Senin, 25 Agustus 2025

Pilpres 2024

Kutuk Keras Penganiayaan Relawan Ganjar-Mahfud, TKN Minta Tak Kaitkan dengan Netralitas TNI

TKN Prabowo-Gibran mengutuk aksi pengeroyokan oknum TNI terhadap relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah. 

Penulis: Milani Resti Dilanggi
Tribunnews.com/Mario Christian Sumampow
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid - TKN Prabowo-Gibran mengutuk aksi pengeroyokan oknum TNI terhadap relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah.  

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Nusron Wahid, mengutuk aksi pengeroyokan oknum TNI terhadap relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Boyolali, Jawa Tengah. 

Menurutnya, tindakan kekerasan apapun tidak bisa ditoleransi. 

"Kami mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilakukan siapapun, dan apapun alasannya kepada sesama anak bangsa." 

"Kami tidak menolerir perilaku tersebut," kata Nusron, Senin (1/1/2024). 

Nusron pun meminta seluruh pihak untuk tak membuat gaduh dan lebih tertib dalam berkampanye. 

Baca juga: Ganjar Pastikan Tanggung Biaya Perawatan Relawannya yang Dianiaya Oknum TNI di Boyolali

"Tindakan berlebihan dan kegaduhan akan menimbulkan keresahan masyarakat. Seperti yang terjadi di Pati beberapa pekan lalu, sekarang Boyolali." 

"Itu merupakan bentuk kampanye partai dan paslon tertentu yang berlebihan, menciptakan kebisingan dan ketidaknyamanan masyarakat umum," kata Nusron.

Di sisi lain, TKN juga meminta tak mengaitkan peristiwa ini dengan isu netralitas TNI terhadap salah satu paslon di Pilpres 2024.

Menurut Nusron, insiden ini murni reaksi dari oknum TNI atas sikap relawan yang dinilai tak memenuhi tata tertib. 

Meski demikian, Nusron tetap tak membenarkan tindakan yang diambil oleh oknum TNI tersebut.

"Ini murni reaksi dari oknum TNI yang melakukan tindakan berlebihan atas respons relawan paslon tertentu yang berbuat gaduh dan mengganggu kenyamanan masyarakat secara umum," ucapnya. 

PDIP Sempat Singgung Kubu Prabowo

Sementara itu, Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, juga menyesalkan tindak kekerasan dan penyiksaan yang dilakukan oknum TNI ini. 

Namun atas aksi ini ia menduga ada oknum simpatisan dari kubu capres nomor urut 2 Prabowo Subianto yang ikut terlibat. 

"Para oknum TNI tersebut bertindak seperti itu diduga karena ada elemen-elemen di dalam TNI yang jadi simpatisan Pak Prabowo karena sama-sama berlatar belakang militer. Padahal Prabowo sudah diberhentikan dari TNI," kata Hasto kepada wartawan, Minggu (31/12/2023).

Hasto pun mengungkapkan isi diskusi dengan seorang tokoh HAM guna mencari akar kekerasan oleh oknum TNI tersebut.

Diduga tindak kekerasan tersebut berawal dari kerancuan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan dan sebagai capres.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto (tengah) saat dijumpai di Kantor DPC PDIP Pacitan, Jawa Timur, Rabu (20/12/2023). (Fersianus Waku)
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto (tengah). (Fersianus Waku) (Tribunnews.com/Fersianus Waku)

Sehingga, tercipta kesan adanya ‘emotional bonding’ di kalangan oknum TNI tertentu dengan Prabowo.

"Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya tanggapan Pak Prabowo yang mengutuk aksi kekerasan tersebut," ujarnya. 

PDIP pun meminta Panglima TNI secepatnya menindak oknum TNI tersebut agar tidak mencederai netralitas TNI.

"Nama baik TNI, juga POLRI dan aparatur negara lainnya, jangan dikorbankan dengan aksi oknum-oknumnya. Karena itulah Panglima TNI dan Kapolri harus menegaskan kembali netralitas itu," ungkap Hasto.

Kronologi Versi TNI

Kapendam IV Diponegoro, Kolonel Richard Harrison mengatakan, insiden yang terjadi di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh, Jalan Perintis Kemerdekaan, Boyolali itu karena kesalahpahaman.

"Informasi sementara yang diterima, bahwa peristiwa tersebut terjadi secara spontanitas karena adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak," kata Richard, Sabtu (30/12/2023). 

Mulanya, saat itu sejumlah anggota Kompi B tengah bermain bola voli sekira pukul 11.19 WIB.

Mereka, kata Richard, kemudian mendengar adanya suara berisik yang berasal dari kendaraan sepeda motor.

"Tiba-tiba mendengar suara bising rombongan sepeda motor kenalpot brong yang oleh pengendaranya dimain-mainkan gasnya," ungkapnya.

Saat itu, sejumlah anggota keluar markas untuk mengecek.

Setelahnya, terdapat lagi dua orang lainnya yang juga melakukan hal yang sama.

"Lalu dihentikan dan ditegur oleh anggota. Selanjutnya terjadi cekcok mulut hingga berujung terjadinya tindak penganiayaan oleh oknum anggota," jelasnya.

Kronologi Versi TPD Ganjar-Mahfud

Kasus penganiayaan ini mendapat pendampingan hukum dari Tim pemenangan Daerah (TPD) Boyolali, Ganjar-Mahfud.

Ketua TPD Boyolali, Susetya Kusuma Dwi Hartanta, menyatakan para korban sempat dilempari batu dan dihadang menggunakan bambu sebelum dianiaya.

Menurutnya, para anggota TNI langsung melakukan penganiayaan tanpa berkomunikasi tentang kesalahan korban.

"Yang kedua dilanjutkan lagi dengan langsung penyerangan, penyergapan, pemukulan," katanya, Minggu (31/12/2023)

Penganiayaan itu terjadi saat beberapa simpatisan ini mengikuti acara yang dihadiri Ganjar Pranowo di Boyolali, pada Sabtu (30/12/2023).

"Tidak ada imbauan, tidak ada komunikasi, tetapi fakta di lapangan, mereka (Oknum TNI) keluar dari kompi langsung menghadang dan melakukan penyerangan," kata Susetya yang juga Ketua DPC PDI P Boyolali.

Mereka dianggap mengganggu karena mengendarai motor berknalpot brong.

(Tribunnews.com/Milani Resti/Fransiskus Adhiyuda)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan