Virus Corona
Ini Alasan Driver Ojol Tolak Lockdown, Penghasilan Berkurang hingga Berdampak Negatif
Asosiasi pengemudi ojek online (ojol) yang tergabung dalam Gabungan Transportasi Roda Dua (Garda) Indonesia menolak kebijakan lockdown.
Penulis:
Indah Aprilin Cahyani
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Asosiasi pengemudi ojek online (ojol) yang tergabung dalam Gabungan Transportasi Roda Dua (Garda) Indonesia menolak kebijakan lockdown.
Presidium Garda Indonesia, Igun Wicaksono memamparkan alasan driver ojol tersebut menolak lockdown.
Igun menambakan, driver ojek online merupakan jenis pekerjaan informal.
Sebab, pekerja jenis tersebut penghasilannya bergantung terhadap aktivitas sehari-hari.
Baca: Kuala Lumpur dan Selangor Hadapi Kelangkaan Air Bersih di Tengah Wabah Corona dan Lockdown
Baca: Calvin Jeremy Sedih Harus Jalani Kuliah Online Karena Filipina Terapkan Lockdown
Lebih lanjut, ia meyakini hal itu akan merugikan driver ojol jika nantinya lockdown diberlakukan.
"Antara lain jutaan ojol yang setiap hari penghasilannya didapatkan secara harian bergantung pada pengguna jasa ojol harian," tutur Igun dalam keterangan tertulis, Rabu (18/3/2020), dikutip Kompas.com.
Igun kembali menekankan, kebijakan lockdown akan sangat berdampak buruk terhadap driver ojol.
Tak hanya itu, banyak pekerja yang bergerak di sektor informal untuk mencari pendapatan.
"Lockdown jika diberlakukan di Indonesia dampak negatifnya jauh lebih besar dari negara lain."
"Karena banyak yang mencari nafkah di sektor informal," ujarnya.
Baca: Hari Ini Malaysia Lockdown, Begini Nasib Ojek Online Khusus Makanan
Baca: Jabar Siap Lockdown, Ridwan Kamil Minta Pemerintah Pusat Pertimbangkan: Banyak Postifinya Juga
Presiden Jokowi
Saat ini pemerintah Indonesia tak akan melakukan lockdown atau mengunci wilayah yang terjangkit virus corona.
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Achmad Yurianto selaku juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona.
Presiden Jokowi mengaku, saat ini pemerintah belum memikirkan kebijakan lockdown tersebut.
"Belum, belum berpikir ke arah sana," ujar Jokowi di Bandara Soekarno Hatta, Jumat (13/3/2020), dikutip dari Kompas.com.
Jokowi lalu mengapresiasi langkah dari Kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah, dalam menangani virus corona di Indonesia.
Baca: Potret Terbaru Tom Hanks Setelah Positif Corona, Tersenyum: There is No Crying in Baseball
Baca: Solo Ada Positif Corona, Dewas RS: Jangan Panik, Dinkes Tracking
Ia menyebut, sejumlah daerah ikut berperan dalam edukasi masyarakat mengenai virus corona.
"Saya memberikan apresiasi terhadap daerah yang mampu mengedukasi ke masyarakat," katanya.
"(Daerah) memberikan penjelasan ke masyarakat yang baik, seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat."
"Hal-hal seperti itu yang bisa menenangkan," ungkap Jokowi.

Tanggapan Achmad Yurianto
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona, Achmad Yurianto, mengatakan mengambil opsi lockdown justru akan meningkatkan adanya peluang penularan virus corona.
"Kami tidak akan memakai opsi lockdown, karena kalau di-lockdown, malah kita tidak akan bisa berbuat apa-apa," ujar Yurianto di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis, dikutip dari Kompas.com.
Meskipun sejumlah negara sudah menerapkan kebijakan tersebut, Yuri menyebut, justru kasus di wilayah tersebut berpeluang akan bertambah.
"Konsekuensinya, kasus (Covid-19) di wilayah itu bisa jadi akan naik dengan cepat," jelasnya.
Baca: Penanyangan Film KKN di Desa Penari Diundur, Diduga Karena Virus Corona
Baca: Cerita Wanita Sembuh dari Corona, Isolasi & Tidak ke Rumah Sakit
Ia mengungkapkan, dalam waktu dekat pejabat tingkat kementerian akan melaksanakan rapat untuk menentukan langkah selanjutnya demi mengantisipasi penyebaran virus corona di Indonesia.
"Ini akan menjadi keputusan bersama yang akan diputuskan di tingkat kementerian," ungkap Yuri.

Yuri lalu mencontohkan opsi lockdown pada kapal pesiar Diamond Princess.
Ia berujar, kapal tersebut menjadi satu diantara lokasi awal virus corona di China, setelah adanya upaya mengunci orang-orang di dalam kapal.
"Begitu di-lockdown (karantina di dalam kapal), (jumlah positif Covid-19) naik angkanya."
"Ya karena orang tidak ke mana-mana, di situ," ujar Yuri, dikutip dari Kompas.com.
Baca: Wanita Ini Dapat Pesan WA soal Info Pasien Positif Corona, Ternyata Sosok yang Tak Asing Baginya
Baca: Curhat seorang Wanita Dapat Pesan WA soal Info Pasien Positif Virus Corona, Ternyata Ayahnya Sendiri
Yuri menegaskan, pemerintah memutuskan tak akan memilih opsi lockdown untuk saat ini.
"Lockdown itu supaya tidak ada pergerakan orang sakit keluar atau orang sakit masuk ke dalam."
"Kita tidak akan memakai opsi lockdown," tegasnya.

Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Yuri menjelaskan pemerintah tak akan mengunci wilayah di Indonesia meski banyak pasien yang positif dikatakan sebagai imported case atau tertular setelah bepergian dari luar negeri.
"Untuk apa alasannya lockdown?" kata Yuri di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Jumlah imported case dan pasien yang positif Corona di Indonesia belum memenuhi unsur yang membuat pemerintah harus menutup pintu akses.
Baca: Total 5 Pasien Corona di Indonesia Sembuh, Ini Imbauan setelah Pulang
Baca: Pengakuan Pasien Suspect Corona yang Diisolasi RSUD dr Moewardi Solo Sebelum Meninggal
Yurianto kemudian membandingkan jumlah yang terinfeksi Corona di Indonesia dan di Italia.
"Yaelah cuma segitu aja kok lockdown. enggak lah, coba Italia sekarang berapa kasusnya sekarang?" imbuh Yuri.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani/Taufik Ismail) (Kompas.com/Rully Ramli/Ihsanuddin/Rakhmat Nur Hakim)