Keprihatinan Auguste Soesastro di Koleksi Terbarunya
Perancang mode Auguste Soesastro merasa prihatin terhadap kondisi alam saat ini.
Keprihatinan Auguste Soesastro di Koleksi Terbarunya
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM -- Perancang mode Auguste Soesastro merasa prihatin terhadap kondisi alam saat ini. Keprihatinannya memuncak saat Jakarta dan New York, kota yang didomisilinya, dilanda bencana alam hebat beberapa waktu lalu.
"Kita tidak bisa lagi menyangkal dampak kependudukan masyarakat modern terhadap lingkungan," tutur Auguste dalam keterangan persnya.
Maka itu, perancang yang pernah menimba ilmu di Ecole de la Chambre Syndicale de la Couture Paris ini ingin ikut menyelamatkan alam. Tentu saja, tak lain lewat kreasi busananya.
Tadi sore, Kamis (14/2/2012) Auguste menampilkan kreasi busana siap pakai terbarunya untuk label Kraton koleksi Fall/Winter 2013-2014 di Indonesia Fashion Week 2013.
Dalam proses pembuatan, Auguste betul-betul menggunakan kain sehemat dan semaksimal mungkin agar bahan tak terbuang percuma. Misal, ia hanya menggunaka bahan sepanjang 90 cm hanya untuk sebuah jaket.
"Penghematan" ini sebetulnya memang senada dengan kareter desain Auguste yang simple dan berpotongan bersih (clean-cut).
Seperti sederet busana yang membuka pagelarannya tadi. Ia menampilkan pilihan busana musim dingin yang berkesan gelap, kaku dan androgyny look.
Oversized coat hitam yang dipadukan dengan terusan pendek hitam, setelan satu warna yang tediri dari coat, blouse, celana panjang warna cokelat, adalah bebarapa look di awal pagelaran.
Sesekali unsur kedaerahan terselip di tampilan "dingin" ini, misal dengan hadirnya kain ayotophas khas Timor Timur bermotif geometris yang digunakan sebagai shawl, dan atasan batik berbahan silk crepe bermotif tirto tejo, yang berarti air dalam bahasa Jawa.
Auguste tidak hanya berkutik dengan warna gelap saja. Di tengah pagelaran, muncul deretan busana berwarna cerah seperti oranye, magenta, merah api dan fuchsia dalam nuansa color-blocking.
Walau terlihat simpel, bukan berarti busana itu dibuat dengan cara yang mudah. Auguste tetap memerhatikan detail jahitan. Untuk menghasilkan jahitan yang sempurna, Auguste bisa menghabiskan waktu 60 jam untuk menjahit satu potong jaket misalnya.
Deretan gaun berleher asimetris dan halter berwarna abu-abu, coklat dan merah menutup pagelaran. Gaun tersebut merepresentasikan The Moirai, mitologi Yunani yang mengisahkan tiga dewi keyakinan yang mempersonifikasikan takdir manusia yang tak bisa dielak.
Baca juga: