Selasa, 12 Agustus 2025

Stunting di Indonesia

Dampak Stunting pada Balita dalam Jangka Pendek dan Panjang

Inilah dampak stunting pada balita dalam jangka pendek dan panjang. Stunting bisa mempengaruhi masa depan si kecil.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Endra Kurniawan
Freepik
Ilustrasi - Inilah dampak stunting pada balita dalam jangka pendek dan panjang. Stunting bisa mempengaruhi masa depan si kecil. 

TRIBUNNEWS.COM - Stunting merupakan satu masalah kesehatan yang rentan terjadi pada anak.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.

Kondisi ini terjadi pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu mulai janin hingga anak berusia 24 bulan atau 2 tahun.

Dikutip dari genbest.id, stunting menyebabkan perawakan balita menjadi kerdil atau sangat pendek.

Bagaimana kita tahu seorang anak terkena stunting?

Berdasarkan standar WHO, pertumbuhan anak berusia 0-5 tahun dikatakan mengalami stunting bila di bawah -2 standar deviasi grafik pertumbuhan anak dan disebut stunting berat bila di bawah -3.

Baca juga: Ciri-ciri Stunting pada Anak dan Langkah Pencegahan yang Harus Dilakukan Orang Tua

Bagi orangtua, stunting tidak bisa dianggap remeh. Bahkan perlu adanya pencegahan agar si kecil tidak mengalami stunting.

Pasalnya, stunting memiliki dampak yang bisa berpengaruh luas hingga mencakup banyak aspek.

Bahkan dampak stunting tak hanya dalam jangka pendek, tapi juga jangka panjang sehingga mempengaruhi masa depan si anak.

Merangkum dari sejumlah sumber, inilah dampak stunting pada balita baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang:

1. Jangka Pendek

- Anak menjadi sering sakit

Ilustrasi anak sakit.
Ilustrasi anak sakit. (Ist/Kompas.com)

Daya tahan tubuh anak dengan kondisi stunting lebih lemah jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.

Si kecil akan mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus.

Lantaran daya tahan tubuh mereka rendah, maka proses penyembuhan anak stunting menjadi lebih lama.

- Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak tidak optimal

Dikutip dari nestlehealthscience.co.id, anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak.

Pengaruhnya terlihat pada kemampuan kognitif si kecil.

Mereka cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat dalam aktivitas yang melibatkan kegiatan mental atau otak.

Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami penurunan fungsi intelektual.

Termasuk kesulitan memproses informasi serta susah berkomunikasi.

Hal ini tentu mempengaruhi proses belajar anak di sekolah dan di rumah sekaligus membuat mereka kesulitan bergaul serta bermain bersama rekan sebaya.

Stunting juga akan memengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya anak bisa saja terlambat bicara atau berjalan.

2. Jangka Panjang

- Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa

ILUSTRASI stunting - Inilah ciri-ciri stunting atau bentuk kegagalan pertumbuhan pada anak yang harus diketahui oleh para orang tua. Lakukan tindakan pencegahan ini.
ILUSTRASI stunting. (fanssea.searca.org)

Kekurangan gizi kronis sehingga menyebabkan stunting akan menghambat pertumbuhan otot.

Oleh karena itu, perkembangan tubuh anak pun otomatis lebih lambat dari anak-anak seusianya.

Postur tubuh mereka akan lebih pendek dibandingkan pada umumnya.

- Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya

Dampak stunting lain saat dewasa adalah anak lebih rentan mengalami penyakit tidak menular.

Penyakit tidak menular tersebut bisa berupa diabetes, obesitas, penyakit jantung, kanker, dan hipertensi.

Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal.

Alahsil pembentukan fungsi sel tubuh dan lainnya tidak sempurna.

- Prestasi belajar pada masa sekolah tidak optimal

Ilustrasi belajar online
Ilustrasi belajar online (istimewa)

Lantaran pertumbuhan otak yang terganggu, maka prestasi belajar anak stunting pada masa sekolah juga tidak optimal.

Berdasarkan sebuah jurnal, anak-anak dengan stunting memiliki peringkat rata-rata yang lebih rendah secara
signifikan dibandingkan dengan anak-anak dengan tinggi normal.

Selain itu, anak-anak dengan stunting yang parah memiliki peringkat rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dengan tinggi badan normal.

Penelitian lain juga menunjukkan, anak yang berperawakan pendek memiliki fokus dan tingkat konsentrasi yang lebih rendah sehingga bisa memengaruhi prestasinya di sekolah.

- Produktivitas kerja rendah

Stunting juga berdampak terhadap produktivitas dan performa kerja ketika anak menjadi dewasa.

Ditemukan, orang dewasa dengan tubuh pendek memiliki performa dan produktivitas kerja yang lebih rendah.

Hal ini kemudian menyebabkan penghasilan ekonomi mereka lebih rendah.

Hal senada juga pernah disampaikan Peneliti dari Universitas Padjadjaran, Siti Komsiah.

Menurutnya, stunting dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, ketika berada pada usia produktif.

Mengingat begitu banyak dampak stunting, maka pencegahan stunting menjadi sangat penting.

Sebab, apalagi anak sudah didiagnosa menderita stunting, maka kondisi gangguan pertumbuhannya tidak bisa dikembalikan seperti semula.

Walaupun diberikan makanan yang kaya gizi, tapi tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan