyarakat.

“Kita harus membangun untuk rakyat, bukan melawan siapa pun. Ketika proyek-proyek yang baik mulai tumbuh, yang lain akan terinspirasi untuk mengikuti. Di situlah perubahan sejati dimulai.”

Dalam laporan Gaza Rapid Damage and Needs Assessment (RDNA) yang dirilis secara publik pada 11 Maret 2024, World Bank menyatakan bahwa proses pemulihan Gaza hanya bisa berhasil dengan ditempuhnya pendekatan jangka panjang yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.

Salah satu kesimpulan utama laporan tersebut menyebutkan bahwa

“Keterlibatan sektor swasta yang terstruktur dan berkelanjutan akan menjadi kunci untuk menciptakan pemulihan ekonomi yang dapat bertahan dalam jangka panjang.”

Dengan pendekatan yang menempatkan sektor swasta sebagai mitra pembangunan dan Indonesia sebagai penghubung kawasan Asia dan Timur Tengah, rekonstruksi Gaza dinilai bisa melahirkan model baru ekonomi kolaboratif pascakonflik.

Baca juga: Trump Sebut Pasukan Perdamaian di Gaza Segera Tiba, Indonesia hingga Turki Kemungkinan Terlibat

“Rencana untuk hari-hari setelah perang harus dimulai dari sekarang,” tegas Margalit.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved