Obesitas Jadi Masalah dalam Operasi Pengantian Sendi
Penyebab diperlukannya operasi ini adalah masalah berat badan atau obesitas selain akibat kemunduran dari fungsi sel
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Operasi ortopedi besar seperti penggantian sendi lutut total disebut dengan Total Knee Replacement (TKR) atau penggantian sendi panggul total disebut dengan Total Hip Replacement (THR) menjadi penting seiring dengan peningkatan jumlah penduduk usia tua.
Dr. dr. Andri Lubis, Sp.OT (K), dari Departemen Orthopaedi dan Traumatologi FKUI/RSCM menyatakan, operasi penggantian sendi panggul dan lutut paling sering dilakukan pada pasien berusia diatas 60-65 tahun, dengan angka keberhasilan cukup tinggi antara 80-90 persen.
"Tapi tentunya mempertimbangkan faktor usia dan kesehatan pasien," kata Andri saat Journalist Class “Trombosis : Silent Killer ! yang diselenggarakan Pfizer Indonesia di Jakarta, Jumat (4/10/2013).
Satu faktor penyebab diperlukannya operasi ini adalah masalah berat badan atau obesitas selain akibat kemunduran dari fungsi sel di tubuh atau yang dikenal dengan degeneratif.
"Tiap pembedahan memiliki risiko terjadinya DVT yang tinggi jika tanpa pencegahan, seperti pembedahan panggul dapat mencapai risiko 50 persen sementara pembedahan umum memiliki angka kejadian sekitar 20 persen," katanya.
DVT atau tromboemboli dapat di cegah dengan pemberian tromboprofilaksis atau antikoagulan yaitu obat anti penggumpalan darah, tetapi tentunya tanpa mengakibatkan risiko pendarahan.
"Meski demikian, pemberian tromboprofilaksis sangat penting untuk menghindari terjadinya morbiditas dan mortalitas dan juga harus memperhatikan pilihan pengobatan yang tersedia," katanya.
Untuk itu, sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pasien agar mendapatkan manfaat yang optimal dengan mempertimbangkan efikasi atau efektivitas dari obat serta harga yang mudah dijangkau oleh pasien.
Saat ini, di Indonesia tersedia tromboprofilaksis baik dalam bentuk oral maupun injeksi. Sediaan dalam bentuk oral dapat meningkatkan kenyamanan dan kepatuhan bagi pasien yang menjalani pembedahan umum maupun pembedahan panggul karena penggunaan yang mudah dan dapat dikonsumsi bagi pasien rawat jalan.
Diantara beberapa pilihan obat oral tromboprofilaksis adalah golongan Faktor Xa yaitu Apixaban dan Rivaroxaban, serta golongan Direct Thrombin Inhibitor (DTI) yaitu Dabigatran.
Matthew Golden, Marketing Director PT Pfizer Indonesia menyatakan, Pfizer memperkenalkan tromboprofilaksis golongan Apixaban di Indonesia. "Apixaban memiliki efektivitas yang unggul dalam pencegahan VTE setelah operasi panggul dan lutut dengan dosis 2,5 mg sebanyak dua kali sehari tanpa meningkatkan risiko pendarahan," katanya.
Dibandingkan dengan enoxaparin dengan dosis 40 mg satu kali sehari, dan saat ini Apixaban merupakan salah satu antikoagulan oral yang diminum setelah 12-24 jam pasca operasi, sehingga pasien dapat cukup beristirahat setelah tindakan serta memudahkan pasien untuk meminumnya setelah keluar rumah sakit dibandingkan dengan antikoagulan sistem injeksi.