Virus Corona
Penelitian Terbaru: 78 Persen Orang yang Positif Corona Tak Tunjukkan Gejala
Para petugas medis mengungkap tentang besarnya persentase pasien tanpa gejala setelah menganalisis data yang dikumpulkan.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Hingga hari ini, Jumat (17/4/2020), menurut data dari Worldometer, jumlah kasus corona di dunia mencapai 2.184.681.
Sementara kematian akibat virus corona yakni sebanyak 146.898 jiwa, yang sembuh sebanyak 553.227 orang.
Di balik kasus corona yang terus meningkat, gejala yang ditimbulkan akibat corona kian beragam.
Masyarakat dapat terinfeksi dengan adanya gejala utama di awal yakni demam, batuk hingga sesak napas.
Namun terbaru sebuah penelitian banyak juga masyarakat yang terinfeksi virus tersebut tanpa adanya gejala.
-
Baca: Pandemi Covid-19 Bikin Program Berantakan, Shin Tae-yong Ajak Timnas Indonesia TC di Korea Selatan
Namun, sebuah penelitian baru-baru ini yang diterbitkan oleh British Medical Journal (BMJ) telah menyebutkan bahwa sebanyak 78 persen orang yang terinfeksi covid-19 mungkin tidak menunjukkan gejala.
Dilansir dari The Sun, dan apabila seseorang yang positif covid-19 'tanpa gejala' , maka risiko menulari orang lain meningkat, karena orang tidak tahu untuk melakukan isolasi sendiri.
Para petugas medis mengungkap tentang besarnya persentase pasien tanpa gejala setelah menganalisis data yang dikumpulkan.
Dan yang diterbitkan setiap hari oleh otoritas Pemerintahan China mulai 1 April 2020 tentang jumlah kasus virus covid-19 di negara itu.
Dan penelitian ini mengungkapkan 130 orang dari total 166 yang terinfeksi virus corona, atau sekitar 78 persennya, tidak menunjukkan gejala.
Sementara 36 kasus positif lainnya rupanya terinfeksi seusai melakukan perjalanan ke luar negeri.
Tom Jefferson, seorang ahli epidemiologi dan peneliti kehormatan di Universitas Oxford, mengatakan penelitian tersebut sangat penting.
"Sampel kecil, dan lebih banyak data akan tersedia. Sehingga jelas bagaimana tepatnya kasus-kasus ini diidentifikasi."
"Tapi katakan saja mereka dapat digeneralisasikan. Dan bahkan jika mereka yang positif dalam penelitian 10 persen ke luar negeri, maka ini menunjukkan virus ada di mana-mana."
Hingga akhirnya kebijakan pun muncul yakni dengan adanya tes antibodi skala besar, untuk menunjukkan berapa banyak orang yang sudah memiliki virus corona.