PSI Gelar Pemilu Raya
Pengamat: PSI Ganti Logo Sengaja Ingin Lepas Bayang-bayang PDIP
Logo PSI bergambar tangan menggenggam mawar putih dengan latar merah kini berubah jadi gambar gajah berkepala merah dan bertubuh hitam, kenapa?
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Abdul Hakim menilai Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sengaja mengubah logonya untuk melepas bayang-bayang PDI-Perjuangan.
Terlepas benar atau tidaknya, PSI memang sempat dianggap sebagai partai turunan PDIP karena sama-sama identik dengan warna merah.
Selain itu, PSI memang dari awal menjadikan Jokowi sebagai sosok panutan, saat ia masih bersama PDIP.
“Ya ada unsur itu juga ketika kemarin PSI menggunakan warna turunan merah itu kan menjadi olok-olok gitu ya disindir oleh banyak pihak sebagai PDIP junior dan nampaknya itu mempengaruhi ini kemampuan PSI untuk melakukan penetrasi elektoral."
"Jadi ada unsur itunya juga melepas bayang-bayang dari PDIP dan memang kalau kita lihat persebaran segmen politiknya, PSI dan PDIP ini sangat berdekatan baik di Jawa tengah, kemudian di luar daerah di daerah Nusa Tenggara itu juga sangat bersinggungan. Jadi dari sudut pandang itu menggunakan simbol hitam untuk membedakan diri dari PDIP,” kata Abdul Hakim pada Selasa (15/7/2025) dikutip dri TribunSolo.com.
Diketahui, logo PSI sebelumnya bergambar tangan menggenggam mawar putih dengan latar merah kini berubah menjadi logo gambar gajah berkepala merah dan bertubuh hitam.
Meski begitu, menurutnya tidak ada hal substansial yang ingin diusung PSI meskipun mengubah logo ini.
PSI, lanjut Abdul Hakim, hanya ingin tampil dengan wajah baru.
“Saya kira itu sebagai strategi branding partai saja. Tidak ada sesuatu yang substansial ya sejauh ini bisa saya lihat terkait dengan perubahan itu."
"Perubahan lambang partai yang dulunya mawar menjadi gajah hitam putih, kemudian warna corak warna sekarang ke lebih hitam dan merah itu hanya kesadaran bahwa simbol politik sosialis yang PSI kemarin coba usung,” jelas Abdul Hakim.
Terlebih, lanjut Abdul Hakim, partai besutan putra bungsu Mantan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) ini gagal dalam meresonansi simbol mawar yang identik dengan gerakan sosialis, terutama di Eropa.
Baca juga: Menanti Kejutan dari Kongres PSI di Solo: Rebranding Logo, Jokowi Disebut Dapat Posisi Dewan Pembina
Penggantian simbol ini mungkin bertujuan untuk bisa lebih diterima masyarakat Indonesia.
“Simbol mawar dan tangan itu kan identik dengan partai labour gitu ya di dalam lanskap politik Eropa di masyarakat Indonesia itu tidak teresonansi sama sekali, baik masyarakat bawah maupun masyarakat nasionalis terdidik yang menjadi incaran utama PSI."
"Jadi saya kira ini perubahan ke arah perubahan simbol dan corak partai corak warna itu hanya berusaha untuk menggunakan simbol-simbol yang lebih bisa diterima masyarakat Indonesia,” ujar Abdul Hakim.
Kaesang Siap Meninggalkan Merah
Sebelumnya, Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, juga terang-terangan ingin meninggalkan "merah".
Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa PSI memang tidak ingin selalu dikait-kaitkan dengan PDIP.
“Kami sudah bilang beberapa kali kami siap meninggalkan merah,” kata Kaesang saat menggelar Monochrom Party di Loji Gandrung, Solo, Jawa Tengah, pada Jumat (11/4/2025) malam, dikutip dari TribunSolo.com.
Diketahui, pada malam itu para tamu undangan memang diseragamkan memakai baju serba hitam dan putih.
Pada kesempatan itu, Kaesang juga mengungkapkan dirinya sengaja meninggalkan warna merah karena ia lebih suka Manchester City dari pada Manchester United.
“Maksudnya (meninggalkan merah) karena saya suka Manchester City,” ungkap Kaesang sambil berkelakar.
Ketua DPW PSI Jawa Tengah, Antonius Yoga Prabowo, menjelaskan warna monokrom dipilih karena pihaknya ingin menunjukkan bahwa PSI merupakan partai yang terbuka.
“Beberapa kali Mas Kaesang mengatakan ingin mencoba sesuatu."
"Putih hitam itu yang beberapa hari ini saya ngawal itu warna yang luwes. Mau kita ketemu di kantor pemerintahan, jagong, layat kita bisa luwes. Kita partai yang benar-benar terbuka luwes,” jelas Antonius.
Selain itu, atasan putih dan bawahan hitam menjadi salah satu ciri khas Jokowi.
“Bisa iya bisa tidak (karena Jokowi). Kami memaknai sendiri mempersepsi sendiri,” terang Antonius.
Meski begitu, identitas monokrom ini belum benar-benar ditetapkan sebagai standar baku.
Perubahan identitas ini akan secara resmi disampaikan dalam kongres PSI selanjutnya.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(TribunSolo.com/Naufal Hanif Putra Aji/Ahmad Syarifudin)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.