Selasa, 12 Agustus 2025

Bursa Capres

Fahri Hamzah Beberkan Tipikal Pemilih Prabowo, Anies, dan Ganjar: Singgung Rasional dan Emosional

Fahri Hamzah mengaku khawatir bila tiba-tiba yang muncul ke permukaan adalah sosok pemimpin bukan seorang petarung.

Tribunnews/Ridho Hendrikos
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menilai pemilih di Indonesia hendaknya tidak terlena dengan ketokohan atau figur calon presiden (Capres) semata.

Menurutnya, yang terpenting bagi pemilih adalah mencerna gagasan dari calon pemimpin tersebut.

Dikatakannya, dalam proses berdemokrasi memilih orang berdasarkan figur sebagai calon pemimpin atau calon presiden seharusnya dilakukan terakhir oleh pemilih.

Dirinya menegaskan, gagasan dari seorang calon pemimpin adalah yang utama.

"Kita lebih mudah mencerna orang dibanding gagasan. Dalam demokrasi milih orang itu terakhir, yang pertama kita lihat dulu gagasannya. Di negara kita (perang gagasan) tidak ada. Kita dipaksa memilih orang," kata Fahri saat berdialog dengan Komika Mamat Alkatiri dalam kanal YouTube Mamat Keliling, seperti dikutip, Rabu (4/1/2023).

Fahri pun menyebut bahwa Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo merupakan simbol kemarahan dari kubu masing-masing.

Pemilihnya dalam menentukan pilihan, kata Fahri berdasarkan emosional semata.

“Kalau mau nyebut nama secara fair, Anies Baswedan adalah simbol dari kemarahan kanan, Ganjar simbol dari kemarahan kiri. Yang milih Ganjar itu emosional, yang milih Anies emosional. Yang milih Prabowo rada mendingan. Lebih rasional,” tuturnya.

Baca juga: Survei Indikator: Elektabilitas Ganjar sebagai Capres 2024 Ungguli Anies dan Prabowo

Fahri pun menjelaskan alasannya.

Ia mengatakan bahwa sejak Prabowo bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo, pendukungnya yang emosional bergeser ke Anies.

“Itu dia (Prabowo) masuk kan (ke kabinet Jokowi), yang marahnya (pemilihnya) pada keluar,” ujarnya.

Pemimpin Harus Punya Gagasan

Fahri Hamzah juga pernah mengutarakan kecemasannya bila banyak orang terlalu menyederhanakan pemimpin politik.

Terlebih saat ini Pemilu 2024 sudah semakin dekat.

Ia khawatir bila tiba-tiba yang muncul ke permukaan adalah sosok pemimpin bukan seorang petarung.

"Jika tiba-tiba muncul sosok yang entah dari mana tiba-tiba populer dengan gaya-gaya menggunakan fasilitas negara, kita tidak pernah mendengar dia berpikiran tentang sejarah, tentang transformasi, tentang gagasan gagasan besar, baik bagi negara kita dan bagi dunia, itu yang agak mengkhawatirkan," kata Fahri ketika menjadi narasumber di channel YouTube Gelora TV, Rabu (25/5/2022).

Fahri juga menekankan ia ingin mengajak orang-orang, terutama para aktivis, untuk terus mencermati dengan seksama perkembangan politik yang ada.

"Tiba-tiba yang memimpin republik ini uang, tidak gagasan. Karena kita memang punya kemalasan dengan gagasan, tiba-tiba nanti yang punya uang ini (yang memimpin) bukan yang pernah jadi rakyat," ujarnya.

Fahri juga mengaku dirinya bukan anti orang kaya, tapi ia tidak ingin lahirnya sosok-sosok pemimpin hanya karena punya modal besar lalu merasa pantas untuk memimpin.

"Menurut saya itu tidak fair, tapi sistem kita memfasilitasi kemewahan uang ini untuk memimpin, bukan kemewahan gagasan," katanya.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan