Jumat, 14 November 2025

Jepang dan Korea Selatan Memperkuat Kerja Sama Pertahanan di Tengah Tekanan Geopolitik

Jepang dan Korsel sama-sama bergantung pada jalur laut yang rentan untuk impor energi dan perdagangan internasional.

Editor: Wahyu Aji
Kolase Tribunnews.com
Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung (kanan) dan PM Jepang Sanae Takaichi. Jepang dan Korsel disebut sama-sama bergantung pada jalur laut yang rentan untuk impor energi dan perdagangan internasional. 

Menteri Luar Negeri Korea Selatan baru-baru ini memperingatkan bahwa “sikap Tiongkok membentuk kembali lanskap keamanan regional,” sambil menegaskan kembali komitmen Seoul terhadap kerja sama trilateral dengan Washington dan Tokyo.

Namun, tanpa aliansi formal Korea–Jepang, upaya pencegahan di kawasan tetap bersifat terfragmentasi.

Kareem menilai Amerika Serikat, yang selama beberapa dekade menjadi jangkar keamanan Asia Timur, kini dinilai semakin tidak dapat diandalkan. Diplomasi transaksional dan sikap ambivalen Presiden Donald Trump terhadap aliansi telah mengguncang keyakinan Tokyo dan Seoul.

“Meski Washington terus mendukung koordinasi trilateral, kapasitas strategisnya kini terpecah oleh berbagai komitmen global dan polarisasi politik dalam negeri,” tutur Kareem.

Model “hub-and-spokes” yang menempatkan AS di pusat dengan sekutu-sekutunya di pinggiran tak lagi memadai untuk menghadapi kebangkitan Tiongkok. Situasi saat ini menuntut integrasi horizontal di antara sekutu.

Aliansi militer Korea–Jepang akan melembagakan struktur komando bersama, sistem peringatan dini, dan protokol pertahanan kolektif—sehingga stabilitas regional tetap terjaga bahkan jika kehadiran militer AS tertunda atau teralihkan.

KTT Camp David 2023 telah meletakkan dasar bagi kerja sama trilateral yang lebih mendalam.

Institut Sejong menilai pertemuan itu sebagai “titik awal praktis menuju pelembagaan hubungan keamanan.” Buku Putih Pertahanan Jepang 2025 juga menggambarkan Korea Selatan sebagai “negara tetangga yang penting dan mitra strategis,” sambil mengidentifikasi Tiongkok sebagai “tantangan strategis terbesar.”

Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka

Perkembangan terkini semakin memperkuat arah tersebut. Setelah Dialog Shangri-La 2024, Tokyo dan Seoul sepakat bahwa koordinasi militer yang lebih erat akan menguntungkan kedua negara sekaligus memperkuat kerangka kerja AS–ROK–Jepang.

Biro Nasional Penelitian Asia mencatat bahwa “persepsi ancaman bersama terhadap Korea Utara dan Tiongkok” menjadi kunci bagi keberlanjutan kerja sama keamanan tersebut.

Menurut analisis Kareem, aliansi militer bilateral antara Jepang dan Korea Selatan dapat mengubah keduanya dari pihak yang rentan menjadi pilar tangguh dalam tatanan regional baru.

“Kerja sama ini dapat memperkuat otonomi strategis, mencegah agresi, dan menjaga Indo-Pasifik tetap bebas serta terbuka,” pungkasnya.

SUMBER

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved