Kamis, 11 September 2025

Nelayan Desa Les Buleleng Berkelompok Buat Rumpon Guna Tangkap Ikan Lebih Banyak

Masyarakat Nelayan Desa Les, Tejakula, Buleleng, Bali kini menerapkan kerja berkelompok untuk mendapatkan tangkapan ikan lebih banyak.

Tribunnews.com/ Mario Christian Sumampow
Seorang nelayan Desa Les Buleleng, Bali usai mengecek ikan di rumpon, Sabtu (26//11/2022) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Masyarakat Nelayan Desa Les, Tejakula, Buleleng, Bali kini menerapkan kerja berkelompok untuk mendapatkan tangkapan ikan lebih banyak.

Kini proses mencari ikan yang para nelayan Desa Les lakukan tidak hanya sebatas pergi melaut, tapi juga membuat sebuah rumpon.

Rumpon merupakan jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam.

Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga ikan mudah ditangkap.

Baca juga: Dikabarkan Hilang Saat Melaut, Nelayan di Buleleng Ditemukan Berlindung di Rumpon, Kondisinya Lemas

Kepala Dusun Penyumbahan Desa Lesa Nyoman Widiarta mengatakan kini masyarakat di pesisir pantai Desa Les mulai berkelompok membuat rumpon.

“Sekarang masyarakat bikin kelompok bikin rumpon. Sistem penangkapan ikan mengalami perubahan,” kata Widiarta kepada Tribunnews.com saat ditemui di pesisir pantai Desa Les, Sabtu (26/11/2022).

Sejarah rumpon di Desa Les bermula dari tahun 1989. Saat itu para nelayan mendapat bantuan dari TNI Angkatan Laut (AL).

Kemudian semenjak saat itu masyarakat sudah semakin akrab dalam proses pembuatan dan cara kerja rumpon.

Baca juga: Dukung Ketahanan Pangan, Kementan Bantu Petani Buleleng dengan Alsintan

Kini di sekitaran pesisir Desa Les dapat terlihat banyak rumpon milik nelayan yang mengapung.

“Sejarah rumpon di Desa Les karena dulu bantuan TNI AL. Tahun 89 pertama. Kita dikasih rumput, dikasih tahu caranya membuatnya, kita dikasih bambu, ada jangkar tiga," jelas Widiarta.

Proses pembuatan rumpon tidak jadi hanya dalam satu atau dua hari saja, juga perlu biaya yang tidak sedikit.

Maka dari itu para nelayan Desa Les ini lebih memilih untuk berkelompok dengan jumlah tujuh hingga sepuluh orang lebih untuk kemudian mengumpulkan dana dan membangun rumpon bersama-sama.

Widiarta melanjutkan, perlu biaya hingga 30 juta rupiah dengan proses pembuatan 10 hari proses pembuatan rumpon.

“Awal pembuatan menghabiskan biaya 30 juta. Proses pembuatan sekitar 10 hari. Dari buat jangkar habiskan semen sekitar delapan sak, coral sama pasir,” kata Widiarta.

“Kita paling mahal tali karena khusus. Tali sekitar 21 juta, bambu menghabiskan dua jutaan untuk rakit. Belum lagi gabus 1,5 juta,” katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan