Minggu, 21 September 2025

Hari Bumi

Contoh Puisi Bertema Lingkungan untuk Rayakan Momen Hari Bumi 2025

Berikut kumpulan contoh puisi sederhana bertema lingkungan, untuk merayakan momen peringatan Hari Bumi pada 22 April 2025.

/HABIBUR ROHMAN
HARI BUMI - Momen peringatan "Hari Bumi 2024" di Citraland Surabaya pada Senin (22/4/2024). Berikut kumpulan contoh puisi bertema Hari Bumi 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut contoh kumpulan puisi bertema Hari Bumi 2025.

Perayaan Hari Bumi diperingati pada hari ini, Selasa, 22 April 2025.

Hari Bumi adalah momen peringatan penting untuk menjaga kelestarian bumi.

Hari bumi diperingati sebagai dukungan seluruh masyarakat bumi untuk lebih peduli terhadap kesehatan bumi kita.

Pada 2025, Hari Bumi diperingati dengan tema 'Kekuatan Kita, Planet Kita'.

Berikut kumpulan contoh puisi bertema lingkungan yang cocok dibaca atau dibagikan dalam rangka memperingati Hari Bumi 2025

Baca juga: Google Peringati Hari Bumi 2023, Ajak Lawan Perubahan Iklim

Kumpulan Contoh Puisi Hari Bumi 2025

  • Doa Terakhir Seekor Kupu-Kupu

    Aku hanya kupu-kupu kecil,
    hidupku pendek,
    tapi aku pernah menari di taman-taman yang penuh warna.

    Kini bunga tak lagi tumbuh,
    angin berbau plastik,
    dan anak-anak mengejarku bukan dengan tawa,
    tapi kamera.

    Aku tak minta banyak,
    hanya sebatang bunga liar,
    dan seorang anak yang tahu caraku terbang.

  • Kota yang Kehilangan Alam

    Di kota ini, langit terhapus lampu,
    bintang-bintang malu muncul.
    Pohon-pohon diganti tiang listrik,
    burung bernyanyi hanya dalam mimpi.

    Tapi aku bermimpi:
    taman kecil di setiap gang,
    atap hijau di gedung tinggi,
    angin sejuk lewat lorong sempit.

    Hari bumi bukan sekadar selebrasi,
    tapi undangan untuk kembali
    pada akar, pada sumber,
    pada rumah yang dulu disebut alam.

  • Monolog Gunung

    Aku diam,
    berdiri di sini sejak ribuan tahun lalu.
    Melihat peradaban tumbuh,
    dan kehancuran menjalar pelan.

    Tubuhku dikeruk,
    perutku diledakkan,
    tanahku ditukar dengan emas.

    Tapi aku tidak membalas.
    Aku hanya mengingat.
    Dan suatu saat nanti,
    aku akan berbicara dengan letusan.

Baca juga: Contoh Puisi Spesial Hari Kartini 2025, Singkat dan Penuh Makna

  • Surat untuk Bumi

    Bumi,
    Aku menulis surat ini dengan jemari yang dulu menggali pasir,
    menyusuri sungai tanpa ragu,
    menganyam daun jadi topi di kepala.
    Tapi kini, aku datang membawa kabar
    Hutanmu tinggal puing,
    airmu tinggal kisah,
    udaramu tercemar isak napas.

    Maaf, bumi.
    Kami lebih sibuk membangun tembok
    daripada menjaga pohon.

    Tapi hari ini,
    di tengah semua kekacauan ini,
    aku berjanji:
    akan menanam harapan,
    di antara reruntuhan,
    agar engkau tak hanya menjadi
    sejarah yang kami tangisi.

  • Aku adalah Bumi

    Aku adalah Bumi
    dulu kau panggil Ibu,
    kini kau lukai tanpa ragu.

    Aku memberi tempat tinggal,
    tapi kau ubah jadi ladang sampah.
    Aku beri udara,
    kau isi dengan racun kendaraan.

    Aku tidak marah,
    tapi aku terluka.
    Gempa, banjir, badai
    semuanya hanyalah bisikan kecil
    bahwa aku juga bisa menangis.

  • Nyanyian Air yang Hilang

    Dulu aku mengalir jernih,
    menari di celah batu,
    menyanyi di tengah lembah.

    Anak-anak menepukku,
    burung datang menyapa,
    ikan bermain di dalamku.

    Kini aku kering.
    Dikeruk, ditambang,
    dicemari hingga tubuhku tak lagi hidup.

    Tapi aku masih bermimpi
    bahwa suatu hari,
    akan ada tangan-tangan kecil
    yang membasuhku dengan cinta.

Baca juga: Sejarah dan Kumpulan Twibbon Hari Bumi 2025, Lengkap dengan Cara Membagikannya ke Sosial Media

  • Hutan Menyimpan Cerita

    Di hutan, suara bukan hanya milik burung.
    Ada kisah di balik setiap ranting,
    rahasia di sela akar,
    doa di ujung dedaunan.

    Tapi pohon-pohon itu kini bisu.
    Tebasan gergaji membuatnya kehilangan bahasa.
    Tanah retak, hewan berlarian
    mencari rumah yang tak pernah kembali.

    Jika kita mendengar lebih dalam,
    mungkin masih ada yang bisa diselamatkan.

  • Di Bawah Langit Abu-Abu

    Langit tak lagi biru,
    tapi kita tak pernah berhenti menatap.
    Kita hidup di kota yang sibuk,
    mengejar waktu yang tak pernah cukup.

    Tapi coba, sesekali,
    lepas gawai, buka jendela.
    Dengarkan suara burung terakhir,
    lihat bunga yang tumbuh di sela beton.

    Bumi masih bicara,
    meski suaranya mulai kecil.

  • Janji Anak Bumi

    Kami adalah anak-anak bumi,
    terlahir dari debu dan air.
    Kami bukan pewaris takdir,
    tapi penjaga jejak masa depan.

    Kami akan memungut plastik yang tak kami buang,
    menanam pohon yang tak kami tebang,
    menjaga laut yang tak kami rusak.

    Karena kami tahu
    bumi ini bukan milik kami,
    melainkan titipan untuk mereka yang belum lahir.

  • Ketika Laut Berbicara

    Aku adalah laut,
    tak pernah lelah memeluk pantai.
    Tapi kini, aku mendesah:
    kenapa anak-anak manusia
    meninggalkan racun di pelukanku?

    Botol-botol, jaring, limbah
    menari di atasku,
    menghancurkan koral, membunuh karang.

    Tolong...
    dengarkan bisikku
    sebelum gelombang terakhirku
    membawa kalian pergi.

  • Kota yang Kehilangan Alam

    Di kota ini, langit terhapus lampu,
    bintang-bintang malu muncul.
    Pohon-pohon diganti tiang listrik,
    burung bernyanyi hanya dalam mimpi.

    Tapi aku bermimpi
    taman kecil di setiap gang,
    atap hijau di gedung tinggi,
    angin sejuk lewat lorong sempit.

    Hari bumi bukan sekadar selebrasi,
    tapi undangan untuk kembali
    pada akar, pada sumber,
    pada rumah yang dulu disebut alam.

(Tribunnews.com/Oktavia WW)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan