Pilgub DKI Jakarta
Analisis Cerdas dan Mengejutkan Netizen tentang Debat Putaran Pertama Pilkada DKI Jakarta
Dua netizen paparkan pemikirannya secara jujur dan apa adanya, analisis yang cerdas menyimpulkan hasil debat dan paparan tiga pasangan calon.
Penulis:
Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Dua netizen paparkan pemikirannya secara jujur dan apa adanya, analisis yang cerdas menyimpulkan hasil debat dan paparan tiga pasangan calon, Sabtu (14/1/2017).
Debat Pilgub DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (13/1/2017) malam masih menarik perhatian netter.
Terbukti kolom komentar berita di bawah ini masih laris dengan tanggapan netizen.
Baca: Djarot dan Sandiaga Bicara, Jatah Sylviana Murni Diambil Agus Yudhoyono
Melalui kolom komentar pada berita tersebut masing-masing netizen memiliki pilihan dan membela kandidatnya dengan argumen masing-masing.
Tapi ada dua netizen yang memaparkan analisisnya secara jujur dan cerdas.
Analisis ini pun menuai pro dan kontra ada yang memuji ada juga yang mencemooh.
Berikut analisis netizen.
Akun Facebook dengan nama Johan Ferdianto menulis:
No. 3 Konsep nya berikan contoh, pantau dan evaluasi hasil nya di masyarakat. Cukup logis dan masuk akal. Tapi implementasi sangat wajar diragukan melihat track pak Anies, dan tantangan dari sekedar teori menjadi realisasi. Kesimpulan: Yang di pertaruhkan objek nya (hasil).
No. 2 Konsep nya lu diem aja, gw yang atur semua nya. Logis dan masuk akal juga karena mengatur yg sedikit (birokrat) relatif lebih mudah daripada mengatur yg lebih banyak (masyarakat). Tapi sejatinya manusia bukanlah robot, tanpa kesadaran yg tinggi dari masyarakatnya (Gentle kita akui itu masih jauh dari kata cukup), metode itu akan selalu terbentur, gesekan akan selalu terjadi, yang akhirnya selalu mempertajam pro dan kontra dari sudut pandang yg berbeda karena dua sudut pandang itu sama2 memiliki kebenarannya sendiri. Belum lagi rawan di jadikan materi politis dari pihak lawan yang akhirnya mengorbankan masyarakat yang berseberangan. Kesimpulan: Yang di pertaruhkan subjek nya (pelaku).
No. 1 Ga usah dibahas ya, ga tega. Jadi tim HORE aja mereka.
Sementara netizen lainnya dengan akun Facebook bernama Didik Rangga beri analisis berikut:
Masalah gusur menggusur bukanlah masalah yang mudah....
Paslon 1 = Menata kota tanpa melukai hati rakyat.
Dengan kata lain, kalau warga ingin hidup kotor, kena penyakit, tenggelam, ya biarkan saja. Turutin saja yang mereka mau, biar mereka suka sama kita.
Paslon 2 = Relokasi.
Warga tidak boleh tinggal ditempat yang kotor dan membahayakan diri mereka sendiri.
Paslon 3 = Peremajaan.
Entah maksudnya apa, bicara bulak-balik tapi tak satupun cara/langkah mengenai peremajaan ini. Bagaimana memperemajakan sesuatu yang dasarnya tidak baik? Apa guna memperemajakan/mempercantik sebuah rumah yang tidak mempunyai dasar yang kokoh dan beresiko sewaktu-waktu akan ambruk dan membahayakan penghuninya?
Contoh mudah.... kalau kita lihat anak kita main dipinggiran got yang besar, kotor, banyak sampah dan kuman disekitarnya. Apa yang akan kita lakukan?
1. Biarkan saja kalau memang kemauan anak kita begitu. Kita tidak boleh melukai hati anak kita, biar saja anak jatuh, tenggelam, kotor, mendapatkan penyakit asalkan anak tidak marah sama kita.
2. Kita memberitahukan ke anak kita akan resiko dan ketidaksehatan main dipinggir got kotor dan berkuman. Kalau anak kita terus bermain disana, kita memperingati anak kita. Setelah peringatan tidak didengar, kita gendong anak kita dan pindahkan ke tempat bermain yang lebih layak dan sehat dimana sarana bermain anak telah disiapkan.
3. Kita lukis pinggiran got biar tampak cantik. Anak mau kotor, berkuman atau tenggelam ya pokoknya gotnya cantik.
Bagi saudara-saudara yang merasa mempunyai solusi yang lebih baik, silakan sarankan ide anda...... Tidak usah ribut. Salam damai.
~~~~~
Bagaimana menurut Anda? Setuju dengan analisis dua netizen di atas atau punya pemikiran lain? Silakan beri pendapat di kolom komentar. (*)