Kamis, 28 Agustus 2025

Virus Corona

Suka Duka Pasien Corona Dirawat di RSD Wisma Atlet, Ada yang Ingin Kabur, Ada yang Betah

TK, seorang pasien berusia 50 tahun yang dua kali rapid test negatif tapi hasil tes swab-nya positif, mengingatkan kepada semua rekannya di Wisma Atle

Editor: Hasanudin Aco
TRIBUN/CECEP BURDANSYAH
Petugas medis memberikan penanganan epada pasien di RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Jumat (1/5/2020). Wisma Atlet Kemayoran telah dialihfungsikan menjadi RS Darurat Covid-19, setelah pandemi Virus Corona mendera Indonesia. TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semua pasien di Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19, Wisma Atlet, Kemayoran,

Jakarta, merasakan waktu begitu lambat dan tersimpan perasaan mencekam.

Butuh kekuatan mental dan kesabaran menghadapi hari-hari menjalani karantina.

TK, seorang pasien berusia 50 tahun yang dua kali rapid test negatif tapi hasil tes
swab-nya positif, mengingatkan kepada semua rekannya di Wisma Atlet.

Ia bilang, para pasien ibarat sedang berada di kapal di tengah laut yang sedang diterjang badai.

Untuk menyelamatkan kapal, katanya, tak ada cara lain selain jaga hati, selalu gembira, saling menghibur. dan memberi semangat.

"Bayangkan, kita ini ditolak oleh lingkungan. Bahkan keluarga yang kita cintai menghindar karena takut terpapar. Jadi, daripada kita sakit hati dijauhi dan ditakuti keluarga, lebih baik korban perasaan, mengisolasi diri di Wisma Atlet,” katanya.

TK masuk ke RSD Covid-19 Wisma Atlet 1 April.

Pada 28 April tes swab kedua hasilnya negatif sehingga keesokan harinya TK diperbolehkan pulang.

Ia mengaku tetap diminta bergabung di group WA oleh para pasien di lantai 27 karena mampu memotivasi rekan-rekannya.

TK memang pasien paling dikenal baik oleh sesama pasien maupun para perawat.

Memang tidak mudah menjalanj isolasi di RSD Covid-19 Wisma Atlet.

Seorang pasien yang masih muda, Ud, mengaku baru tiga hari menghuni Wisma sudah jenuh bukan main.

"Saya ingin minggat sebetulnya. Kalau hasil swab nggak kelar-kelar, saya betul-
betul akan minggat," katanya, Jumat (1/5/2020).

Ia beralasan, rapid test tidak akurat. Ud merasa sama sekali tak punya gejala terjangkit Covid-19.

Ia merasa apes karena tidak dikasih pilihan untuk isolasi mandiri.

Padahal, pasien lain banyak yang diberi opsi isolasi mandiri.

Manakala hasil tes swab tak segera keluar, sama saja memperpanjang keberadaannya di Wisma Atlet.

"Nggak mau saya. Bosan. Kerja cuma makan dan tidur melulu," keluhnya.

Temannya seruangan, Pri, yang masuk pada hari yang sama dengan Ud, menghibur agar bersabar.

"Minggat pun tak mungkin berhasil, karena dijaga dua lapis anggota TNI,” kata Pri yang lebih tenang menjalani isolasi.

Tower 7 yang dijadikan rumah sakit darurat dijaga ketat oleh pos TNI sebanyak dua
lapis.

Satu pos berada di gerbang masuk Wisma Atlet, Jalan Danau Sunter Barat No 1.

Pos kedua di depan UGD.

Satu-satunya pintu keluar masuk dari rumah sakit hanyalah pintu UGD. Jadi begitu
keluar dari UGD, langsung berhadapan dengan pos TNI.

Kalaupun bisa lolos , personel di pos TNI di pintu gerbang, jumlah personelnya sekira lima orang, sudah siap mengadang.

Puncak Wisma Atlet

Di kamar, para pasien umumnya menghabiskan waktu dengan beragam kegiatan.

Mulai dari video call dengan keluarga tercinta, sahabat, atau teman sekantor. Sehabis video call, biasanya mendengarkan musik atau nonton film melalui YouTube, atau membaca buku.

Tak sedikit yang menggunakan waktu untuk membaca Kitab Suci Al-quran bagi umat
Muslim, dan berzikir.

"Berzikir dan baca Quran, itu resep untuk membunuh kebosanan," kata pasien Ad.

Seorang pasien wanita, Wi, berseloroh, "Untuk mengusir kebosanan, tatap wajah saya
saja.”

Pasien lain mengaku membaca buku digital genre novel. Ia mendapat kiriman
buku digital tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer.

Untuk memperkuat kekebalan tubuh, seorang pasien di lantai 7 mengingatkan agar
jangan kebanyakan membaca berita.

Alasannya, berita terkait pandemi virus corona, baik di tanah air maupun di luar negeri, membuat miris, terutama ketika jumlah kematian yang ditonjolkan.

Biasanya yang dibagikan di grup, berita baik yang menggembirakan, seperti video
Denny JA dari Lingkaran Survey Indonesia (LSI). Video itu merilis hasil survey lembaga
di dunia yang kredibel dan menyimpulkan pandemi virus corona di Indonesia akan
berakhir awal Juni, sedang di dunia pada Juli-September.

Sudah rutin, setiap pagi dan sore menjelang magrib seorang warga India melakukan
joging dari ujung koridor ke ujung koridor sambil membawa tasbih. Ia selalu mengangkat tasbihnya ketika berpapasan dengan pasien lain, seperti memberi isyarat untuk selalu mengingat Tuhan.

Di lantai 25 ada ruangan yang cukup luas dan biasa digunakan untuk arena senam
dipimpin oleh seorang relawan. Para pasien biasanyanaik ke puncak Wisma Atlet,
lantai 32, untuk memandang hamparan rumah bersesakan di kawasan Kemayoran dan Danau Sunter. 

Penulis: Cecep Burdansyah

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan