Kebakaran Pabrik di Bekasi
Rencana Cuti Kumpul Keluarga Kandas, Rahmat Tak Pulang ke Rumah, Tewas Kebakaran Pabrik di Bekasi
Janji hidup bersama hingga hari tua dan rencana cuti kumpul keluarga kandas, Rahmat jadi korban tewas kebakaran pabrik di Bekasi.
Penulis:
Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Sabtu (2/11) pagi, suara isak tangis perempuan terdengar memecah keheningan di salah satu gang di Jalan Merdeka II Raya, RT 02/001, Bintara, Bekasi Barat, Jawa Barat.
Seorang perempuan berbaju coklat tak kuasa menahan kesedihan, sambil duduk di sebuah anak tangga rumah bercat hijau-putih. Wajahnya terlihat sangat pucat.
Sesekali ia memegang kepala sambil mengusap air matanya yang menetes di pipinya. Tatapannya kosong dan menunduk.
Suasana kesedihan dan tetesan air mata terlihat di raut wajah perempuan itu ketika ia mulai menceritakan sosok Rahmat (42), sang suami tercinta. Sinawati nama perempuan itu, ia adalah istri Rahmat. Sang suami adalah pekerja operator forklift di PT Jati Perkasa Nusantara di Medan Satria, Bekasi. Pada Jumat (1/11) pagi lalu, perusahaan pakan ternak itu ludes dilalap si jago merah.
Sejak pukul 07.00 WIB Sinawati terus dihampiri oleh tetangga, kerabat, dan keluarga. Mereka datang untuk memberikan penguatan dan semangat kepada perempuan itu.
Sesekali, Sinawati mendapat elusan pundak dan pelukan dari para tetangga dan kerabat yang menghampiri rumahnya. Suasana tangis haru pun seketika pecah.
Dengan mata berkaca-kaca Sinawati bercerita tentang sosok suaminya, Rahmat, kepada para tetangga dan kerabat. Dia juga meminta para tetangga, kerabat, dan keluarga untuk memaafkan suaminya jika ada salah perbuatan dan kata.
”Maafin abang (Rahmat) ya kalau ada salah,” kata Sinawati sambil menangis duka.
Baca juga: Kerja 8 Bulan, Masih Karyawan Kontrak, Rahmat Ayah 3 Anak Tewas Kebakaran di Perusahaan Pakan Ternak
Hingga menjelang siang hari, tak henti-henti tetangga, keluarga, dan kerabat, mendatangi rumah Sinawati untuk memberikan kekuatan.
Di sela-sela itu, Sinawati berbagi kisah kepada Tribunnews perihal peristiwa kebakaran di tempat suaminya bekerja pada Jumat kemarin.
Mulanya, Sinawati tidak mengetahui persis peristiwa kebakaran hebat tersebut. Padahal, pada pukul 06.10 WIB Jumat pagi, ayah Sinawati sempat melihat ada kepulan asap hitam membumbung dari kawasan Pabrik di Medan Satria, Kota Bekasi, dari lantai dua rumahnya.
Kebetulan lokasi rumahnya dengan kawasan Pabrik di Medan Satria, Kota Bekasi hanya berjarak kurang 10 menit berkendara sepeda motor.
”Saya tahu-tahu udah habis Jumat (Salat Jumat), baru tahu kalau tempat suami saya bekerja itu kebakaran. Dari teman saya, saya cek ke sana datang. Ya memang ambulance bolak-balik, posisi ya suami saya nggak ada di sana. Katanya sudah dibawa semua ke rumah sakit (RS Polri Kramat Jati),” kata Sinawati kepada Tribunnews, Sabtu (2/11) pagi.
Sinawati mendapatkan informasi bahwa para korban yang dibawa ke RS Polri dalam kondisi jenazah. Ia kemudian segera diminta sampel dan pengecekan DNA untuk mencocokkan jenazah yang menjadi korban dalam peristiwa kebakaran itu.
”Kemarin ke sana ke RS Polri, ya itu udah berbentuk jenazah, yang udah nggak selamat gitu,” ujarnya.

Sinawati mengungkapkan, dirinya sebenarnya tak memiliki firasat apapun akan ditinggal oleh sang suami. Sebab, sesaat sebelum berangkat bekerja pada Kamis (31/10) malam, dia dan sang suami, Rahmat tidak ada pembicaraan.
Namun, tiba-tiba cerita Sinawati terhenti. Dia pun mengingat pembicaraan terakhirnya dengan sang suami, Rahmat pada Kamis (31/10) siang.
Di momen itu, dia dan sang suami Rahmat berbincang saling menguatkan dan berjanji untuk bersama-sama hingga hari tua di sebuah kaca lemari di dalam rumahnya.
Sinawati juga mengungkapkan, sang suami, Rahmat berkata untuk bersama-sama menjaga ketiga anak mereka tumbuh dewasa dan menjadi orang sukses. Di saat menceritakan itu, air mata dan tangis Sinawati pecah seketika.
”Dia (Rahmat) berangkat malam, nggak ada saya firasat apa-apa. Dia berangkat malam, cuma siangnya aja saya ngobrol sama dia sambil ngaca gitu. ‘Kita udah tua ya?’, ‘iya udah tua’. Terus dia bilang, ‘kita sama-sama jagain ya. Kita sampai tua jagain anak-anak, sampai anak-anak sukses’. Dia cuman ngomong gitu aja,” cerita Sinawati sambil menangis.
“Pas siang pulang kerja tuh ya, jam 11.00 WIB. Dia ngomong lagi ‘kita sama-sama kuat, kita sama-sama jalani hidup ini ya’,” sambungnya.
Sebelum berangkat kerja pada Kamis malam, Sinawati juga tak terlibat perbincangan dengan sang suami, Rahmat. Saat itu, Rahmat hanya berpamitan kepadanya untuk berangkat kerja.
Namun, ada hal yang berbeda saat malam sebelum Rahmat meninggalkan rumah. Anak perempuan mereka yang berusia 4 tahun secara spontan mengantar Rahmat sampai ke sepeda motor. Bahkan, sang anak membawakan helm untuk ayahnya berangkat kerja.
”Dia nggak ngomong apa-apa, berangkat kerja. Dia cuma pamit anak saya doang yang kecil. Ngikutin dia sampai di depan. ‘Ayah helmnya nih’ katanya, ‘oh iya dedek’. ‘Ayah hati-hati ya kerjanya, dedek tungguin’.
Cuma yang kecil aja, yang punya firasat kali, udah ada perasaan kali,” ujarnya sambil meneteskan air mata. “Saya nggak ada perasaan apa-apa. Soalnya dia juga nggak ngomong apa-apa,” lanjutnya.
Sinawati juga menceritakan bahwa anak perempuan mereka sempat menanyakan kabar ayahnya, Rahmat yang tidak kunjung pulang ke rumah pada Jumat malam. Bahkan, sang anak sempat ingin tidur dengan ayahnya sambil berlinang air mata.
”Anak bontot, sangat disayang sama bapaknya. Semalam pun nangis, namanya anak perempuan, kan masih dekat dengan ayahnya. ‘Ayah belum pulang-pulang. Kenapa bunda nangis? Emang ayah sakit?’, ‘Tak apa-apa, udah bobo aja’,” cerita Sinawati.
“Dia (anak perempuannya) mau bobo sama ayah. Sambil nangis, sambil berlinang air mata itu dia,” sambung dia.
Memang, Sinawati tak menaruh rasa cemas ketika sang suami, Rahmat tak pulang tepat waktu yakni pukul 08.00 WIB pagi pada hari Jumat itu. Sebab, sebelumnya Rahmat menyampaikan akan kerja agak lama karena berencana ambil cuti di tanggal 7 November untuk berkumpul bersama keluarga.
”Sampai pagi pun saya nggak tahu, nggak ada perasaan apa-apa, cemas apa gitu, nggak ada. Emang posisi dia bilang, ayah besok mau ambil cuti ya. Mau cuti tanggal tujuh, jadi ayah siang pulangnya. Biasanya kan dia nongkrong dulu sama teman-temannya di warung. Saya cuma pikiran ke situ doang. Emang di WA udah nggak aktif jam 09.00, kok belum pulang saya WA. Belum aktif, eh nggak aktif gitu. Sampai siang nggak aktif juga,” katanya. “Nah pas denger kabar temen saya ngabarin. Ini PT-nya tempat Abang Rahmat kebakaran,” jelasnya.
Kemarin Sinawati beserta keluarga besar pun masih menunggu hasil identifikasi dari Tim DVI Polri yang tengah melakukan pengecekan jenazah. Dia sangat berharap, Tim DVI Polri segera mengumumkan para korban kebakaran tersebut.
“Kalau misalnya ciri-cirinya lebih kuat ya mungkin secepatnya bisa dikenalin. Kita mau gimana lagi, yaudah lah. Kita tungguin aja info dari rumah sakit,” harapnya.
Hanya Satu Pintu Masuk Gedung
Sinawati juga sempat diceritakan sang suami, Rahmat, soal kondisi tempatnya bekerja di PT Jati Perkasa Nusantara di Medan Satria, Bekasi. Di mana, Rahmat bekerja pada malam hari hingga pagi hari.
Sedangkan, lokasi gedung perusahaan itu terbilang rapat. Sebab, cuman ada satu lorong untuk pintu keluar masuk.
Dia juga sempat diceritakan Rahmat bahwa sempat ada peristiwa kebakaran di tempat bekerjanya itu. Namun, hal itu bisa diatasi dengan cepat karena melihat peristiwa kebakaran.
“Di dalam itu kan rapat. Dia cuma masuk ke lorong satu doang buat masuk ke dalam. Nah itu posisinya dekat lorong pintu yang meledak. Mau lari ke mana dia?” ungkapnya.(tribun network/yud/dod)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.