Jumat, 8 Agustus 2025

Pilpres 2024

Jawaban Santai PKS seusai Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, Ungkit 10 Tahun Jadi Oposisi

PKS memberikan respons santai seusai ditolak Partai Gelora masuk dalam koalisi Prabowo-Gibran.

Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Bobby Wiratama
Kolase Tribunnews.com
PKS memberikan respons santai seusai ditolak Partai Gelora masuk dalam koalisi Prabowo-Gibran. 

TRIBUNNEWS.COM - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memberikan respons santai setelah ditolak Partai Gelora masuk dalam koalisi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

PKS tidak masalah menjadi oposisi maupun berkoalisi dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Hal itu disampaikan Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini pada Selasa (30/4/2024).

Dalam keterangannya, Jazuli mengatakan PKS siap bekerja sama dengan siapa pun dalam membangun bangsa Indonesia.

Menurutnya, masalah menjadi oposisi atau koalisi hanyalah persoalan teknis.

"Yang pasti, keputusan soal koalisi atau oposisi di PKS bukan selera personal tapi keputusan musyawarah Majelis Syura dan DPTP, dan sifatnya dinamis sesuai derajat kemaslahatan dan kepentingan untuk rakyat," katanya.

"Kapan waktunya? Tunggu saja toh pelantikan presiden dan wapres masih bulan Oktober. Pada saatnya PKS akan mengumumkan positioningnya," sambungnya.

Jazuli juga menyebut komunikasi PKS dengan partai politik di eksekutif dan legislatif terjalin baik.

PKS disebutnya juga menjalin komunikasi yang baik dengan presiden terpilih, Prabowo Subianto.

"Termasuk dengan Pak Prabowo sebagai presiden terpilih hubungan PKS baik-baik saja dan memang sudah lama terjalin baik. Pimpinan PKS sudah biasa saling silaturahim," katanya.

Oleh karena itu, PKS tak masalah apabila harus berada di koalisi atau oposisi pemerintahan.

Baca juga: Cak Imin Pertanyakan Sikap Politik, Anies Baswedan Tak Masuk Daftar Cagub Jakarta dari PKS?

Ia lantas mengungkit masa PKS menjadi koalisi era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"PKS punya pengalaman 10 tahun koalisi di masa Pak SBY dan 10 tahun oposisi di masa Pak Jokowi. Jadi oposisi gak ada masalah, koalisi siap. Kita lihat dinamikanya," pungkasnya.

Presiden PKS: Kami Punya Pengalaman

Pernyataan senada disampaikan Presiden PKS, Ahmad Syaikhu.

Ia juga tidak mempermasalahkan penolakan Partai Gelora tersebut.

"Bagi kami enggak masalah, mau di luar, di dalam, Kami punya pengalaman tersendiri ya," kata Syaikhu ditemui di kediaman Anies Baswedan, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2024).

Syaikhu menegaskan, hingga saat ini PKS belum menentukan sikap untuk bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran atau tetap menjadi oposisi.

Keputusan tersebut akan diambil dari hasil musyawarah Majelis Syura.

"Kebijakan untuk mengambil apakah itu di luar atau di dalam polisi atau oposisi sekali lagi ini dalam ranah Majelis Syura atau badan pekerja Majelis Syura," ucap Syaikhu.

"Saya sebagai presiden PKS akan melaksanakan apa pun kebijakan yang akan diambil oleh Majelis Syura," imbuhnya.

Baca juga: Persoalkan Caleg PKS Jabat Ketua KPPS, PAN Duga Ada Ketidaknetralan KPU

Kendati demikian, Syaikhu tak menampik adanya konunikasi antara PKS dan Prabowo.

Ia enggan berspekulasi lebih jauh apakah komunikasi itu akan membawa PKS menjadi koalisi pemerintahan mendatang.

"Ya mudah-mudahan nantilah pada akhirnya akan ada hal-hal yang mungkin akan diumumkan juga," pungkas Syaikhu.

Penyebab Partai Gelora Tolak PKS

Partai Gelora memilih lantang menolak wacana bergabungnya PKS.

Penolakan itu disuarakan Sekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfuz Sidik.

Mahfuz menyinggung PKS yang selalu memainkan narasi ideologisnya melawan pemerintah, termasuk kepada presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran.

"Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya," kata Mahfuz, Senin (29/4/2024).

Mahfuz kemudian juga mengungkit serangan PKS kepada Prabowo-Gibran, termasuk saat kampanye.

"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran," kata Mahfuz.

Mahfuz lalu mengingatkan publik dengan narasi yang pernah muncul dari kalangan PKS.

Menurutnya, PKS selama ini kerap memunculkan narasi yang mengadu domba dan membelah masyarakat.

"Ketika pada 2019, Prabowo Subianto memutuskan rekonsiliasi dengan Jokowi, banyak cap sebagai pengkhianat kepada Prabowo Subianto. Umumnya datang dari basis pendukung PKS," ucapnya.

(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Igman Ibrahim/Chaerul Umam/Milani Resti)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan