Cerita Mengharukan Siswa SMP di Depok yang Meninggal Akibat Serangan DBD
"Hafiz kemudian dilarikan ke salah satu rumah sakit di Cikarang. Namun di rumah sakit, Hafiz keburu meninggal dunia."
Laporan Reporter Warta Kota, Budi Sam Law Malau
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menyerang warga Kota Depok. Belasan warga sudah menjadi korban DBD selama Agustus 2018.
Bahkan, seorang remaja meninggal dunia karena DBD, Selasa (21/8/2018) dini hari. Remaja yang meninggal dunia karena DBD adalah Muhammad Hafiz (13), siswa kelas 7 SMP.
Hafiz merupakan warga RT 06/12, Kelurahan Mampang, Pancoran Mas, Depok. Putra dari Sigit Indarjati itu mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa (21/8/2018) dini hari. Tim dokter memastikan Hafiz meninggal dunia karena DBD.
Jenazah Hafiz dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kalimulya, Cilodong, Depok, Selasa siang.
Tuti (41), tetangga korban menyebutkan, Hafiz meninggal dunia saat berlibur di rumah neneknya di Cikarang, Bekasi, Selasa dini hari.
Hafiz diketahui menderita demam tinggi yang merupakan gejala DBD pada Kamis (16/8/2018), saat berada di sekolah.
"Sama guru sekolahnya, Hafiz sempat dibawa ke Klinik Bahar di Pancoran Mas, Depok, Kamis lalu. Sebab, Hafiz demam waktu mengikuti pelajaran sekolah," kata Tuti, Rabu (22/8/2018).
Baca: Putri Ashanty Langsung Nangis Saat Lihat Hewan Kurbannya Disembelih
Menurut Tuti, berdasarkan informasi keluarga dan kerabat Hafiz, saat itu pihak klinik meminta Hafiz dirawat jalan dahulu.
"Hafiz disuruh kembali ke dokter lagi Sabtu, untuk periksa medis lagi seperti cek darah, untuk memastikan penyakitnya," ucap Tuti.
Namun menurut Tuti, Hafiz yang kondisinya kelihatan membaik, justru meminta diantar ke rumah kakek dan neneknya di Cikarang, Bekasi pada Hari Sabtu.
"Jadi belum sempat dilakukan cek darah ke Hafiz, karena Hafiz minta diantar ke rumah mbahnya di Cikarang pada Sabtu itu. Alasannya Hafiz kangen," ungkap Tuti.
Saat di rumah mbahnya di Cikarang itulah, papar Tuti, Hafiz mengalami muntah-muntah dan pingsan, keesokan harinya. Ia juga mengalami demam dengan suhu tubuh yang tidak stabil.
"Hafiz kemudian dilarikan ke salah satu rumah sakit di Cikarang. Namun di rumah sakit, Hafiz keburu meninggal dunia," jelas Tuti.
Tim dokter rumah sakit, katanya, memastikan Hafiz meninggal dunia karena DBD. "Keluarga baru sadar, sebelum ke rumah mbahnya, tubuh Hafiz banyak bintik merah," cetus Tuti.
Menurut Tuti, selama dua pekan terakhir, selain Hafiz, dua warga lainnya di wilayahnya di RW 12, Kelurahan Mampang, Pancoran Mas, juga sempat terkena DBD, yakni Ismanto dan anaknya, Safira.
"Jadi warga sini sudah tiga orang kena DBD, termasuk Hafiz. Dua orang sebelumnya, Pak Ismanto dan anaknya, Safira, yang kena DBD. Mereka dirawat dan langsung ditangani di rumah sakit," beber Tuti.
Ia menjelaskan, jenazah Hafiz akhirnya dimakamkan di TPU Kalimulya, Cilodong, Depok, Selasa siang.
Sebelumnya pada Jumat (10/8/2018) dua pekan lalu, delapan warga di RW 05 dan RW 06, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Depok, juga terserang DBD hampir secara bersamaan.
Bahkan, dari delapan warga yang terkena DBD itu, empat di antaranya adalah satu keluarga, yakni pasangan suami istri dan dua anaknya. Mereka adalah anak, menantu, dan cucu dari Basarudin (66), warga RW 5, Kelurahan Kalibaru, Cilodong, Depok.
Adanya depapan warga yang terkena DBD secara bersamaan itu, diungkapkan Hotmer Sinaga, warga setempat. Bahkan, Hotmer sudah melaporkannya ke puskesmas setempat untuk diteruskan ke Dinkes Depok.
"Supaya ada tindakan dari Dinkes Depok," ucap Hotmer.
Menurutnya, empat keluarga Basarudin dirawat di puskesmas, dan empat warga lainnya yang terkena DBD, saat itu dirawat di RS Citra Medika, Kalimulya, Cilodong, Depok.
"Meski tidak sampai ada korban jiwa, warga di sini berharap ada fogging, agar penularan DBD dapat dicegah, dan tidak terjadi lagi," papar Hotmer.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Depok Lies Karmawati mengimbau warga sigap dan tanggap jika ada anggota keluarga yang tiba-tiba mengalami demam.
"Dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat dan menuruti anjuran dokter," sarannya.
Hal ini, katanya, agar jika terserang DBD dapat segera dirawat dan tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Mengenai mulai banyaknya warga Depok yang terserang DBD mulai awal Agustus ini, kata Lies, pihaknya akan terus dan lebih mengefektifkan jumantik (juru pemantau jentik) di semua wilayah Depok.
"Untuk kasus di Kalibaru, Cilodong, di mana ada delapan warga terserang DBD hampir bersamaan, kami lakukan penyelidikan epidemiologi terlebih dahulu. Setelah itu kami telah lakukan penyuluhan tentang PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat, ke warga setempat," ungkap Lies.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Siswa SMP di Depok Meninggal karena DBD, Sempat Muntah-muntah dan Pingsan, http://wartakota.tribunnews.com/2018/08/22/siswa-smp-di-depok-meninggal-karena-dbd-sempat-muntah-muntah-dan-pingsan?page=all.
Penulis: Budi Sam Law Malau
Editor: Yaspen Martinus