Muktamar NU
Periode Transisi, NU Dinilai Perlu Keberlanjutan
Muktamar ke-34 NU momentum strategis NU untuk melakukan perbaikan organisasi, bangsa, dan dunia.
Saat ini, dalam pandangan Hery, NU memerlukan figur yang dapat menghantarkan jama'ah dan jam'iyyah NU melalui masa transisi ini dengan selamat dan mampu beradaptasi dengan arus baru perubahan dunia.
"Sangat berbahaya jika NU salah strategi dan langkah dalam menjaga basis tradisi nasional, tidak hanya bagi NU tetapi juga bagi Bangsa Indonesia," kata Hery.
Agar NU utuh memasuki Periode 100 Tahun Kedua, tokoh yang mendapatkan gelar KRH Pujonagoro dari Kasunanan Solo ini mengusulkan agar duet Prof Dr KH Ma'ruf Amin sebagai Rais 'Aam Syuriyah dan Prof Dr KH Said Aqil Sirajd sebagai Ketua Umum Tanfidziyah dipertahankan dengan melibatkan SDM muda NU yang melimpah di berbagai bidang dan profesi agar pada fase berikutnya kaum muda NU telah betul-betul siap untuk menerima estafet kepemimpinan.
"Dari berbagai nasihat dan usulan para kyai sepuh dan dzurriyah, kedua figur tersebut adalah guarantor keutuhan dan keberlanjutan (sustainability) NU," kata alumnus Pesantren Denanyar ini.