Beras Plastik
Perpadi: Beras Sintetis Tidak Mungkin Alasan Ekonomi
Ketua Perpadi, Nellys Soekidi, meragukan itu dilandasi motif ekonomi karena biji plastik lebih mahal dibandingkan dengan beras.
Penulis:
Eri Komar Sinaga
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) berpendapat tidak ada motif ekonomi mengenai adanya kabar beras sintetis yang beredar di pasaran.
Ketua Perpadi, Nellys Soekidi, meragukan itu dilandasi motif ekonomi karena biji plastik lebih mahal dibandingkan dengan beras.
"Tidak mungkin motif ekonomi bagi pelaku usaha karena biji plastik itu kan sekarang sangat tinggi. Kalau di-mix (campur) tujuannya apa," kata Nellys saat diskusi bertajuk 'Kejahatan Beras Sintetis', di Hotel Double Tree by Hilton, Jakarta, Sabtu (23/5/2015).
Pedagang, lanjut Nellys pasti berusaha untuk mendapatkan keuntungan sebaik-baiknya.
Namun apabila mematok untung yang setinggi-tingginya, Nellys khawatir itu aka berdampak kepada pelanggan yang akan mencari pedagang beras yang lain. Namun tidak juga untung rendah karena pedagang harus membayar gaji karyawan.
"Kita pengennya kondisi stabil, dagang yang baik. Saya pikir seperti itu. Biji plastik resikonya sangat tinggi. Ditinggal pelanggan. Kedua bisa terhukum kan plastik diaduk sama beras. Untungnya dimana," kata Nellys.
Nellys menekankan hingga saat ini belum diketahui secara pasti beras yang disebut sisntetis. Persoalannya, lanjut Nelly, pemerintah tidak membuka uji laboratorium yang menemukan ada beras sintetis.
"Kecuali kalau tercampur itu kan kita nggak tahu. Kalau tercampur, siapa yang campur. Harusnya di lab itu dibuka saja biar jelas siapa (pelakunya)," tukas Nellys.