Virus Corona
Ratusan Warga di Sekitar Karantina Virus Corona di Natuna Diajak Makan Ayam Goreng
Tentunya kegiatan ini merupakan upaya untuk mengembalikan ketakutan warga Kota Tua Penagih terhadap serangkaian ratusan
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, NATUNA - Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I, Laksda Yudo Margono berusaha merajut kebersamaan antar elemen masyarakat di Kabupaten Natuna, yang menjadi tempat karantina dan observasi 238 WNI dari China terkait wabah virus corona.
Yudo mengajak 300 warga Kota Tua Penagih untuk makan ayam goreng bersama.
Kegiatan itu disejalankan dengan bakti sosial kesehatan pengobatan gratis oleh Gabungan Tugas Terpadu Operasi Kemanusiaan. di Kota Tua Penagih, Ranai, Selasa (11/2/2020).
Yudo mengatakan selain makan ayam goreng bersama dan pengobatan gratis, seperti pengecekan kesehatan, dan membagikan vitamin, pihaknya juga menikmati hiburan musik orgen tunggal.
"Pagi ini kita bersama warga penagih sudah makan ayam goreng bersama, juga pengobatan gratis, seperti pengecekan kesehata," ujar Yudo.
"Kenapa ayam goreng, tanya dia. Karena ayam goreng yamg terkenal di Kota Tua Penagih ini," sambungnya.
Baca: Terkait Penanganan Virus Corona, 83 Orang di Sumatera Utara Dikarantina
Baca: Seminggu Dikarantina, 78 WNI di Kapal Pesiar Jepang Dinyatakan Bebas Corona
Tentunya kegiatan ini merupakan upaya untuk mengembalikan ketakutan warga Kota Tua Penagih terhadap serangkaian ratusan Warga Negara Indonesia yang menjalani observasi di Hanggar Lanud Raden Sajad.
"Jadi, kita pupuk kembali rasa kebersamaan itu, sehingga warga bersama pemerintah, TNI dan Polri kedepannya dapat saling sinergi menjaga Natuna ini," ujarnya.
Sebelumnya kehadiran ratusan WNI di lokasi karantina virus corona di Hanggar Lapangan Udara Raden Sadjad, membuat keresahan warga setempat. Sebab, ratusan WNI itu dipulangkan dari China, tempat awal munculnya virus corona jenis baru.
Meski tempat karantina di hanggar lanud itu berjarak sekitar 1,3 km dari permukiman warga Penagih, tapi sebagian warga memilih mengungsi atau keluar meninggalkan rumah.
Segera Dipulangkan
Pemerintah pusat didukung daerah tengah menyiapkan skenario atau skema pemulangan menyusul segera berakhirnya masa observasi virus corona terhadap 238 di Natuna pada empat hari mendatang.
Sesuai prosedur WHO, masa observasi dugaan terinfeksi virus corona adalah 14 hari.
Yudo mengaku pihaknya terus berkoordinasi dan tetap menunggu instruksi dari pemerintah pusat melalui panglima TNI perihal pemulangan 238 WNI dari tempat karantina.
"Yang jelas sampai saat ini sarana dan prasarana sudah siap seperti pesawat sudah stand by, saya juga akan tetap menunggu instruksi tapi dari sini sudah kami siapkan tim pendamping maupun sarana prasarana angkutan menuju ke tempat masing-masing," paparnya.
Namun, sudah disiagakan tiga pesawat milik TNI AU di hanggar Lanud Raden Sadjad Ranai. Ada dua pesawat jenis boeing dan satu pesawat jenis hercules.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia telah bersedia menfasilitasi pemulangan 238 WNI dari Natuna ke daerah asal masing-masing tanpa dipungut biaya.
"Jadi Garuda sudah bersedia, apabila ada pemulangan ke daerah-daerah, mereka siap untuk melaksanakan," ujar Budi.
Meskipun demikian, hal itu belum menjadi keputusan final dari pemerintah. Sebab, maskapai lain juga bersedia membantu proses pemulangan ratusan WNI ini.
"Tidak pasti (Garuda), tapi dia bersedia, yang lain-lain juga pasti mau juga semua.
Kan dulu itu isunya, dari Wuhan ke sini kok bukan Garuda, kenapa tidak Garuda kan karena mereka tidak ada line ke Wuhan.
Jawabannya adalah nanti jikalau ada yang lain, yang dia secara teknis dapat melakukan, mereka bersedia," katanya.
Menhub mengatakan pihaknya akan menggelar rapat untuk memutuskan teknis pemulangan para WNI tersebut pada hari ini.
Kerahkan Kapal Perang
Sebanyak lima Kapal Republik Indonesia ( KRI) disiagakan di perbatasan perairan antarnegara. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah masuknya virus corona ke Indonesia melalui orang-orang yang telah terjangkit maupun yang suspect (terduga).
KRI tersebut disiagakan di sejumlah perbatasan antarnegara, termasuk Kepulauan Riau ( Kepri) lantaran beberapa jalur merupakan pintu keluar masuk Singapura dan Malaysia.
Diketahui, kedua negara tetangga Indonesia itu telah merilis kasus warganya yang terinfeksi virus corona. Singapura mencatat 43 kasus. Sedangkan Singapura, 18 kasus.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya Yudo Margono mengatakan, virus corona merupakan musuh tak terlihat.
Sedangkan Kepulauan Riau sebagai jalur keliar masuk, perlu mendapatkan pengawasan ketat.
"Saat ini perairan Kepri sudah warning, makanya pengawasan dan operasi terus dilakukan, karena musuh yang dilawan merupakan musuh yang tidak terlihat dengan kasatmata," kaa Yudo.
Peningkatan kewaspadaan di Kepri bukan tanpa alasan. Sebab, selama ini menjadi pintu keluar masuk Singapura dan Malaysia adalah kota Batam, Kepri.
Selain itu, pelabuhan-pelabuhan tikus di daerah tersebut yang berpotensi menjadi pintu masuknya pendatang ilegal yang terinfeksi virus corona juga mendapat pengawasan TNI. (tribun network/tim/coz)