Bamsoet: Indonesia dan Muhammadiyah Satu Kesatuan Tak Terpisahkan
Bambang Soesatyo menilai perjalanan 108 tahun Persyarikatan Muhammadiyah menunjukan kontribusi pada kemerdekaan Indonesia tidak perlu diragukan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet menilai perjalanan 108 tahun Persyarikatan Muhammadiyah menunjukan bahwa pengabdiannya terhadap bangsa Indonesia sudah dilakukan jauh sebelum negara Indonesia merdeka.
Kontribusi Muhammadiyah terhadap kemerdekaan Indonesia pun tak perlu diragukan.
Paling besar terlihat dari peran Ketua Umum Muhammadiyah ke-5, Ki Bagoes Hadikoesoemo, sebagai perwakilan kalangan agama di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang tak memaksakan Piagam Jakarta, dan menerima Pancasila sebagai ideologi negara.
"Indonesia dengan Muhammadiyah adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, layaknya orang tua dan anak. Sejak awal perjuangan dan mengisi kemerdekaan, Muhammadiyah menyadari bahwa kemajemukan bangsa adalah fitrah sekaligus rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Nilai inilah yang harus terus disuburkan, mengingat Indonesia didirikan bukan atas satu agama tertentu, melainkan atas sumbangsih berbagai kalangan umat beragama," ujar Bamsoet, saat menghadiri Milad ke-108 Persyarikatan Muhammadiyah, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (18/11/20).
Baca juga: Saleh Husin: Muhammadiyah Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Turut hadir baik secara fisik maupun virtual, antara lain Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Maruf Amin, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Menko Polhukam Mahfud MD, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Agama Fachrul Razi, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dan Zulkifli Hasan.
Bamsoet mengapresiasi kiprah dakwah Muhammadiyah yang selalu mengedepankan tanwir (mencerahkan) dan tabsyir (menggembirakan).
Tak pernah menggunakan cara kekerasan, apalagi menjadikan agama sebagai sumber konflik dan perpecahan.
"Tak mengherankan jika dalam membangun Indonesia melalui dakwah, Muhammadiyah menempuh tiga jalur utama yang dikenal dengan Amal Usaha Muhammadiyah. Pertama, pendidikan dengan mendirikan sekolah dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Kedua, mendirikan balai pengobatan dari mulai klinik hingga rumah sakit. Dan Ketiga, mendirikan panti, baik untuk anak-anak hingga orang tua/jompo," kata Bamsoet.
Bamsoet yang merupakan warga kehormatan Muhammadiyah ini memaparkan, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pernah merilis aset yang dimiliki Persyarikatan Muhammadiyah.
Amal usaha pendidikan tercatat 3.370 TK, 2.901 SD/MI, 1.761 SMP/MTs, 941 SMA/MA/SMK, 67 pondok pesantren, dan 167 perguruan tinggi.