Kemendikbud Diminta Awasi Anak-Anak Agar Tak Terpapar Paham Radikal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diminta mengantisipasi gerakan radikal ISIS yang dapat mempengaruhi anak-anak sekolah.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Randa Rinaldi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua SETARA Institute, Bonar Tigor Naiposos, menyarankan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengantisipasi gerakan radikal ISIS yang dapat mempengaruhi anak-anak sekolah.
"Siswa dalam posisi masih labil, bisa berubah terhadap pengaruh eksternal," ujar Tigor saat diskusi bertajuk "Target Kelompok Muda Indonesia dalam Ancaman Bidikan ISIS !" di Jakarta, Senin (30/3/2015).
Setidaknya ada empat faktor harus diantisipasi sekolah agar ideologi ISIS tak menular ke anak-anak. Pertama, kepribadian sangat rentan dimasuki paham radikal jika toleransi umat beragama tidak diterapkan. Tigor menyarankan, pemahaman anak-anak tentang Pancasila harus diperkuat karena Indonesia sangat menjunjung kebhinekaan.
Kedua, pemerintah harus semakin mengawasi sistem pengajaran di sekolah. Sebab, kasus buku Pendidikan Agama Islam kelas XI di Jombang, Jawa Timur yang memuat ajaran garis keras harus dijadikan pelajaran oleh pemerintah.
"Jika sumber materi buku ajar bisa berarti materi memang harus diperbaiki dan diberikan materi siswa yang bisa menghargai perbedaan. Teks buku ajar jangan menguti pandangan-pandangan yang tidak memberi ruang bagi perbedaan," saran Tigor.
Pengaruh paham ekstrim juga tak bisa dilepaskan oleh faktor guru sebagai pendidik di sekolah. Guru sebagai instrumen pendidikan harus dibekali pemahaman tentang Pancasila khususnya guru mata pelajaran agama.
"Karena itu kita merekomendasikan organisasi islam seperti NU (Nahdhlatul Ulama) dan Muhammadiyah itu memberikan semacam pelajaran dan training kepada guru tentang Indonesia," ucap Tigor.
Keempat, SETARA juga mengkritik kegiatan estrakurikuler di sekolah kurang diseleksi oleh pihak sekolah. Kegiatan ini berpotensi dimasuki oleh paham-paham radikal yang disebabkan lemahnya kontrol oleh pihak sekolah.