Pesawat Sukhoi Jatuh
Pemred Angkasa: Penerbangan SSJ 100 Tidak Lazim
Pemimpin Redaksi Angkasa Adrianus Dharmawan menilai, pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 melakukan penerbangan yang tidak lazim.
Penulis:
Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemimpin Redaksi Angkasa Adrianus Dharmawan menilai, pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 melakukan penerbangan yang tidak lazim.
Hal itu disebabkan adanya penurunan ketinggian pesawat dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki.
"Prosedur penerbangan secara umum, bila di daerah pegunungan ada cuaca buruk, minimal harus terbang beberapa ratus kaki di atas ketinggian maksimal gunung di situ," kata Dharmawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/5/2012).
Dharmawan mengatakan, di lokasi tersebut terdapat tiga gunung, yakni Halimun, Pangrango, dan Salak. Gunung tertinggi adalah Halimun, yakni 8.000 kaki.
"Dia harus terbang di atas 8.000, itu prosedur umum dan baku. Jadi, kalau masalah ini saya enggak tahu. Ini bukannya normal, tapi tidak lazim," paparnya.
Dharmawan tak mau berspekulasi mengenai penyebab kecelakaan. Namun, ia menduga kemungkinan pilot menghindari cuaca buruk di daerah itu.
Ia pun mempertanyakan demo penerbangan pesawat SSJ 100. Biasanya, kata Dharmawan, joy flight tidak dilakukan jauh dari Bandara Halim Perdanakusuma.
"Karena ini penerbangan sipil, seharusnya tidak perlu diajak ke daerah yang berisiko, cukup di Jakarta atau mendarat di Bandung. Memang banyak yang menanyakan kenapa kecelakaan ini bisa terjadi, saya juga enggak bisa menjawab, kita sama-sama mencari," bebernya. (*)
Berita Nasional Terkini