Parenting
Siasat Menegur Balita Tanpa Membuatnya Menangis
Ini siasat menegur balita tanpa harus membuatnya menangis dan sakit hati.
Editor:
Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Kemarahan orangtua kepada anak bertujuan agar anak memahami aturan-aturan yang ada, khususnya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tetapi, bagaimana cara menegur anak usia balita ?
Maklum saja, dari sisi tahapan perkembangan, anak usia balita masih memiliki banyak keterbatasan dalam berpikir dan memahami emosi. Mereka masih butuh bimbingan dan arahan konkret untuk melakukan sesuatu dengan benar sesuai yang diinginkan orangtua.
Dari aspek emosi, ujar psikolog Aurora L. Toruan, Msi, anak balita belum memiliki kemampuan memahami perasaan dan mencerna pendapat orang lain dengan tepat. “Kemampuan perspective taking ini akan semakin optimal saat anak memasuki pertengahan usia sekolah, yaitu sekitar usia 9 – 10 tahun,” ujarnya.
Mengingat anak balita cenderung kurang dapat memahami tujuan di balik kemarahan orangtua, maka bila orangtua sering memarahinya, terutama dengan berteriak atau membentak dengan suara yang keras, anak akan lebih mudah dikuasai perasaan bersalah atau takut.
“Bila berlangsung terus-menerus, hal ini justru akan membawa dampak negatif, seperti berkurangnya rasa percaya dan kedekatan anak terhadap orangtua,” tambah Aurora.
Bolehkah Mencubit?
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa hukuman dengan kekerasan atau dengan sikap kasar lebih banyak memberikan dampak negatif. Di antaranya, anak memiliki rasa bersalah yang besar, kurang percaya diri, menjauhi orangtua, bahkan bisa juga anak jadi meniru perilaku kasar tersebut.
Sebelum mengambil langkah, orangtua perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai melalui kemarahannya.
“Orangtua perlu melihat perilaku anak dari berbagai sudut pandang. Apakah anak sudah memahami apa yang kita sampaikan? Apakah ia sudah paham, namun terbiasa dengan pola harus dimarahi dulu baru mau menurut? Orangtua perlu lebih dahulu mengelola kemarahannya sebelum mengambil jalan keluar untuk membentuk perilaku anak,” terang Aurora. (Hasto Prianggoro)