Grasi Terpidana Narkoba
Pengamat: Istana Resah karena Komentar Mahfud MD
Pakar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menganggap wajar bila Istana, melalui Menteri Sekretaris
Penulis:
Imanuel Nicolas Manafe
Editor:
Anwar Sadat Guna

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nicolas Timothy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menganggap wajar bila Istana, melalui Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, langsung bereaksi atas komentar Mahfud MD soal adanya pengaruh mafia narkoba di lingkungan Istana.
"Jadi Pak Sudi reaktif itu dalam artian spontanitas. Itu wajar," ucap Hamdi Muluk di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta, Sabtu (10/11/2012).
Menurut Hamdi, pernyataan spontanitas yang diucapkan Sudi Silalahi lantaran komentar miring terkait Istana muncul dari mulut seorang Mahfud MD, yang selama ini integritasnya terjaga dan lagi sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang selama ini juga sangat dipercaya masyarakat sebagai lembaga yang bersih.
"Bagi Sudi ini pukulan, pukulannya begini, yang beri komentar itu mahfud MD. Kalau yang bicara itu politisi, itu biasa," tutur Hamdi.
Lebih lanjut, Hamdi Muluk menerangkan, pernyataan balik yang spontan dari Sudi Silalahi itu pun supaya persepsi negatif hasil dari ucapan Mahfud tidak menyebar luas di masyarakat, yang akhirnya masyarakat semakin menganggap bahwa Istana sudah terkontaminasi oleh mafia narkoba.
"Ia (Sudi Silalahi) segera membantah, sebelum merambah ke publik. Sekarang kan yang namanya komunikasi itu tergantung dari kredibilitas siapa yang bicara. Jadi Istana kebakaran jenggot karena yang komentar adalah Mahfud MD," kata Hamdi Muluk.
Sebelumnya, Mahfud MD mengungkapkan ada dugaan bahwa mafia narkoba mulai mempengaruhi pemberi rekomendasi soal grasi kepada Presiden.
Hal itu dibantah tegas oleh Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Bahkan, Sudi menganggap ucapan Mahfud tersebut telah menghina Istana dan menilai ucapan Mahfud merupakan tuduhan yang sangat keji.