Gangguan Pendengaran Bisa Dideteksi pada Bayi Berusia Dibawah 6 Bulan
Dokter THT dr. Rangga Rayendra Saleh menerangkan, gangguan pendengaran merupakan silent disability, lantaran anak terlihat normal-normal saja.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorok) dr. Rangga Rayendra Saleh menerangkan, gangguan pendengaran merupakan silent disability, lantaran anak terlihat normal-normal saja.
Baca juga: Benarkah Terapi Pijat Bisa Sembuhkan Gangguan Pendengaran? Begini Kata Dokter THT
Karena itu, orangtua harus perhatikan tumbuh kembang anak.
Ia menyarankan orang tua untuk membawa buah hati untuk melakukan skrining pendengaran ke rumah sakit.
Gangguan pendengaran bisa dideteksi pada usia bayi berusia 1 bulan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lengkap pada usia 3 bulan.
Baca juga: Telinga Berdenging? Kenali Faktor Penyebab yang Disampaikan oleh Dokter Spesialis THT Berikut Ini
Jika terdeteksi gangguan pendengaran dibawah 6 bulan maka anak bisa segera dilakukan intervensi untuk mendukung perkembangan bahasa dan bicara anak.
Anak akan direhabilitasi misalnya melalui alat bantu dengar.
“Paling lambat usia 6 bulan sudah mulai diintervensi,” tutur dr Rangga saat ditemui dalam press conference Nobel Run 2025: Berlari Bersama Teman Tuli, di Jakarta, Rabu (11/6/2025).
Sayangnya masih banyak orangtua yang belum sadar terhadap pentingnya deteksi dini.
Gangguan pendengaran pada anak yang terlambat ditangani akan mengganggu tumbuh kembang anak.
Orangtua harus curiga ada gangguan pendengaran saat anak usia 6 bulan belum juga menunjukan bubbling, kemudian 11 bulan atau 12 bulan anak belum bisa 1 atau 2 kata.
“Deteksi pendengaran yang paling mudah pada saat anak mengalami keterlambatan bicara. Sebenarnya kalau terdeteksi di atas usia 1 tahun itu sudah terlambat apalagi jika orangtua baru datang ke dokter pada usia 2 – 3 tahun,” kata dia
Ia menjelaskan juga, pentingnya penggunaan alat bantu dengar bagi penderita gangguan pendengaran baik alat bantu dengar konvensional maupun implan koklea.
Alat bantu dengar merupakan teknologi alat untuk gangguan pendengaran terutama buat mereka yang tuli sejak lahir.
Dengan bantuan alat itu memungkinkan mereka lebih mudah menjalani kegiatan sehari hari misalnya penggunaan alat Implan Koklea lewat metode operasi tanam.
“Ada perbedaan yang signifikan, jika anak yang sedini mungkin sudah diintervensi dengan alat bantu dengar. Mereka akan berkomunikasi dengan baik seperti anak tanpa gangguan pendengaran. Sementara anak yang terlambat diintervensi biasanya akan mengalami kesulitan berkomunikasi, seperti kurang jelas dalam melafalkan kalimat,” ungkap dia.
Merujuk data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), di Indonesia terdapat sekitar 18,9 juta penyandang disabilitas pendengaran.
Sayangnya, sebagian besar dari mereka belum mendapatkan alat bantu dengar karena harganya yang tinggi dan distribusi yang terbatas.
Berangkat dari kondisi ini, CI Business Development PT. Nobel Jaya Mandiri Roy Andre Simanungkalit menjelaskan, kegiatan Nobel Run akan dikemas dalam charity run inklusif yang mengajak masyarakat untuk tidak hanya berolahraga tetapi juga berkontribusi dalam memberikan akses alat bantu dengar bagi anak-anak dan komunitas teman tuli di Indonesia.
Acara puncak digelar pada 6 Juli 2025 di Senayan Park event lari ini terdiri dari 5K dan 10 K, yang digelar dengan dukungan SalingJaga dan Kitabisa.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.