Bocah Penderita Autisme Dihukum hingga Babak Belur oleh Staf Sekolah, Orang Tua tak Terima
Pasangan asal Texas, Amerika Serikat terkejut sekaligus geram melihat cara pihak sekolah memperlakukan anak mereka.
Penulis:
Pravitri Retno W
Editor:
Natalia Bulan Retno Palupi
TRIBUNNEWS.COM - Pasangan asal Texas, Amerika Serikat (AS) terkejut sekaligus geram melihat cara pihak sekolah memperlakukan anak mereka.
Setiap orang tua pasti tidak ingin hal buruk terjadi pada anaknya.
Sebisa mungkin, apapun dilakukan supaya si anak tidak terluka ataupun merasa tersakiti.
Namun, sebagai orang tua tak berarti harus mengawasi buah hatinya selama 24 jam.
Terlebih saat berada di sekolah.
Baca: Teknologi 5G Akhirnya Resmi dioperasikan di Indonesia
Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi para anak-anak.
Tapi, keamanan yang seharusnya dirasakan anak-anak di sekolah, tak dialami oleh Thomas Brown, murid Alexander Elementary School, Denton, Texas.

Dilansir Tribunnews dari UNILAD, orang tua Thomas, Emily dan Robert Brown mengaku syok melihat video yang merekam sikap pihak sekolah pada anak mereka.
Insiden yang terekam video ini diketahui terjadi pada akhir April 2018 lalu.
Thomas merupakan penderita autisme yang membutuhkan perhatian ekstra dan tidak bisa diperlakukan sama seperti anak lainnya.
Bocah berusia sepuluh tahun ini terekam video tengah dibaringkan paksa ke lantai oleh seorang staf sekolah.

Insiden ini bermula saat Thomas mulai kehilangan konsentrasi dan menggoda temannya.
Tak hanya itu, ia mengabaikan guru yang tengah mengajar di kelasnya.
Thomas pun diberi hukuman dengan cara mengisolasi dirinya di dalam ruangan kecil.
Karena tak kunjung tenang dan masih saja berontak, para guru memanggil seorang staf bernama Eric Coulston untuk meminta bantuan.
Baca: Ambisi India Kirim Astronot ke Luar Angkasa pada 2022
Eric yang berasal dari departemen kepolisian Denton berusaha menenangkan Thomas dengan memaksanya berbaring di lantai sementara tangannya dipegang erat di bagian belakang tubuh.

Dalam video yang terekam lewat kamera dada, putra pasangan Emily dan Robert ini terlihat memberontak dan mencoba melarikan diri.
Sayang, cara Eric dan para guru ini justru membuat Thomas semakin berontak.
Ketika Thomas menjadi semakin agresif, terdengar Eric mengatakan, "Apakah kamu ingin diborgol? Atau tidak?"
Karena Thomas tak kunjung tenang, kedua tangannya diborgol oleh Eric.

Berdasarkan sebuah laporan, selama dua jam Thomas menjalani 'hukumannya', ia hanya diperbolehkan duduk jika sudah tenang.
Bahkan ia sempat mendapatkan 'hukuman tambahan' karena merobek tisu dan membuangnya ke arah guru.
"Itu adalah penyiksaan yang membuatnya trauma," kata Emily, ibu Thomas.
Awalnya, kedua orang tua Thomas merasa ada yang tak beres saat melihat ada memar di tubuh sang anak setelah pulang sekolah.
Baca: Yuki Kato Bicara Soal Hubungannya dengan Rio Haryanto
Emily dan Robert pun semakin merasa curiga karena Thomas menjadi sangat gelisah saat ditanya apa yang terjadi dengannya.


Saat mengetahui Thomas mengalami kekerasan di sekolah, Emily dan Robert pun segera melaporkan kejadian ini.
Mereka meminta penjelasan dan pertanggungjawaban pihak sekolah atas sikap seorang staf pada Thomas yang dinilai sangat berlebihan.
Sayang, dalam sebuah pernyataan tertulis pihak sekolah mengatakan Thomas terlibat dalam perilaku fisik yang tidak aman dan bisa menyakiti diri sendiri.
Baca: Kisah Katie Stubblefield, Wanita yang Kehilangan Separuh Wajah Akibat Percobaan Bunuh Diri
"Kami sebagai orang tuanya tidak akan pernah berhenti memperjuangkan hak Thomas atau anak-anak lain yang mengalami kekerasan di sekolah," kata orang tua Thomas.
Saat ini, kedua orang tua Thomas meminta agen investigasi swasta untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus kekerasan yang menimpa anaknya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)