Mahfud MD Blokir Follower Akun Twitter yang Mengajaknya 'Bertengkar'
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD megakui dua hari terakhir ini dia memblokir beberapa follower yang dianggapnya hanya mengajak bermusuhan.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD megakui dua hari terakhir ini dia memblokir beberapa follower yang dianggapnya hanya mengajak bermusuhan.
Hal itu disampaikan Mahfud melalui akun twitter @mohmahfudmd.
Betulkah hal itu dilakukan oleh pemilik akun yang mempunyai follower lebih dari dari 2 juta ini?
Berikut penjelasannya khusus kepada Tribunnews.com.
Benarkah Anda memblokir follower yang masuk ke akun Twitter Anda?
Mahfud: Benar. Dalam dua hari ini ada belasan akun yang saya blokir karena mengajak tengkar, bukan mengajak diskusi atau bertukar informasi secara benar.
Apa maksudnya?
Mahfud: Mereka sengaja memancing emosi saya dengan mengulang-ulang cuitan pertanyaan dan pernyataan yang sudah saya jawab dan bantah. Yakni kasus persekusi di arena Car Free Day (CFD) dan kasus pembagian sembako di Monas awal pekan ini.
Bagaimana ceritanya?
Mahfud: Sekitar jam 10 hari Minggu kemarin saya melihat berita di TV yang juga viral di media sosial tentang seorang ibu dan anaknya yang dipersekusi beramai-ramai oleh banyak orang yang memakai kaus tagar tertentu dengan brutal.
Baca: Mulai Dini Hari Besok Pelabuhan Padangbai Ditutup Selama 7,5 Jam
Melihat itu saya bercuit di Twitter bahwa hati saya tersayat melihat persekusi yang tidak adil itu. Kalau video itu bukan hoax atau montage maka tindakan itu sungguh tak bermoral. Ramailah respons cuitan yang pro kontra.
Kemudian Anda memblokir cuitan-cuitan yang masuk?
Mahfud: Mulanya sih, belum. Tapi kemudian ada cuitan yang mengatakan saya tertipu oleh berita itu. Katanya, berita itu framing dari kelompok yang satu gang dengan yang dipersekusi.
Itu settingan sandiwara untuk membuat kesan bahwa kelompok tertentu dikesankan jahat dan tak toleran terhadap kelompok lain.
Mendapat informasi itu saya langsung bercuit, “Kalau itu framing ya lebih tak bermoral lagi. Aparat harus menindak yang membuat framing maupun pelaku peran sandiwara dalam persekusi itu”.
Nah, kemudian muncul cuitan-cuitan yang sengaja mengajak bertengkar. Ya, saya blokir.
Apa saja isi cuitan yang Anda anggap mengajak bertengkar?
Mahfud: Intinya mereka sengaja memviralkan secara bergantian bahwa saya memihak persekusi framing dan settingan. Padahal sudah saya bilang, kalau itu framing malah lebih tak bermoral lagi dan harus ditindak.
Lebih dari itu mereka mengaitkan secara ngawur bahwa saya membela persekusi framing tetapi bungkam dalam kasus bagi-bagi sembako di Monas yang menewaskan dua anak. Itu, kan membabi buta.
Baca: Sel Novanto di Lapas Sukamiskin Kemungkinan Berdekatan dengan Irman dan Sugiharto
Apakah Anda memang membela pihak yang membagi-bagi sembako itu?
Mahfud: Tidaklah, malah sebaliknya. Berita tentang tragedi bagi-bagi sembako itu saya tahu jam 21.43 Senin malam begitu saya mendarat di Yogya.
Besok paginya, setelah memastikan kesahihan beritanya saya langsung bercuit, panitia pembagian sembako harus ditindak tegas. Wong di Pasuruan ada orang membagi-bagi zakat saja ditindak oleh aparat hukum karena ada warga yang meninggal saat berebutan meminta zakat.
Jadi yang di Monas itu, siapa pun Dave dan kawan-kawannya yang katanya menjadi panitia itu, juga harus ditindak secara tegas.
Sudah jelas begitu sikap saya, masa, mereka memviralkan cuitan bahwa saya bungkam terhadap kasus Monas tapi membela persekusi framing di CFD? Maka saya block mereka karena hanya mengajak bertengkar.
Apakah menurut Anda mereka itu sengaja memojokkan Anda?
Mahfud: Iya, lah. Sikap saya kan sudah jelas tertulis, ada hari dan jamnya kapan statement saya diposting. Bahkan saya juga sudah berbicara blak-blakan di televisi dalam Program Mata Najwa bahwa Persekusi terhadap Bu Fera itu tak bermoral, kalau itu framing supaya ditindak framer dan pelaku peran sandiwaranya, kasus bagi-bagi sembako yang menewaskan dua anak harus ditindak secara hukum.
Sudah jelas sikap saya begitu, kok masih saja mencuitkan yang sebaliknya secara berulang-ulang. Ya, saya block saja.
Apakah Anda melakukan blokir dengan rasa marah?
Mahfud: Tidak. Saya malah melakukannya sambil senyum-senyum senang. Sebab saya tahu mereka ingin saya marah dan membalas penjelasan lagi agar mereka bisa numpang dalam mention kepada dua juta lebih follower saya.
Saya beri jawaban blokir saja, bukan menjelaskan lagi. Jadi merela bukan muncul dalam mention tetapi hilang dari akun. Saya melakukan itu dengan senyum-senyum saja.
Apakah Anda tidak takut kehilangan followers atau dibilang anti kritik?
Mahfud: Tidak lah, akun-akun yang hit and run begitu saya anggap sampah yang harus dibersihkan dari halaman rumah.
Saya juga tidak khawatir dibilang anti kritik sebab semua cuitan saya masih bisa di-track yang menunjukkan bahwa saya suka pada kritik.
Saya membiarkan dan ikut me-retweet kritik-kritik bahkan hampir selalu menjawab cuitan dengan serius atau dengan candaan tetapi tetap sopan.
Saya mengoperasikan akun saya ini sendiri, tanpa admin, maksudnya ingin banyak kawan, bukan untuk bertengkar.
Memblockir adalah hak dan merupakan jawaban yang paling aman daripada menjawab secara emosi.