SBY Sudah Tempati Rumah Pemberian Negara di Mega Kuningan Jakarta
Dyan mengungkapkan, SBY dan keluarganya sudah mulai menempati rumah di Mega Kuningan sejak awal Januari ini.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sudah menempati rumah pemberian negara yang beralamat di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Hal itu disampaikan Camat Setiabudi, Dyan Airlangga kepada Warta Kota, Kamis (26/1/2017).
"Iya benar, Pak SBY sudah tempati rumah yang di Mega Kuningan," ujar Dyan.
Dyan mengungkapkan, SBY dan keluarganya sudah mulai menempati rumah di Mega Kuningan sejak awal Januari ini.
Baca: Begini Wujud Rumah Baru SBY Pemberian dari Negara
Baca: Pengadilan Diminta Perintahkan Setneg Batalkan Rumah Baru SBY Pemberian Negara
Baca: Presiden Keenam SBY Dapat Rumah Baru dari Negara
Namun, dia tidak hafal tanggal persisnya.
"Tapi kemarin silaturrahmi ke rumah Ketua RW tanggal 23 (Senin, 23/1/2017). Pak SBY-nya langsung datang ke rumah Pak RW untuk melaporkan diri," beber Dyan.
Dikatakan Dyan, meski SBY sudah mulai menempati rumah di Mega Kuningan namun tokoh nasional yang menjabat Presiden selama dua periode itu masih tetap memiliki KTP Cikeas.
"Kemarin saya tanya Pak SBY, 'Pak izin Pak, Bapak mau pindah (kependudukan) atau gimana? Nggak deh Pak Camat, saya tetap KTP di Cikeas," terang Dyan.
"Karena kan sharing. Empat hari di Kuningan, tiga hari di Cikeas. Karena kan nggak full di Kuningan. Di Kuningan pas dari Senin sampai Kamis aja kayaknya," kata Dyan lagi.
SBY, kata Dyan, juga sempat menyampaikan punya rencana untuk mengadakan syukuran kepindahannya ke rumah baru bersama warga sekitar.
"Kemarin sih sempet bilang, 'Nanti Pak RW dan warga sekalian saya undang ke rumah ya, nanti saya atur waktunya," ucap Dyan menirukan SBY.
Tinggal di Mega Kuningan, kata Dyan, SBY dan keluarganya kini bertetangga dengan para tokoh lain.
Seperti Presiden ke-3 BJ Habibie, mantan Wapres Hamzah Haz, para menteri, dan lain-lainnya.
Dyan menuturkan, saat bertandang ke rumah Ketua RW, SBY tampak santai seperti warga lainnya.
Namun masih tetap dengan memperlihatkan gaya formal yang merupakan ciri khasnya.
"Beliau ramah. Dia sempat bilang, 'Tolong saya diterima sebagai warga. Saya bilang, 'Siap Pak. Kalau ada kebutuhan apa bisa disampaikan ke RW, nanti disampaikan ke Pak Lurah atau ke saya," terang Dyan.
Dyan mengungkapkan, sejak SBY dan keluarganya mulai menempati rumah di Mega Kuninga namun sebagai Camat belum pernah berkunjung ke rumah megah tersebut.
Dikatakannya, selain SBY dan Ani Yudhoyono, anak sulung mereka yang kini maju dalam Pilgub DKI 2017, Agus Harimurti Yudhoyono, juga acap menghabiskan waktu di rumah tersebut.
"Waktu proses pembangunan sih saya pernah masuk ke rumahnya, tapi setelah ditempatin belum. Saya nggak enak. Soalnya katanya Agus juga lebih banyak aktivitas disana juga," ujar Dyan.
"(Agus) nggak tinggal di situ sih, cuma aktivitasnya lebih banyak di situ," kata Dyan lagi.
Dia menambahkan, kediaman SBY dijaga ketat oleh Pasukan Pengamanan Presiden seperti diatur oleh Undang-undang.
Pantauan Warta Kota, Kamis (26/1/2017), dari luar, kediaman SBY tampak lengang.
SBY maupun anggota keluarganya tidak tampak keluar rumah, kecuali sejumlah petugas berseragam yang berjaga-jaga.
Namun, ada satu hal yang menarik perhatian, yakni adanya spanduk kampanye AHY di pagar rumah SBY.
Menurut seorang pedagang, Inu, spanduk itu telah terpasang sejak beberapa hari lalu. "Kira-kira sudah seminggu," katanya.
Untuk diketahui, SBY dibangunkan rumah karena menjadi haknya sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan dan Standar Rumah bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden RI.
Peraturan Presiden RI tersebut ditandatangani SBY pada 2 Juni 2014.
"Mantan Presiden dan/atau mantan Wakil Presiden yang berhenti dengan hormat dari jabatannya diberikan sebuah rumah kediaman yang layak," demikian bunyinya pada Pasal 1.
Seluruh biaya pembangunan rumah, termasuk pajaknya ditanggung oleh negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Penulis: Gopis Simatupang