Jumat, 5 September 2025

Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Mantan Ketua KNKT: Pinger Black Box SJ-182 yang Terendam Lumpur Akan Sulit Kirim Sinyal

Namun, pencarian black box yang menjadi bagian penting dalam proses investigasi penyebab jatuhnya pesawat, tim mengalami kendala medan berlumpur.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
zoom-inlihat foto Mantan Ketua KNKT: Pinger Black Box SJ-182 yang Terendam Lumpur Akan Sulit Kirim Sinyal
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
FOTO DOKUMENTASI - Ketua KNKT Tatang Kurniadi (kiri) bersama Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo (tengah), dan Danrem 061/Suryakencana, Bogor, Kolonel AM Putranto, saat jumpa pers terkait penemuan flight data recorder (FDR) Sukhoi Superjet 100, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (31/5/2012). FDR Sukhoi ditemukan oleh tim SAR gabungan 20 meter dari ekor pesawat. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim gabungan yang dipimpin Basarnas kembali melanjutkan pencarian korban, puing pesawat serta kotak hitam (black box) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) sore.

Namun, pencarian black box yang menjadi bagian penting dalam proses investigasi penyebab jatuhnya pesawat, tim mengalami kendala medan berlumpur.

Mantan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi berpendapat, pinger pada black box akan sulit ditemukan sinyal dan bunyinya jika terendam lumpur.

"Pasti kesulitan ya, kalau yang namanya pinger itu yang mengeluarkan sinyal ping ping, akan kesulitan kalau dia terendam lumpur," ujar Tatang, dalam tayangan Kompas TV, Senin (11/1/2021).

Kendati demikian, pinger masih bisa mengirimkan sinyal black box selama masih ada air.

"Tapi sejauh ada air, melalui media air itu dia (pinger) akan mentransmit frekuensinya," jelas Tatang.

Baca juga: Pentingnya Pinger, Mantan Ketua KNKT: Jangan Sampai Terpisah dari Black Box

Tatang menambahkan, pinger mudah ditemukan jika masih berada di bawah reruntuhan pesawat.

Namun jika tertimbun lumpur, tentu akan sulit bagi pinger untuk mengirim sinyal frekuensinya.

Baca juga: 3 Alat Pinger Finder Diturunkan untuk Lacak Black Box Pesawat Sriwijaya Air SJ-182

"Kalau di celah-celah dia masih aman, karena berada di reruntuhan pesawat, tapi kalau sudah tertimbun lumpur, itu memang agak sulit," kata Tatang.

Ada sejumlah elemen penting yang terdapat dalam kotak hitam (black box) yakni Flight Data Recorder (FDR), Cockpit Voice Recorder (CVR), hingga pinger.

Baca juga: Dua Penumpang Sriwijaya Air SJ-182 Diduga Gunakan KTP Orang Lain, Avsec Kini Menginvestigasi

"Setiap pesawat sesuai aturan internasional, untuk penerbangan sipil ini ya, harus membawa dua elemen, yang satu Flight Data Recorder atau FDR, yang kedua Cockpit Voice Recorder atau CVR," papar Tatang.

FDR dan CVR ini memang dikenal sebagai kotak hitam atau black box, namun warnanya justru oranye.

Baca juga: Menangis Histeris, Kehilangan Istri dan 3 Anak di Insiden Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

"Nah kedua alat ini sering disebut black box, warnanya oranye walaupun disebut black box, tidak ada warna lain, mencolok sekali," tutur Tatang.

Pada kedua elemen tersebut terdapat pinger yakni baterai yang bentuknya seperti tabung dan mengeluarkan bunyi untuk menandakan keberadaan black box.

Baca juga: Kisah Korban Sriwijaya Air: Pramugari Mia Minta Rumah Dibersihkan, Isti Sempat Video Call Ibunya

"Di kedua alat itu ada yang namanya pinger, pinger itu baterai lonjong, itu terikat di situ," kata Tatang.

Biasanya, dalam banyak kasus, pinger ini masih menempel pada FDR, sehingga akan diperoleh komponen black box secara utuh.

"Selalu melekat pada dua alat (FDR dan CVR) di black box itu, kalau kita bisa mendekati suara itu, bisa mendapatkan bahwa black box itu masih full dengan pingernya itu," jelas Tatang.

Namun hantaman keras pesawat yang jatuh dan tenggelam di dasar laut, dapat memberikan dampak besar pada FDR.

Karena elemen ini bisa saja terlepas dari pinger yang menjadi penanda dalam proses pencarian black box.

"Yang dikhawatirkan biasanya kalau jatuh ke laut, impactnya besar, maka FDR lepas dari pesawat, dan FDR nya juga (bisa) lepas dari pingernya," papar Tatang.

Tim gabungan Basarnas dan relawan penyelam kembali mulai bergerak melakukan pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJY-182  Senin (11/1/2020). Pesawat ini terjatuh di sekitar pantai Kepulauan Laki dan Lancar.
Tim gabungan Basarnas dan relawan penyelam kembali mulai bergerak melakukan pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJY-182 Senin (11/1/2020). Pesawat ini terjatuh di sekitar pantai Kepulauan Laki dan Lancar. (Tribunnews.com/Igman Ibrahim)

Umumnya, pinger pada pesawat memiliki masa satu bulan untuk memunculkan bunyi, namun kini daya tahan baterainya lebih lama menjadi 90 hari.

"Nah pinger masih terus berbunyi, dulu pinger itu berbunyinya hanya 30 hari, frekuensinya 37,5 kilohertz."

"Sekarang sudah ditambah, jadi 90 hari daya tahan baterainya dan frekuensinya lebih rendah lg 8,8 kilohertz," tutur Tatang.

Karena berburu dengan waktu, ia mengatakan bahwa tim penyelam yang tengah mencari black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu itu harus mengetahui apakah pinger yang dipasang itu baru atau lama.

'Pinger locater' atau alat untuk mencari kotak hitam (Blackbox) di atas Kapal Negara (KN) Andromeda.
'Pinger locater' atau alat untuk mencari kotak hitam (Blackbox) di atas Kapal Negara (KN) Andromeda. (Tribunnews.com/Rahmat Patutie)

"Jadi ini yang mau mencari suara itu, minimal ya kita harus tahu pesawat Sriwijaya ini sudah dipasangi pinger yang baru atau yang lama. Kalau dipasangi yang lama," tegas Tatang.

Ia mengaku tidak tahu apakah KNKT saat ini memiliki pinger finder untuk bisa mencari frekuensi.

"Saya nggak begitu paham, apakah KNKT sudah mempunyai pinger finder, alat untuk mencari pinger itu? Apakah itu alat yang baru untuk mencari (frekuensi) 8,8 kilohertz atau untuk 37,5 (kilohertz)?," kata Tatang.

Ia berharap jika pinger telah ditemukan, alat tersebut tidak terlepas dari black box.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) indetifikasi korban hasil pencarian TIM SAR di JICT, Tanjungpriuk, Jakarta Utara, Senin (11/1/2021).Total, Sejumlah korban meninggal dan 53 properti berupa pakaian korban, serpihan maupun pelampung milik pesawat SJ-182 berhasil ditemukan. (WARTAKOTA/Henry Lopulalan)
Tim Disaster Victim Identification (DVI) indetifikasi korban hasil pencarian TIM SAR di JICT, Tanjungpriuk, Jakarta Utara, Senin (11/1/2021).Total, Sejumlah korban meninggal dan 53 properti berupa pakaian korban, serpihan maupun pelampung milik pesawat SJ-182 berhasil ditemukan. (WARTAKOTA/Henry Lopulalan) (WARTAKOTA/Henry Lopulalan)

"Kemudian kalau sudah dapat itu, mudah-mudahan si pinger ini tidak loncat dari black box nya. Sehingga yang dicari, black boxnya ada di situ," jelas Tatang.

Karena hal ini pernah terjadi pada kasus jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada 2015 lalu.

"Pengalaman (pencarian saat kecelakaan pesawat) AirAsia, ini lepas, si pingernya itu lepas, tidak dengan black boxnya," pungkas Tatang.

Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta (CGK) - Pontianak (PNK) telah kehilangan kontak pada Sabtu (9/1/2021), pukul 14.40 WIB.

Pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Dalam pesawat naas ini terdapat 6 kru aktif serta 6 kru tambahan, 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan