Selasa, 2 September 2025

Virus Corona

Masyarakat Bisa Menjalani Hidup Normal Asalkan Sudah Vaksin Covid-19 Lengkap dan Menjaga Prokes

Meski saat ini masih terjadi kasus penularan Covid-19 varian Omicron, masyarakat bisa menjalani hidup normal.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
Tangkap layar kanal YouTube Sekretariat Presiden
Menteri Koordiantor Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan dalam Keterangan Pers Ratas Evaluasi PPKM di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (7/2/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Infeksi kasus Covid-19 varian omicron masih terus terjadi di Indonesia. Namun demikian pemerintah meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik.

Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, meski saat ini masih terjadi kasus penularan Covid-19 varian Omicron, masyarakat bisa menjalani hidup normal.

Syaratnya, tetap menjaga protokol kesehatan (prokes) dan mendapat vaksinasi.

"Kalau Covid naik ya tetap prokes, masker tetap dipakai, vaksin dilengkapi. Kalau sudah dijalani ya tetap hidup normal, boleh kerja, boleh ke mal, tapi jangan lupa sekarang musim Covid pakai masker dan vaksinasinya dikejar," kata Budi Gunadi saat konferensi pers, Senin (14/2/2022).

Budi memastikan langkah itu juga dilakukan negara-negara lainnya.

Ia mencontohkan sama halnya saat musim hujan dan demam berdarah, masyarakat harus mawas diri dengan membawa payung hingga rutin fogging.

Hal tersebut juga berlaku saat musim Covid-19.

Menurutnya, masyarakat bisa hidup normal dalam kondisi apa pun jika telah mempersiapkan langkah-langkah antisipasi yang tepat.

"Banyak yang pertanyakan kita mesti meniru Singapura, Denmark, Inggris. Simpel-simpel saja, kalau sekarang lagi musim hujan dan kita lagi musim flu juga jangan keluar hujan-hujanan. Kalau keluar hujan-hujanan pakai payung/jas hujan."

"Tapi apakah kita berhenti enggak boleh kerja ke kantor tau ke mal? Ya enggak, hidup normal aja," kata Budi.
"Contoh kedua sekarang musim demam berdarah, ya kalau bisa jangan keluar sering-sering ke taman. Atau kalau enggak semprot lah rumahnya, tapi apakah kita tidak boleh kerja, hidup, ke mal? Ya enggak, tetap boleh," tegasnya.

Senada dengan Menkes, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga mengatakan bahwa masyarakat tetap bisa beraktivitas seperti biasa, asal sudah disuntik vaksin Covid-19 secara lengkap.

Dia mengatakan kasus meninggal akibat Corona mayoritas terjadi pada orang yang belum divaksinasi.

Luhut menjelaskan soal 60 persen pasien meninggal akibat Corona varian Omicron merupakan orang-orang yang belum divaksinasi.

Baca juga: Luhut Sebut Omicron Hanya Dua Kali Lebih Parah dari Penyakit Flu

Dia menyebut pasien meninggal banyak dari orang dengan penyakit penyerta atau komorbid dan lanjut usia.

"Enam puluh persen kalau saya nggak keliru tadi, itu orang yang belum divaksin satu atau dua. Kedua, itu umumnya yang komorbid dan ketiga orang-orang yang sudah tua," ucap Luhut.

Karena itu Luhut meminta masyarakat tak perlu khawatir berlebihan.

Dia mengatakan orang-orang yang sudah divaksinasi Covid-19 secara lengkap dan tidak punya penyakit bawaan tetap bisa jalan-jalan.

"Kalau memang dia sudah divaksin, sudah dua kali, sudah booster, tidak ada komorbid, ya, jalan-jalan saja. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan berlebihan," ucap Luhut.

Luhut juga menceritakan bagaimana sejumlah anggota keluarga hingga sopirnya terkonfirmasi positif Covid-19. Namun tak lama bisa segera kembali sembuh.

"Di kantor saya banyak tes hasilnya positif, termasuk di keluarga saya, anak cucu saya, sopir saya, dan sebagainya. Namun dari pengalaman kita semua, sekeliling kita sama, mereka tidak terlalu lama negatif kembali," kata Luhut.

Tanpa bermaksud meremehkan, Luhut menyatakan Covid-19 varian Omicron diprediksi hanya dua kali lebih mematikan dibandingkan dengan flu biasa.

Ia mengatakan hal itu berdasarkan data studi dari luar negeri yang mengonfirmasi menurunnya tingkat kematian karena Covid-19.

"Pada pertengahan 2020, Covid 19 dideteksi 13 kali mematikan dari flu biasa. Namun pada awal 2022 ini, Omicron diprediksi hanya dua kali lebih mematikan dari flu. Jadi omicron hanya dua kali lebih parah dari penyakit flu," kata Luhut.

Luhut juga menyampaikan, sejak 1 Januari hingga saat ini kasus puncak Omicron belum melebihi puncak Delta pada 2021 lalu.

Padahal, jika merujuk data negara lain, kata dia, puncak Omicron biasanya 3 hingga 4 kali lebih tinggi dari delta.

"Tingkat rawat inap rumah sakit dan kematian juga masih jauh dari periode Delta, tapi ini tidak mengurangi tingkat kehati-hatian kita," katanya.

Memang kata Luhut ada sejumlah peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data yang diperolehnya, dalam 7 hari terakhir, Banten, Jawa Barat, dan Bali menjadi tiga provinsi dengan tren kasus Covid-19 yang melebihi puncak varian Delta.

Baca juga: Ciri-ciri Gejala Omicron dan 7 Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Isolasi Mandiri di Rumah

Kendati demikian, Luhut mengatakan penambahan kasus di Jawa-Bali menunjukkan adanya penurunan.

Bahkan di Jakarta sendiri, tren kasus Covid-19 mulai melewati puncak.

Menurut Luhut, hal ini terlihat dari sejumlah data kasus positif harian, kasus aktif, hingga jumlah pasien rawat inap yang berkurang.

"Berita positif, tren kasus di Jakarta, menunjukkan data mulai lewati puncaknya," katanya.

"Tren kasus di Jakarta menunjukkan data mulai melewati puncaknya, baik kasus harian, kasus aktif, maupun rawat inap mulai turun," ujar Luhut.

Mengacu pada data itu, Luhut menegaskan hingga saat ini belum ada rencana pemerintah melakukan pengetatan pengawasan aktivitas warga.

Pemerintah malah sedang berupaya melakukan pelonggaran.

"Jangan juga berpikir pemerintah menganggap enteng. Saya hanya baca data. Jangan membuat kita ketakutan berlebihan. Tetap kita hati-hati menghadapi Omicron," tuturnya.(tribun network/fik/dod)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan