Bom di Tambora
Memasuki Umur 20, Warga Rasakan Sikap Toriq Berubah
Keberadaan Muhammad Toriq sang perakit bom dari Tambora, Jakarta Barat masih belum tahu dimana rimbanya. Asal-usul kenapa ada
Penulis:
Adi Suhendi
Editor:
Johnson Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberadaan Muhammad Toriq sang perakit bom dari Tambora, Jakarta Barat masih belum tahu dimana rimbanya. Asal-usul kenapa ada bahan-bahan peledak di tempat tinggal Toriq, warga tidak mengetahuinya.
Meskipun Toriq lahir, tinggal, dan besar di rumah orangtuanya bernama Iyot di Jalan Teratai 7 RT 002 RW 004 Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat tetapi warga tidak mengetahui dari mana sebenarnya pria berumur 32 tahun tersebut mempunyai keahlian merakit bahan peledak yang berbahaya tersebut.
Sejak kecil Toriq memang tinggal di pemukiman padat penduduk tak jauh dari Stasiun Kereta Api Tambora. Di lingkungan rumah Toriq masyarakatnya rata-rata berprofesi sebagai pedagang. Maklum saja rumah orangtua Toriq yang dijadikan tempat tinggal suami Sri Haryanti tersebut letaknya tidak jauh dari pasar, mungkin hanya cukup berjalan menyusuri jalan kecil sekitar 100 meter ke arah Stasiun Kereta Api, kita sudah mendapati pasar tradisional.
Kini rumah yang didominasi cat kuning dengan bertuliskan nama sebuah operator seluler tersebut diberi Police Line sejak warga memergoki Toriq sedang merakit bom Rabu (5/9/2012) karena tetangganya melihat asap di atas genting rumahnya.
Tempat tinggal Toriq berada di tempat yang ramai, setiap hari orang selalu berlalu lalang di depan rumah yang berda tepat dipersimpangan jalan perkampungan. Pintu depan dan pintu belakang rumah tersebut setiap hari pasti dilewati warga atau tetangganya.
Di depan rumah bapak beranak satu tersebut ada sebuah warung yang senantiasa buka sehari-harinya, bahkan Toriq pun membuka usaha penjualan pulsa di rumah yang ditinggalinya dengan sebuah kios kecil yang diberi nama istrinya 'Yanti'. Tentu warga di sekitar rumahnya mengenal Toriq.
"Usahanya dimulai sekitar tahun 2010-an, saya pun sering lewat ke rumah ini dan suka membeli pulsa kepadanya. Bahkan sebelum kejadian, saya sempat membeli pulsa kepada Toriq," ungkap Ketua RT 002 RW 004 Kelurahan Jembatan Lima, Jakarta Barat, Memet Permana saat ditemui tribun di depan rumah Toriq, Jumat (7/9/2012).
Dilingkungannya Toriq juga senantiasa bergaul dengan tetangganya, ia bercanda dan ngobrol dengan orang-orang yang biasa nongkrong di depan rumahnya termasuk dengan Memet sebagai ketua RT di sana. Keluarganya pun tidak pernah ada masalah dengan warga sekitar. Namun, Toriq bila bergaul dengan warga tidak pernah jauh dari rumahnya, paling-paling kalau nongkrong ia hanya di depan warung nasi yang tepat berada di depan rumahnya. "Ia tidak pernah bergaul jauh, paling hanya di depan rumahnya," ujar Memet.
Dari kecil Toriq bergaul dengan warga seperti biasanyan tetapi perubahan mulai dirasakan warga setelah dirinya menginjak umur diatas 20-nan, terutama setelah warga menduga Toriq ikut sebuah pengajian dan ramainya isu nabi palsu pimpinan Ahmad Musadeq. "Mungkin dia ikut," ucap Memet.
Menurut Memet, Toriq pun sering berbicara tentang agama dengan warga seumurannya. Tetapi tidak pernah berbicara tentang hal agama dengan orang-orang yang lebih tua darinya. Selain itu, ia pun sering didatangi dua orang lelaki yang memiliki kulit putih dengan perawakan kecil dan seorang lagi memiliki sawo matang dengan postur tubuh yang agak tinggi.
Memet pun sering mengawasinya sejak terlihat ada gejala-gejala yang aneh di diri Toriq. Ia bersama warga bersepakat bila Toriq membawa jamaah ke rumahnya maka akan dibubarkan. "Sehingga Toriq tidak pernah membawa jamaahnya ke sini," ucap Memet.
Menurut keterangan warga di lokasi, Toriq memang kerap kali ditemui orang-orang pada malam hari. Biasanya ada sekitar dua atau tiga motor yang sering datang kepadanya dan sering terlihat terlibat dalam pembicaraan serius. Tetapi warga tidak pernah curiga pasalnya mereka pun berdandan seperti layaknya orang pada umumnya.
Biasanya bila mereka datang hanya di suguhi teh botol yang dibelinya dari warung yang berada di dekat rumahnya. "Kita tidak ada yang curiga," ucapnya.
Keterangan yang dihimpun wartawan di sekitar rumah Toriq, saat tim Densus 88 Anti Teror Polri dan tim Pusat Laboratorium Forensik Polri menggeledah rumah Toriq ditemukan bahan-bahan peledak yang cukup banyak, kata warga barang-barang tersebut disembunyikan di atas langit-langit rumahnya.
Saat ini kepolisian masih memeriksa intensif ibu kandung Toriq bernama Iyot serta istrinya. Keberadaan Toriq pun masih teka-teki saat warga mendapati ada sejumlah bahan peledak di temukan di kamara belakang rumahnya setelah warga melihat kepulan asap.
Memet pun merasa prihatin dengan keberadaan orangtua, istri dan anak Toriq, ia meminta Toriq secepatnya menyerahkan diri supaya ibu dan istrinya tidak terus diamankan polisi. "Kasihan orangtua dan keluarganya," ujar Memet.
Klik: