Minggu, 7 September 2025

Hari Pertama Sekolah

Akses 2 Sekolah Negeri Tangsel Diblokir Warga, Siswa Terpaksa Jalan 200 Meter Imbas Protes Domisili

Jalan utama dua sekolah negeri di Tangerang Selatan digembok warga imbas protes SMBP jalur domisili sejak Kamis (3/7/2025).

Penulis: Isti Prasetya
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUN TANGERANG/IKHWANA MUTUAH MICO
JALAN DITUTUP - Gerbang SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dibuka sedikit oleh warga untu akses masuk pelajar, Senin 914/7/2025). Pagar sempat ditutup oleh warga yang kecewa karena anaknya tidak diterima melalui jalur SPMB akhirnya dibuka selebar 30 cm. 

TRIBUNNEWS.COM - Warga menutup akses utama menuju dua sekolah negeri di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten sejak Kamis (3/7/2025).

Aksi ini merupakan imbas dari permasalahan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) jalur domisili yang terjadi di SMAN 6 Tangsel.

Namun pemblokiran jalan di kawasan Pamulang ini juga berdampak terhadap SMPN 17 Tangsel yang lokasinya berdekatan.

Diketahui, warga RW 10 memblokir bahkan menggembok pagar karena tidak terima anak-anak mereka tak lolos SPBM 2025 lewat jalur domisili.

Padahal jarak tempat tinggal mereka berdekatan dengan sekolah tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh perwakilan warga RW 10, Kecamatan Pamulang, Tangsel.

"Aksesnya akan kita tutup sampai kita mendapatkan jawaban dari pihak dinas terkait. Besok kita akan membuat surat yang ditujukan kepada Gubernur Banten Andra Soni dan Dinas Pendidikan Provinsi Banten," ujarnya.

Namun, hingga aktivitas sekolah kembali berjalan, warga juga belum membukakan akses SMPN 17 dan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan.

Padahal Senin (14/7/2025) merupakan hari pertama siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Gerbang perumahan warga itu hanya dibuka selebar 30 cm sehingga siswa harus masuk secara bergantian.

Kemudian siswa terpaksa berjalan kaki sejauh 200 meter untuk mencapai gerbang sekolah.

Baca juga: Sejumlah Siswa Baru SMAN 1 Bandung Tidak Kebagian Meja Saat MPLS, Begini Tanggapan Dedi Mulyadi

Tak ayal, penumpukan hingga kemacetan pun terjadi lantaran orangtua yang mengantar hanya bisa berada di luar gerbang.

Bahkan, kemacetan juga terjadi di Jalan Raya Pamulang Permai 1 akibat banyaknya antrean kendaraan wali murid dan pengendara ojek online yang mengantarkan siswa.

Menanggapi insiden ini, satu di antara wali murid SMPN 17 Tangsel, bernama Yoyo menyampaikan keresahannya.

Dia merasa dirugikan karena harus merasakan imbas dari permasalahan yang sebenarnya tidak melibatkan sekolah anaknya.

"Anak saya sekolah di SMP Negeri 17 yang tidak ada masalah dengan warga. Tapi kami ikut kena dampaknya juga," ujar Yoyo, Senin (14/7/2025).

Menurutnya, hal serupa juga terjadi saat kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada hari Sabtu (12/7/2025) sebelumnya.

Diketahui, SMPN 17 hanya berjarak 20 meter dari SMAN 6 Tangerang Selatan dengan akses utama yang sama.

Menurut Yoyo, hari pertama masuk sekolah seharusnya menjadi momen istimewa bagi para siswa dan orangtua.

Namun, sejumlah orangtua siswa mengaku kecewa karena tidak diizinkan mendampingi anak mereka saat pertama kali masuk SMPN 17 Tangsel.

"Padahal ini momen yang sangat jarang. Apalagi hari pertama sekolah, yang seharusnya bisa didampingi, ini malah nggak bisa," ujar Yoyo.

Baca juga: Unik, MPLS di SMA Semarang Diikuti 5 Pasang Anak Kembar, Pihak Sekolah: Mungkin Baru Kali Ini

Orangtua siswa lain bernama Ratna juga mengeluhkan tindakan pemblokiran akses sekolah tersebut.

Dia berharap agar aparat atau dinas terkait turut memberi solusi agar kegiatan bersekolah siswa tidak terganggu.

"Mohon untuk lingkungan atau dinas untuk bisa dibuka sementara aksesnya karena kasian anak-anaknya juga ya di sini," ujar Ratna pada Senin (14/7/2025).

Sebab, menurut dia, penutupan ini menyebabkan kemacetan dan kesulitan bagi para orangtua yang hendak mengantar anak-anak mereka.

Ia mengungkapkan bahwa sejak pagi sudah terlihat kepadatan kendaraan dan banyak wali murid yang terpaksa menunggu di depan gerbang sekolah karena akses ditutup.

"Tadi dilihat juga banyak yang macet, kemudian banyak juga yang stay di depan. Mungkin bisa untuk dibuka akses jalan ke sekolahnya," sambungnya.

Ratna mengungkapkan bahwa momen hari pertama sekolah anak pertamanya seharusnya menjadi kenangan indah, namun, penutupan jalan memberikan kesan yang kurang menyenangkan.

"Harapannya, para orang tua bisa melihat akses dibuka karena ini hari pertama. Kesan pertama untuk anak-anak itu seharusnya ceria, tapi ternyata di depannya ditutup. Sedih juga sebenarnya," ungkapnya.

Dia mengaku sudah mengetahui sebelumnya bahwa gerbang akan ditutup karena sempat datang untuk melakukan pendaftaran ulang dan survei lokasi. 

Meski begitu, ia saat itu tetap berharap pada hari pertama sekolah akses bisa dibuka.

"Mungkin bisa dimusyawarahkan lagi jalan terbaiknya. InsyaAllah lah, ada jalan, ada titik terang," pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Hari Istimewa Jadi Suram, Wali Murid Tak Bisa Dampingi Anak Imbas Gerbang SMAN 6 Tangsel Dirantai.

(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunTangerang.com/Ikhwana Mutuah Mico)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan