Ramadan 2023
Contoh Teks Khutbah Lailatul Qadar: Ramadhan Bulan Alquran
Berikut contoh teks khutbah Lailatul Qadar yang berjudul Ramadhan Bulan Al Quran. Memuat anjuran memperbanyak tadarus Al Quran di bulan Ramadhan.
TRIBUNNEWS.COM - Inilah contoh teks khutbah terkait malam Lailatul Qadar.
Contoh teks khutbah Lailatul Qadar ini berjudul Ramadhan Bulan Alquran.
Pasalnya, Alquran diturunkan secara utuh pada saat bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
Dalam contoh teks khutbah Lailatul Qadar ini menjelaskan tentang anjuran memperbanyak tadarus Alquran di bulan Ramadhan.
Dengan membaca Alquran di bulan Ramadhan merupakan satu ibadah paling mulia dengan pahala melimpah.
Lebih lengkapnya, simak contoh teks khutbah Lailatul Qadar yang dikutip dari laman Kemenag.
Baca juga: Shalat Lailatul Qadar Dikerjakan pada 10 Malam Terakhir Ramadhan, Ini Tata Cara dan Bacaan Niatnya
Contoh Teks Khutbah Lailatul Qadar
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ بِأَنْوَارِ الْوِفَاقِ، وَرَفَعَ قَدْرَ أَصْفِيَائِهِ فِيْ الْأَفَاقِ، وَطَيَّبَ أَسْرَارَ الْقَاصِدِيْنَ بِطِيْبِ ثَنَائِهِ فِيْ الدِّيْنِ وَفَاقَ، وَسَقَى أَرْبَابَ مُعَامَلَاتِهِ مِنْ لَذِيْذِ مُنَاجَتِهِ شَرَابًا عَذْبَ الْمَذَاقِ، فَأَقْبَلُوْا لِطَلَبِ مَرَاضِيْهِ عَلَى أَقْدَامِ السَّبَاقِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ السَّبَاقِ، صَلَاةً وَسَلَامًا اِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً صَفَا مَوْرِدُهَا وَرَاقَ، نَرْجُوْ بِهَا النَّجَاَةَ مِنْ نَارٍ شَدِيْدَةِ الْاَحْرَاقِ، وَأَنْ يَهُوْنَ بِهَا عَلَيْنَا كُرْبُ السِّيَاقِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفَ الْخَلْقِ عَلَى الْاِطْلَاقِ، اَلَّذِيْ أُسْرِيَ بِهِ عَلَى الْبَرَاقِ، حَتَّى جَاوَزَ السَّبْعَ الطِّبَاقِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Jamah yang dimuliakan Allah.
Bulan Ramadhan ini, sejumlah umat Muslim disibukkan dengan beragam kegiatan ibadah.
Dari pagi, siang, sore, hingga malam menjelang tidur, seolah ibadah menjadi kegiatan yang tak pernah lepas dari amal sunah di bulan mulia.
Salah satu ibadah yang lakat dengan bulan ampunan ini adalah tadarus Al-Qur’an.
Sebab itu, Ramadhan juga disebut sebagai syahrul qur’ān atau bulan Al-Qur’an.
Boleh dibilang, Ramadhan tanpa ramai dengung lantunan ayat suci bagaikan masakan tanpa garam.
Baca juga: 5 Amalan Malam Lailatul Qadar untuk Meraih Keberkahan dan Kemuliaan
Allah SWT berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah [2]: 185)
Ayat ini menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan secara utuh (tidak bertahap) dari lauḥul maḥfudz ke baitul ‘izzah pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
Pendapat ini dikemukakan oleh banyak ulama seperti Ibnu Katsir dalam Tafsīr Al-Qur’ānil ‘Adzīm, Fakhruddin al-Razi dalam Mafātīḥul Ghaib, Abdurrahman as-Sa’di dalam Tafsīr as-Sa’dī, dan sejumlah pakar tafsir lainnya.
Semua ulama sepakat bahwa bertadarus Al-Qur’an merupakan ibadah yang sangat mulia.
Mereka sejak dulu juga menjadikan tadarus sebagai aktivitas selama Ramadhan.
Imam Syafi’i bisa mengkhatamkan Al-Qur’an enam puluh kali sekali Ramadhan, Imam Malik akan menyudahi aktivitas mengajarnya pada bulan Ramadhan untuk dialihfokuskan membaca Al-Qur’an.
Kemudian, Sufyan at-Tsauri juga akan meninggalkan ibadah-ibadah sunnah selama bulan Ramadhan agar fokus membaca Al-Qur’an.
Zubaid bin Harits al-Yamani, ulama ahli hadits dari kalangan tabi’in, ketika memasuki bulan Ramadhan akan mengumpulkan banyak mushaf guna dibaca bersama murid-muridnya.
Masih banyak sekali riwayat yang menjelaskan perhatian ulama untuk bertadarus pada bulan Ramadhan.
Menurut Ibnu Rajab al-Hambali, ulama besar yang dalam bidang Aqidah menganut madzhab Asy’ariyah dan dalam bidang fikih bermazhab Hambali, menuturkan bahwa dasar anjuran perbanyak tadarus Al-Qur’an saat Ramadhan dalam riwayat Ibnu Abbas berikut,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya, “Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah ﷺ melebihi angin yang berhembus.” (HR Bukhari).
Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah setor hafalan Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril pada setiap malam hari Ramadhan.
Oleh sebab itu, memperbanyak baca Al-Quran disunahkan pada malam hari di bulan tersebut.
Alasan malam yang dipilih karena waktu tersebut merupakan momen yang hening, sehingga memungkinkan seseorang lebih khusyuk dan bisa meresapi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.
Baca juga: Niat Sholat Lailatul Qadar dan Tata Cara Melaksanakannya
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Agar memperoleh pahala tadarus yang maksimal, kita juga harus memperhatikan adab-adab membaca Al-Qur’an.
Sebagai kitab suci umat muslim yang sangat dimuliakan, tentu membacanya pun memiliki etika-etika khusus.
Di antara adab tersebut adalah membaca setiap ayat dengan khusyuk dan merenungi setiap maknanya.
Ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an menyimpan samudera pelajaran yang tak pernah kering.
Janji pahala dan surga bagi hambat yang taat, ancaman siksa neraka bagi yang durhaka, kisah umat-umat terdahulu, dan sebagainya, semua dimuat dalam kitab yang terdiri dari 114 surat itu.
Oleh sebab itu, sudah sepatutnya saat kita membacanya tidak asal bunyi, tapi juga merenungi maknanya dengan penuh khusyuk. Allah SWT berfirman,
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِه وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Artinya, “(Al-Qur’an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS Shad [38]: 29)
Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tujuan besar Al-Qur’an diturunkan di bumi adalah untuk direnungi kandungan-kandungannya sehingga bisa menjadi penuntun hidup sejati (hudan linnās).
Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Iqtān bahkan menyampaikan, kita disunnahkan merenungi ayat Al-Qur’an saat membacanya sampai menangis.
Jika belum bisa menangis, usahakan tetap khusyuk dan penuh kesedihan sehingga ekspresi kita seolah-olah menangis. (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqān fī ‘Ulūmil Qur’ān: juz I, h. 297)
Baca juga: 7 Hal yang Dilakukan saat Iktikaf dan Keutamaannya di Malam Lailatul Qadar
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Adab berikutnya adalah memperindah suara.
Al-Qur’an yang dibaca dengan suara merdu akan membuat hati terpikat sehingga timbul rasa khusyuk dan mendorong pendengar untuk merenungi kandungannya.
Oleh sebab itu, saat bertadarus kita juga dianjurkan menggunakan suara yang merdu.
Imam Nawawi menegaskan, semua ulama, baik dari kalangan sahabat Nabi, tabi’in, dan ulama-ulama setelahnya, sepakat bahwa memperindah suara ketika membaca Al-Qur’an hukumnya sunnah.
Tapi dengan catatan, jangan sampai upaya ini merusak bacaan seperti memanjangkan harakat di luar batas yang berlaku, membaca pendek harakat yang seharusnya panjang, menambah atau menghilangkan huruf, dan sebagainya.
Jika sampai demikian maka haram. Dasar anjuran memperindah suara ini diantaranya sabda Rasulullah berikut,
زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
Artinya, “Hiasilah Al Qur’an dengan suaramu.” (HR Abu Dawud)
Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.
Demikian khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan.
Semoga kita semua selalu diberi spirit untuk membaca dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan kelak di hari akhir memperoleh syafaatnya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.