Darah Rendah Tak Selalu Anemia, Ini Cara Membedakan dan Mengetahui Risiko yang Mengintai
Banyak masyarakat menyamakan istilah “darah rendah” dengan anemia. Padahal, menurut dokter kedua kondisi ini berbeda secara medis. Bagaimana bedanya?
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak masyarakat menyamakan istilah “darah rendah” dengan anemia.
Padahal, menurut menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K), kedua kondisi ini berbeda secara medis.
Baca juga: Lemas Setelah Beristirahat? Bisa Jadi Bukan Sekadar Lelah, Tapi Anemia
“Kalau ada yang bilang darah saya rendah, itu harus diklarifikasi dulu. Maksudnya tekanan darah rendah (hipotensi), atau sel darah merahnya yang kurang?” jelas dr Andi pada talkshow kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Senin (16/6/2025).
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah kondisi di mana tekanan sistolik (angka atas) dan diastolik (angka bawah) lebih rendah dari normal, misalnya 80/50 mmHg.
Sementara anemia adalah kondisi rendahnya jumlah atau kualitas sel darah merah dalam tubuh.
“Dua kondisi ini bisa berdiri sendiri, bisa juga terjadi bersamaan. Tapi tidak semua orang dengan darah rendah pasti mengalami anemia,” tegasnya.
Jika seseorang memiliki tekanan darah rendah secara kronis, tubuh biasanya sudah melakukan adaptasi. Gejala seperti lemas tidak selalu muncul.
Sebaliknya, jika seseorang mengalami anemia berat, maka walaupun tekanan darahnya normal, tubuh tetap akan terasa sangat lemas, sulit konsentrasi, dan mudah pingsan karena distribusi oksigen terganggu.
Gejala Mirip, Begini Cara Bedakan Anemia dan Darah Rendah
Karena gejalanya mirip, lemas, lesu dan pucat masyarakat sering kesulitan membedakan antara anemia dengan darah rendah.
Itulah mengapa dr. Andi menyarankan agar masyarakat tidak mengandalkan asumsi, melainkan memeriksakan diri.

“Cek darah lengkap sangat penting. Bisa lihat kadar hemoglobin, hematokrit, ukuran sel darah, dan sebagainya. Kalau hanya cek tekanan darah, itu enggak cukup,” tegasnya.
Melalui pemeriksaan darah, tenaga medis bisa menilai apakah seseorang mengalami anemia mikrositik (sel darah kecil), anemia normositik, atau mungkin ada gangguan lain seperti kekurangan elektrolit.
Kementerian Kesehatan RI telah menyediakan berbagai program skrining kesehatan gratis.
Namun, masih banyak masyarakat yang tidak memanfaatkannya.
“Kita kadang cuma periksa satu data: tekanan darah. Padahal komponen dalam darah banyak, termasuk elektrolit, mineral, bahkan hormon,” jelasnya.
Menurut dr. Andi, anemia yang tidak ditangani dengan baik bisa berujung pada masalah serius, terutama bila berkaitan dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal atau infeksi menahun.
“Kalau anemia berat, tubuh jadi cepat capek, produktivitas menurun, bahkan bisa memperberat penyakit lain. Jadi jangan anggap sepele,” pungkasnya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.