Minggu, 28 September 2025

Sering Nyeri Leher? Bisa Jadi Gangguan Serius pada Saraf, Otot, atau Struktur Tulang Belakang

Jika dibiarkan, nyeri yang awalnya datang dan pergi bisa berkembang menjadi kondisi kronis. Jangan anggap sepele kondisi ini.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
IST
ILUSTRASI. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pernah merasa leher tiba-tiba kaku, kepala berdenyut nyut-nyutan, dan lama-kelamaan tangan ikut kesemutan?

Jika ya, sebaiknya jangan buru-buru panik, tapi juga jangan disepelekan.

Kondisi ini bisa menjadi sinyal adanya gangguan serius pada saraf, otot, atau struktur tubuh lainnya, seperti tulang leher. 

Menurut dokter spesialis ortopedi (Sp.OT) dengan subspesialisasi konsultan tulang belakang (K-Spine) dr. Didik Librianto, Sp.OT(K), dari Rumah Sakit Fatmawati, keluhan tersebut bisa jadi merupakan gejala dari neck pain atau nyeri leher yang tidak boleh dianggap sepele.

"Nyeri leher itu bila dia disertai nyut-nyutan, di pundak, di belikat, terasa tertusuk, entah satu sisi atau dua sisi. Atau dengan nyeri menjalar ke lengan atas atau lengan bawah. Atau kita ada kebas-kebas di jari-jari kita,"ungkap dr. Didik pada talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Kamis (31/7/2025).

"Nah itu adalah sebuah nyeri leher yang kita bahas diagnosanya sebagai neck pain," lanjutnya. 

Gejala yang Sering Diabaikan

Banyak orang mengira nyeri leher atau kepala hanyalah akibat kelelahan atau tekanan darah tinggi. 

Namun ketika pengobatan tidak menunjukkan hasil, bisa jadi sumber masalahnya berasal dari struktur leher itu sendiri, terutama tulang belakang bagian servikal.

"Penyebabnya paling banyak dari daerah servikal atau tulang leher kita. Bisa karena tekanan saraf, sendi yang mengalami pengapuran atau bantalannya yang bermasalah," jelasnya.

Jika dibiarkan, nyeri yang awalnya datang dan pergi bisa berkembang menjadi kondisi kronis. 

Keluhan seperti kesemutan di ujung jari, atau otot tangan yang mulai mengecil, dapat menjadi pertanda adanya gangguan saraf yang serius.

Menurut dr. Didik, kasus nyeri leher meningkat drastis dalam dua dekade terakhir, bahkan kini menyaingi angka keluhan nyeri pinggang bawah (low back pain).

"Sekarang di dunia menjadi meningkat. Meningkat malah melebihi nyeri pinggang bawah. Kenapa? Karena banyaknya penggunaan media seperti gadget, TV atau pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi di satu posisi," katanya.

Selain faktor posisi duduk dan kebiasaan bekerja, berat badan berlebih hingga olahraga intensitas tinggi juga bisa memicu terjadinya gangguan pada leher.

Menyerang Berbagai Usia

Keluhan nyeri leher tidak hanya dialami orang dewasa atau lansia, tetapi juga remaja. 

Anak-anak muda yang gemar bermain ponsel sambil tiduran dengan posisi miring, atau yang aktif berolahraga tanpa pemanasan cukup, juga berisiko mengalami cedera leher.

"Pada remaja bila terjadi, yang paling sering adalah nomor satu karena olahraga. Nomor dua karena posisi belajar yang tidak tepat. Tapi pada kasus seperti itu biasanya tidak berat," imbuhnya.

Namun, penting untuk tetap waspada karena keluhan ringan pun bisa berkembang jika tidak ditangani.

Menurut dr. Didik, penting bagi siapa pun yang mengalami nyeri leher berkepanjangan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. 

Bila nyeri berlangsung lebih dari dua hingga tiga minggu tanpa perbaikan setelah minum obat atau terapi, maka perlu pemeriksaan lebih lanjut.

"Misalnya dia sudah minum obat, sudah berobat, sudah terapi tapi tidak hilang-hilang, nyeri lehernya sudah tiga minggu terus menerus atau dua minggu ke atas. Coba dicek dulu, apakah perlu rontgen atau pemeriksaan lanjutan," tutupnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan