Jumat, 14 November 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Trump Desak Presiden Israel Ampuni Netanyahu, Sebut Kasus Korupsi Bermotif Politik dan Tidak Adil

Presiden AS Donald Trump mendesak Presiden Israel Isaac Herzog untuk mengampuni PM Netanyahu dari kasus korupsi yang ia sebut politis.

Foto Tangkapan Layar Youtube White House
TRUMP DAN NETANYAHU. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di gedung putih AS pada Senin (29/9/2025) sore waktu AS. Trump mendesak Presiden Israel Isaac Herzog untuk mengampuni PM Netanyahu dari kasus korupsi yang ia sebut politis. Foto dari tangkap layar Youtube White House 
Ringkasan Berita:
  • Presiden AS Donald Trump mengirim surat resmi kepada Presiden Israel Isaac Herzog, meminta pengampunan penuh untuk PM Benjamin Netanyahu.
  • Trump menyebut kasus korupsi Netanyahu sebagai “penuntutan politik yang tidak adil” dan memuji perannya dalam gencatan senjata Gaza.
  • Herzog menegaskan grasi hanya bisa diberikan setelah proses hukum selesai.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump secara resmi mengirim surat kepada Presiden Israel, Isaac Herzog, meminta pengampunan penuh untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Dalam surat yang dikirim Rabu (12/11/2025), Trump menyebut tuduhan korupsi terhadap Netanyahu sebagai “tindakan hukum bermotif politik yang tidak sah” dan "tidak adil".

Ia memuji Netanyahu sebagai “pemimpin tangguh di masa perang yang kini memimpin Israel menuju perdamaian,” sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

Surat ini muncul sebulan setelah gencatan senjata yang ditengahi AS diberlakukan di Gaza, menandai langkah Trump yang semakin aktif dalam politik Israel.

Ia menilai Netanyahu berperan besar dalam penghentian perang yang menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina, termasuk 20.000 anak-anak, menurut data otoritas Gaza.

“Saya meminta Anda untuk sepenuhnya mengampuni Benjamin Netanyahu, yang telah menjadi Perdana Menteri yang tangguh dan tegas di masa perang, dan kini memimpin Israel ke masa damai,” tulis Trump dalam surat tersebut.

Dalam pernyataannya, kantor kepresidenan Israel menegaskan bahwa Herzog “menghormati dukungan teguh Presiden Trump terhadap Israel,” namun pengampunan harus diajukan secara resmi sesuai prosedur hukum.

Netanyahu sendiri mengucapkan terima kasih kepada Trump melalui akun X (Twitter).

"Seperti biasa, Anda langsung ke intinya. Saya berharap dapat melanjutkan kemitraan kita untuk memperkuat keamanan dan memperluas perdamaian," tulis Netanyahu di X.

Menurut BBC, Netanyahu telah menghadapi persidangan selama lima tahun atas tiga kasus korupsi yang mencakup dugaan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.

Baca juga: Gertak Netanyahu, Macron Minta Israel Setop Caplok Tepi Barat: Eropa Tak Akan Diam

Ia dituduh menerima hadiah mahal dari pengusaha, menawarkan bantuan untuk media pro-pemerintah, serta memberikan keuntungan regulasi kepada perusahaan telekomunikasi besar.

Netanyahu menolak seluruh tuduhan dan menyebut kasus itu sebagai “perburuan penyihir” oleh lawan politiknya.

Meski jabatan presiden Israel bersifat seremonial, konstitusi memberikan wewenang untuk memberi pengampunan.

Oleh karena proses hukum Netanyahu masih berjalan, Herzog tidak dapat memberikan grasi sebelum ada putusan pengadilan.

Istilah “perburuan penyihir” (witch hunt) adalah ungkapan kiasan yang berarti upaya tidak adil atau bermotif politik untuk menjatuhkan seseorang, biasanya melalui tuduhan atau penyelidikan yang dilebih-lebihkan.

Dalam konteks ini, Benjamin Netanyahu menyebut kasus korupsinya sebagai “perburuan penyihir” karena ia merasa diperlakukan tidak adil oleh lawan politiknya dan penyidik berusaha mencari-cari kesalahan untuk merusak reputasinya.

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, mendesak Herzog agar “mendengarkan Presiden Trump,” sementara pemimpin oposisi Yair Lapid memperingatkan bahwa langkah itu bisa mengancam independensi hukum Israel.

“Israel adalah negara berdaulat; ada batas untuk campur tangan asing,” kata Lapid dalam pernyataannya di Knesset.

Kalangan oposisi menilai desakan Trump bisa memperdalam polarisasi politik di Israel, sementara para pendukung Netanyahu melihatnya sebagai bentuk solidaritas dari sekutu lama Tel Aviv di Washington.

Skandal Kasus Korupsi Benjamin Netanyahu

Netanyahu selama lima tahun terakhir terseret dalam tiga kasus korupsi besar yang mengguncang politik Israel.

Kasus ini mencakup dugaan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan yang disebut sebagai salah satu skandal politik terbesar dalam sejarah negara itu.

Menurut laporan BBC, kasus-kasus tersebut—yang dikenal sebagai Case 1000, Case 2000, dan Case 4000—melibatkan jaringan hubungan antara Netanyahu, pengusaha kaya, dan eksekutif media ternama di Israel.

1. Kasus 1000: Hadiah Mewah dari Pengusaha

Dalam Case 1000, Netanyahu dan istrinya, Sara, dituduh menerima hadiah mewah dari pengusaha terkenal, seperti cerutu mahal, sampanye, dan perhiasan dengan nilai total ratusan ribu dolar AS.

sebagai imbalannya, Netanyahu diduga memberikan bantuan politik dan kemudahan bisnis kepada para pemberi hadiah.

Baca juga: 5 Populer Internasional: Jared Kushner dan Netanyahu Bahas Gaza - Trump Temui Presiden Suriah

Namun, Netanyahu membantah keras tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa hadiah itu hanya merupakan “tanda persahabatan pribadi” tanpa motif politik.

2. Kasus 2000: Upaya Mengatur Pemberitaan Media

Kasus kedua, Case 2000, menyoroti dugaan persekongkolan antara Netanyahu dan Arnon Mozes, pemilik surat kabar ternama Yedioth Ahronoth.

Dalam kasus ini, Netanyahu dituduh menawarkan kebijakan yang dapat membatasi oplah pesaing Yedioth, yakni Israel Hayom, dengan imbalan pemberitaan positif terhadap dirinya.

Laporan The Guardian menyebutkan bahwa percakapan rahasia antara keduanya sempat terekam, menjadi bukti kunci dalam penyelidikan.

3. Kasus 4000: Dugaan Suap di Sektor Telekomunikasi

Kasus terbesar dan paling serius adalah Case 4000, di mana Netanyahu dituduh memberi keuntungan regulasi bernilai jutaan dolar kepada perusahaan telekomunikasi raksasa Bezeq.

Sebagai imbalan, media online milik perusahaan itu, Walla News, disebut memberikan liputan positif tentang dirinya dan keluarganya.

Menurut Reuters, jaksa menuduh Netanyahu menggunakan kekuasaan politik untuk memperkaya pemilik Bezeq, Shaul Elovitch, sekaligus mengamankan citra publiknya menjelang pemilu.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved