Kongres HMI
Dwi Sudharmono: HMI Harus Menjaga Etika
Dwi Sudharmono mengatakan HMI adalah organisasi kemahasiswaan Islam, yang pemahaman ke-Islaman dan ke Indonesiaannya tuntas.
Editor:
Toni Bramantoro
lihat foto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dwi Sudharmono, Ketua Umum Badko HMI Jawa Timur menghimbau perlu menjadi catatan semua pihak, bahwa HMI adalah organisasi kemahasiswaan Islam, yang pemahaman ke-Islaman dan ke Indonesiaannya tuntas.
Hal itu dikatakannya sehubungan maraknya aksi penolakan kehadiran Presiden SBY di Kongres HMI yang digelar hari Jumat ini (15/3/2013) di Jakarta.
"Itu artinya HMI mengerti hukum, tahu kesantunan. HMI memahami norma dan batas-batas etis dalam berucap dan bertindak, karena itulah nilai lebih dari HMI," ungkap Dwi Sudharmono, Kamis (14/3/2013).
Dharmo, panggilan akrab Dwi Sudharmono mengatakan, dalam menyikapi polemik hadir tidaknya Presiden SBY di Kongres HMI sebaiknya kader-kader HMI memberikan respon yang rasional dan objektif.
"Tidak perlu berlebihan apalagi sampai dengan melempar sepatu, itu bukan cara-cara kader HMI," selorohnya.
Sebagai anak bangsa dan kelompok intelektual lanjut Dharmo, kader HMI mengerti bahwa selain sebagai sosok individu SBY adalah seorang Kepala Negara, dan merupakan simbol negara yang menurut UU harus dijaga martabatnya. "Bahkan untuk menunjukan kecintaan kita kepada bangsa dan negara, kita seharusnya menghormati simbol-simbol negara," ujarnya.
Dharmo pun meminta kepada seluruh Kader-kader HMI untuk bisa membedakan bahwa SBY sebagai simbol negara dan SBY sebagai sosok individu yang berkonflik dengan AU.
"Begitupun saat yang sama kita mencitai Anas karena dia sebagai Alumni HMI. Oleh karena itu harusnya HMI tidak mencampuri urusan politik SBY dan AU," tutur Dharmo.
Sebagai organisasi Islam seharusnya HMI mempertontonkan sikap-sikap yang islami dan terpuji.
"Sehingga Kongres HMI kali ini tidak saja sekedar menjadi forum formal evaluasi dan memilih ketua umum semata, namun dapat menjadi ajang publikasi yang positif bagi HMI," tandas Darmo.
Baca juga:
