Minggu, 2 November 2025

Delegasi Indonesia Suguhkan Tari Kreasi Berbasis Tradisi Batak Toba di Powerful Daegu Festival 2025

Menurut Ida Halya Balfas, acara ini secara sekilas seperti program pertukaran pelajar biasa.

HO/IST
TARI KREASI INDONESIA - Delegasi Indonesia dari Global Islamic School (GIS) 2 akan menampilkan tari kreasi berbasis seni tradisi bertajuk Cawan di ajang “Powerful Daegu Festival 2025”. Karya itu merupakan sebuah tarian yang terinspirasi dari “Sipitu Cawan” (Tari Tujuh Cawan). Tari tersebut memiliki filosofi mendalam dan kaya makna yang mempersonifikasikan budaya Batak Toba. 

Nilai-nilai moral dan etika sangat penting dalam pergaulan global. Pedoman perilaku yang membantu menciptakan hubungan antar manusia yang harmonis dan adil. 

“Seni tari menurut kami dapat menjadi media pendidikan karakter yang efektif. Mengintegrasikan seni dengan nilai-nilai moral dan etika. Meningkatkan kreativitas, kerjasama, dan tanggung jawab,” ungkap Vivi memberi argumen mengapa color of Indonesia menampilkan seni tari di ajang kesenian ini.

Baca juga: Festival Tari Gujarat India, Tujuh Penari Indonesia Pukau Ribuan Penonton di Kampus Parul University

“Sipitu Cawan” Budaya Batak Toba

Di ajang “Powerful Daegu Festival 2025” tersebut delegasi Global Islamic School (GIS) 2 akan menampilkan tari kreasi berbasis seni tradisi bertajuk “Cawan.” Sebuah tarian yang terinspirasi dari “Sipitu Cawan” (Tari Tujuh Cawan). Tari tersebut memiliki filosofi mendalam dan kaya makna yang mempersonifikasikan budaya Batak Toba.

“Tari kreasi ini tidak sekadar pertunjukan, melainkan perwujudan dari nilai-nilai budaya Batak Toba yang masih dipertahankan hingga saat ini,” terang Sabrina Salawati Daud S.Pd selaku instruktur tari delegasi Global Islamic School (GIS) 2 ini.

Tari ini, ungkap Sabrina, juga dianggap sebagai media untuk membersihkan energi negatif dan mempersiapkan suasana yang suci dan sakral. 

“Penyucian diri, penghormatan kepada leluhur, menjaga keseimbangan alam, mencerminkan kekuatan dan keberanian, serta melambangkan persatuan dan kebersamaan,” terang Sabrina.

Selama di kota Daegu Korea Selatan, delegasi Global Islamic School (GIS) 2 didampingi dua guru pembimbing; Abdillah Fikri dan Desy Lusiana, serta dari pihak fasilitator Color of Indonesia, Vivi Sandra Putri dan Sabrina Salawati Daud.

Baca juga: Prestasi Cut Tari 33 Tahun Silam Diwariskan ke Anak, Sydney Azkassah Juara Gadis Sampul 2024

Inklusivitas Melalui Seni dan Budaya

Terkait dengan kegiatan ini, pihak Global Islamic School (GIS) 2 ingin memastikan setiap anak dapat berpartisipasi dan menikmati kegiatan seni dan budaya tanpa diskriminasi. 

Membangun inklusivitas melalui seni dan budaya. Menciptakan lingkungan yang ramah dan mendukung bagi semua individu untuk mengekspresikan diri, berkolaborasi, dan mendapatkan manfaat dari seni dan budaya. 

Menyediakan kesempatan bagi semua orang untuk mengekspresikan diri melalui berbagai bentuk seni. Menciptakan ruang yang aman dan menghargai bagi semua orang untuk berbagi pengalaman sesuai perspektif mereka tentang seni dan budaya.

“Kami mengusung visi untuk mengoptimalisasi potensi dan fitrah anak-anak agar menjadi generasi rahmatan lil’alamin. Jadi mereka tak hanya cerdas, tapi juga penuh kasih sayang, punya integritas, serta bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kepada sesama,” kata Ida Halya Balfas lebih lanjut.

Pihak Color of Indonesia (Yayasan Warna Budaya Indonesia) maupun Global Islamic School (GIS) 2 mengharapkan, kegiatan ini dapat memberi dampak positif bagi anak-anak. Terutama dalam hal pengembangan diri, pengetahuan, dan rasa cinta terhadap budaya tanah airnya.

“Menjadi wadah untuk mengeksplorasi seni, mengapresiasi karya seniman, dan memahami keberagaman budaya bangsa-bangsa di dunia,” tegas Vivi Sandra Putri menutup.

 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved