Senin, 8 September 2025

Ricky Tamba: Reformasi Telah Mati, Mayoritas Elite Terjangkit Penyakit 'Ngawurisme'

Musuh utama perjuangan Gerakan Reformasi 1998 yakni korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), semakin merajalela.

Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Civitas Akademi Universitas Trisakti memperingati 17 tahun tragedi 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (12/5/2015). Kegiatan tersebut untuk mengenang kembali empat mahasiswa Universitas Trisakti yang meninggal karena tertembak saat melakukan aksi memperjuangkan reformasi pada Mei 1998 di kampus itu. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Tribunnews.com, Bandarlampung - "Reformasi telah mati, yang diwariskan tinggal kebebasan semu yang ternyata tidak mampu mengangkat hajat hidup rakyat banyak," ujar juru bicara Jaringan Aktivis '98 Lampung, Ricky Tamba, dalam pernyataan diterima di Bandarlampung, Selasa (19/5/2015).

Ricky menuturkan, 17 tahun reformasi telah melahirkan kebebasan, tetapi gagal menuntaskan agenda perjuangan terpenting menyangkut kesejahteraan rakyat, seperti penyediaan kebutuhan pokok murah maupun pemenuhan pendidikan dan kesehatan dasar bagi seluruh warga negeri ini.

Selain itu, musuh utama perjuangan Gerakan Reformasi 1998 yakni korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), semakin merajalela.

"Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi karena diserahkan ke mekanisme pasar, pendidikan dan kesehatan kunci peningkatan kemakmuran rakyat jadi komoditas mahal, produksi usaha rakyat seperti pertanian sangat dikendalikan mafia dan tengkulak." katanya pula.

Begitu pula pengangguran dan kriminalitas meningkat hingga pedesaan.

Lebih dari 300 kepala daerah dan tiga ribuan anggota legislatif tersangkut kasus korupsi, dan kini ditiru banyak kepala desa yang juga korup, kondisi ini sangat memprihatinkan.

Ricky menegaskan, matinya reformasi disebabkan oleh dua hal pokok, yakni agresi neoliberalisme dan 'ngawurisme' yang menjangkiti mayoritas elite dan aktivis 1998 yang rela menjadi agen penjual bangsa.

"Bagaimana Indonesia akan maju kalau sumber daya potensial telah diserahkan kepada pihak asing melalui liberalisasi ekonomi-politik lewat amandemen UUD 1945 dan penerapan banyak undang-undang yang melegalisasi agresi kapitalisme internasional hingga pelosok daerah," katanya.

"Bagaimana reformasi mau berhasil kalau mayoritas elite dan aktivis 1998 terjangkit 'ngawurisme', rela menjadi agen penjual bangsa, cuek dan masa bodoh terhadap nasib mayoritas rakyat miskin, hanya memikirkan perutnya sendiri," katanya lagi.

Ricky berharap, pemerintahan Jokowi-JK harus tegas berpihak kepada kepentingan rakyat sesuai Nawacita, dan berani melawan berbagai kepentingan yang akan menghancurkan Indonesia.

Sumber: Kompas.com
Tags
reformasi
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan