Banjir di Jakarta
Konsep Ahok dan Anies Baswedan untuk Mengatasi Banjir Jakarta saat Debat Pilkada 2017
Simak konsep Ahok dan Anies Baswedan untuk mengatasi banjir Jakarta saat debat Pilkada pada 2017 silam.
Penulis:
Faisal Mohay
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Curah hujan yang tinggi sejak Selasa (31/12/2019) menyebabkan banjir melanda kawasan Ibu Kota.
Hingga Sabtu (4/1/2020), Jakarta dan sekitarnya masih tergenang banjir.
Ribuan warga dari berbagai wilayah di Jakarta telah mengungsi.
Hingga saat ini, tercatat korban meninggal akibat bencana banjir sebanyak 46 orang dari wilayah Jabodetabek.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pernah menjelaskan konsep mecegah banjir saat debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 putaran kedua.
Ketika itu, moderator menanyakan maksud program kerja Anies yakni zero run-off atau nol limpahan untuk menangani masalah banjir.
Anies mengatakan, konsep vertical drainage adalah air hujan dimasukkan ke Bumi bukan dikirimkan ke laut.
"Mengenai air, konsepnya adalah vertical drainage. Air hujan ini rahmah dari Allah, dari Tuhan."
"Rahmah yang diturunkan untuk dimasukkan ke bumi bukan sesegera mungkin dikirim ke laut. Yang dilakukan sekarang masuk kirimkan ke laut," ujarnya dilansir melalui YouTube OfficialiNews, Jumat (27/1/2017).
Saat itu, Anies berencana akan memperbanyak sumur-sumur resapan.
"Bumi kita tidak diresapi oleh air, karena itu yang kita lakukan adalah memperbanyak sumur-sumur resapan di tiap kampung, di tiap rumah, di tiap jalan," ungkap pria 50 tahun ini.
Hal ini dilakukan agar tanah di Jakarta berisi air kembali.
"Di samping kanal-kanal dan sungai pun kita siapkan lubang ke dalam."
"Sehingga tanah di bawah Jakarta berisi air kembali," ujarnya.
Anies juga menyampaikan, apabila tanah di Jakarta makin sedikit air, maka konsep yang dia usung vertical drainage bukan horisontal drainage.
BACA JUGA : Banjir Jabodetabek, Ida Fauziah: Ini Terparah, Tjahjo Kumolo Bolehkan ASN Cuti Sebulan
"Hari ini tanah di Jakarta makin sedikit air karena penyedotan dan suplai masuk ke dalamnya hampir tidak ada."
"Konsep yang dilakukan adalah horisontal drainage. Dialirkan secara horisontal, efeknya dikirimkan semua ke laut," imbuh mantan Rektor Universitas Paramadina ini.

Sementara itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyampaikan gagasannya terkait relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai untuk mencegah banjir.
Dikutip dari Kompas.com, ia mengaku tak ingin membiarkan warga menderita setiap banjir datang.
"Kamu kira enggak banyak air mata kalau banjir?"
"Saya yakin kalau Jakarta banjir lebih banyak air mata, yang orang meninggal karena kena TBC atau jatuh dari rumah," ujar Ahok di Kuningan, Jakarta, Minggu (15/1/2017).
Ahok mengatakan, kesedihan warga akibat banjir lebih banyak daripada kesedihan warga yang dipindahkan ke rusun.
Dulu sebelum Kampung Pulo dan Bukit Duri ditertibkan, kata dia, kawasan itu pasti banjir ketika Bendung Katulampa siaga 1.
Ketika itu, banyak orang yang meninggal karena tersengat listrik atau tenggelam.
Ahok mengakui pasti ada orang yang tetap merasa sedih ketika dipindahkan Pemprov DKI ke rusun.
Namun, banyak juga warga yang merasa bahagia telah direlokasi.
Sayangnya, hanya mereka yang kecewa saja yang terus dibahas.
"Waktu kita pindahin, ada enggak air mata tangis karena dia ngga mau pindah? Pasti ada."
"Tapi yang senyum bahagia, yang bersyukur, terima kasih sama saya, banyak juga kok," ujar Ahok.
(Tribunnews.com/Faisal Mohay) (Kompas.com/Jessi Carina)