Pilpres 2024
Survei Litbang Kompas: Ridwan Kamil Unggul Masuk Kriteria Cawapres untuk Anies dan Ganjar
Nama Gubernur Jawa Barat,Ridwan Kamil masuk dalam kriteria cawapres 2024 untuk Capres Anies Baswedan hingga Ganjar Pranowo.
Penulis:
garudea prabawati
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Survei Litbang Kompas terbaru pada Mei 2023 telah memprediksi beberapa tokoh yang masuk dalam kriteria calon wakil presiden (Cawapres) 2024.
Tepatnya kriteria cawapres untuk bakal calon presiden (bacapres) 2024 Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. (Baca: Anies Baswedan Tanggapi Hasil Survei Litbang Kompas: Perjalanan Masih Panjang)
Nama-nama yang masuk dalam radar potensi cawapres versi Litbang Kompas ada Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY); Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno; hingga Ketua Umum Partai Golkar, Airlanggga Hartarto.
Termasuk juga ada nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang masuk kriteria cawapres untuk Anies, Ganjar, dan Prabowo.
Bahkan menurut hasil survei, Ridwan Kamil unggul jadi cawapres potensial untuk Anies dan Ganjar.
Baca juga: Survei Capres Mei 2023: Ini Perbandingan Hasil 7 Lembaga Survei, Prabowo dan Ganjar Bersaing Ketat
Survei Litbang Kompas periode Mei 2023, menyebutkan Ridwan Kamil dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya yang dinilai cocok jadi cawapres untuk Anies dan Ganjar.
Bahkan nama Ridwan Kamil mengungguli Erick Thohir dan AHY.
Berikut hasilnya menurut Survei Litbang Kompas periode Mei 2023:
Bakal Cawapres Paling Cocok Dampingi Anies Baswedan:
- AHY: 10,8 persen
- Andika Perkasa: 1,7 persen
- Airlangga Hartarto: 1,7 persen
- Erick Thohir: 6,3 persen
- Ganjar Pranowo: 12,1 persen
- Khofifah Indar Parawansa: 2,3 persen
- Prabowo Subianto: 8 persen
- Puan Maharani: 2,3 persen
- Ridwan Kamil: 15,8 persen
- Sandiaga Uno: 13,8 persen
- Yenny Wahid: 0,4 persen
- Tidak ada/rahasia: 25 persen
Bakal Cawapres Paling Cocok Dampingi Ganjar Pranowo:
- AHY: 5,8 persen
- Andika Perkasa: 2 persen
- Anies Baswedan: 9,9 persen
- Airlangga Hartarto: 1,5 persen
- Erick Thohir: 7,6 persen
- Khofifah Indar Parawansa: 1,1 persen
- Prabowo Subianto: 11,5 persen
- Puan Maharani: 3,5 persen
- Ridwan Kamil: 14,9 persen
- Sandiaga Uno: 14,1 persen
- Yenny Wahid: 0,7 persen
- Tidak ada/rahasia: 27,35 persen
Bakal Cawapres Paling Cocok Dampingi Prabowo Subianto:
- AHY: 7,2 persen
- Andika Perkasa: 2 persen
- Anies Baswedan: 10,7 persen
- Airlangga Hartarto: 2,5 persen
- Erick Thohir: 7,5 persen
- Khofifah Indar Parawansa: 1,5 persen
- Puan Maharani: 2,6 persen
- Ridwan Kamil: 10,9 persen
- Sandiaga Uno: 13,5 persen
- Yenny Wahid: 0,3 persen
- Tidak ada/rahasia: 26,79 persen

Figur Cawapres Dinilai Jadi Kunci Kemenangan Pemilihan Presiden 2024
Pengamat politik juga Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai sosok cawapres 2024 bisa jadi penentu kemenangan untuk Capres di kontestasi politik 2024.
Pangi melihat hal ini juga pengaruh elektabilitas ketiga Capres 2024, yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
"Elektabilitas ketiga tokoh ini diberbagai Lembaga survei bersaing sangat ketat dan saling salip menyalip sehingga membuat posisi cawapres menjadi kunci pemenangan pemilu mendatang," kata Pangi dalam keterangannya, Kamis (11/5/2023).
Pangi melanjutkan, tidak ada capres yang leading sendiri jauh di atas angka psikologis 30 persen, sebagai capres pemenang tanpa lawan tanding, masih relatifly dalam rentang range margin of error.
Baca juga: Survei Capres Mei 2023: Ini Perbandingan Hasil 7 Lembaga Survei, Prabowo dan Ganjar Bersaing Ketat
"Dengan demikian, maka cawapres menjadi kunci kemenangan. Dinamika elektoralnya tidak terlalu terpaut jauh, bahkan pernah Prabowo menyalip Ganjar, Anies pernah menyalip Prabowo, dan Anies pernah menyalip Ganjar dan Prabowo dan seterusnya," jelasnya.
Pangi menegaskan posisi cawapres mampu menggenjot elektabilitas capresnya menjadi penting pada kontestasi Pilpres 2024.
"Dengan kata lain, cawapres berfungsi sebagai doping politik, salah mengandeng cawapres bisa menjadi blunder yang mematikan langkah politik capres. Maka tak heran, parpol koalisi sengaja menyimpan nama cawapres, sejauh ini parpol koalisi tidak akan mau terburu buru mengumumkan cawapresnya," jelasnya.
Pangi melanjutkan, bisa saja tidak terjadi trend pertumbuhan elektoral secara signifikan, dua model yakni cawapres yang berhasil mentracing capres sehingga mendapatkan tambahan yang kontributif menggenjot elektabilitas capresnya.
"Atau justru dukungan modal elektoral yang sudah ada pada capres malah kian tergerus," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.