Prihatin Intoleransi Meningkat di Bantul, Begini Tanggapan Sekjen PDIP
Kasus intoleransi itu merujuk pada pelarangan upacara leluhur lintas agama untuk Ki Ageng Mangir di Dusun Mangir Lor, Desa Mangir.
Penulis:
Vincentius Jyestha Candraditya
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengaku prihatin terhadap meningkatnya intoleransi di kalangan masyarakat Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kasus intoleransi itu merujuk pada pelarangan upacara leluhur lintas agama untuk Ki Ageng Mangir di Dusun Mangir Lor, Desa Mangir, Pajangan, Bantul, pada Selasa (12/11) lalu.
Kegiatan yang dihadiri oleh anggota komunitas dari berbagai latar belakang agama dan berniat mendoakan bumi agar tak kekeringan itu dibubarkan oleh polisi dan warga sekitar.
"Kami datang membawa pesan ideologis mengingat Yogyakarta adalah miniatur Indonesia. Sebagai cermin bagaimana Pancasila harusnya sungguh hidup. Maka kami sangat prihatin terhadap berbagai bentuk intoleransi yang akhir-akhir ini marak terjadi di DIY termasuk Bantul ini," ujar Hasto, pasca membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) DPC PDIP Bantul, DIY, Minggu (24/11/2019).
Hasto mengatakan DPP PDIP menginstruksikan kepada jajaran partainya terutama kader di Bantul untuk merangkul seluruh elemen masyarakat.
Sehingga, kata dia, masyarakat dapat menjadikan Pancasila sebagai way of life atau jalan hidup dan meniadakan aksi intoleransi.
"Agar Pancasila sungguh hidup menjadi the way of life, dan juga kebebasan dalam menjalankan agama dan keyakinannya dapat dilakukan dengan baik di Yogyakarta," kata dia.
"Kami minta, jangan rusak Yogyakarta dengan sikap-sikap kelompok tertentu yang tidak memahami aspek Pancasila dalam kehidupan berbangsa," inbuh Hasto.