Gedung Fisip UI Terbakar
Gedung Kampus UI Disarankan Lengkapi Proteksi Kebakaran
Pihak Universitas Indonesia pun disarankan melengkapi fasilitas pemadaman kebakaran
Penulis:
Bahri Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bencana kebakaran kembali terjadi di kampus UI. Bila pada tahun 2001 kebakaran melanda Fakultas Teknik ,kali ini terjadi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP UI).
Pihak Universitas Indonesia pun disarankan melengkapi fasilitas pemadaman kebakaran dengan alat-alat seperti perawatan hydrant, pengadaan APR tiap lantai, alarm, sprinkler pemercik api, serta arahan evakuasi yang jelas.
Berdasarkan pemantauan alat pemadam api ringan (APAR) yang dimiliki gedung C hanya sedikit. Hal ini dibandingkan seperti memberi makan satu piring kecil untuk 6 orang kuli. Serta hydrant yang sudah tidak berfungsi lagi. Di dalam kampus pun tidak terlihat petunjuk arah evakuasi bencana.
“Dunia akademis ini kan sarat dengan kertas dan pena, kalau sudah kebakaran begini kan ludes semua,” ujar Komandan Pleton Dinas Pemadam Kebakaran Pasar Minggu, Sugiyanto, Rabu(8/1/2014).
Sugiyanto menyayangkan gedung C yang menjadi gedung Departemen Sosiologi FISIP UI ini bukan gedung yang dipersiapkan untuk tahan bencana kebakaran. Para pemadam mengalami kesulitan masuk ke dalam gedung karena hanya ada satu akses pintu utama di gedung tersebut. Sugiyanto melanjutkan, untuk masuk melalui jendela pun anggotanya mengalami kesulitan dikarenakan semua gedung yang dipasang teralis.
“Kebakaran di ruang arsip sudah terlalu besar hingga sulit bisa diselamatkan lagi. Karena itulah prioritas kami diubah untuk mencegah api tidak menjalar, kami menghambatnya melalui akses pintu utama,” ujarnya.
Menghadapi bencana tersebut, mantan Dekan FISIP UI, Prof. Bambang Shergi yang juga Guru Besar Sosiologi FISIP UI tampak sangat terpukul. Departemen Sosiologi sedang dalam masa relokasi di lantai 2 gedung C FISIP UI.
Gedung yang akan diresmikan dua minggu lagi ini ludes terbakar di depan matanya. Dia menyayangkan arsip, buku dan semua rujukan ilmu Sosiologi yang yang selama ini terdokumentasi akhirnya menjadi abu. Terdapat sekitar 5000 arsip yang disimpan sejak tahun 50-an di dalam ruang yang terbakar itu.
Bambang Shergi menyesalkan pembangunan fasilitas yang tidak diproteksi bencana kebakaran. Pihak departemen sudah merancang bangunan secara fungsional, estetis, dan aman dari bahaya pencurian, karena itulah banyak dipasang teralis di jendela ruangan.
“Kerugian gedung bisa diukur dan dikembalikan dengan mudah dengan asuransi, namun buku-buku yang menjadi warisan dan rujukan ilmu pengetahuan ini yang sulit diadakan kembali,” ujarnya dengan sikap yang terlihat tenang walau matanya berkaca-kaca.
Sementara itu Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Taufik Basari mengatakan bahwa kebakaran yang melanda merupakan tragedi kaum akademis. Dia menjelaskan, tidak hanya kerugian material namun yang lebih utama adalah kehilangan bahan-bahan penelitian yang sangat berguna.
“Apa gunanya universitas kalau tidak ada bahan dan hasil penelitian,” ujarnya.
Dia mengimbau agar tragedi ini bisa menjadi bahan penelitian pencegahan bencana, agar tidak sampai terjadi lagi di UI dan universitas-universitas yang lain.
“Gedung-gedung lain di seluruh universitas harus ditelaah lagi sistem keamanannya. Kita telah menemukan satu lubang, berangkat dari sini mari kita perbaiki semuanya,”ujarnya.