Jumat, 8 Agustus 2025

Pembelajaran Konstruktif Jadi Kunci Cetak SDM Adaptif dan Tangguh

Dinamika dunia kerja di era global menuntut yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu berpikir kritis, adaptif, dan terampil.

Penulis: Eko Sutriyanto
istimewa
TINGKATKAN KETERAMPILAN - Sekelompok siswa praktek ketrampilan.Praktisi pendidikan Antarina SF Amir sebut tanggung jawab lembaga pendidikan tidak lagi sebatas menyampaikan pengetahuan, tetapi juga menciptakan ekosistem belajar yang memfasilitasi pengembangan karakter, pemikiran reflektif, dan keterampilan hidup. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dinamika dunia kerja di era global menuntut sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu berpikir kritis, adaptif, dan terampil menghadapi berbagai tantangan nyata.

Perusahaan kini semakin selektif dalam memilih karyawan sehingga lulusan yang dinilai siap kerja adalah mereka yang tidak hanya memahami teori, tetapi mampu menerapkannya secara kontekstual, serta memiliki kecakapan komunikasi, kolaborasi, dan kepemimpinan.

Baca juga: BNSP Respons Cepat Penyesuaian Okupasi Sektor Konstruksi, Tegaskan Mutu Sertifikasi Tak Bisa Ditawar

"Situasi ini menempatkan institusi pendidikan pada posisi strategis," kata praktisi pendidikan Antarina SF Amir dalam keterangannya seperti dikutip, Rabu (30/7/2025).

Antarina SF Amir adalah okoh pendidikan Indonesia yang dikenal sebagai pendiri dan CEO dari Sekolah HighScope Indonesia. Ia lahir di Jakarta pada 8 Juni 1962 dengan nama lengkap Raden Ajeng Ratna Dewi Antarina.

Dikatakan Founder & CEO Redea Institute ini,  tanggung jawab lembaga pendidikan tidak lagi sebatas menyampaikan pengetahuan, tetapi juga menciptakan ekosistem belajar yang memfasilitasi pengembangan karakter, pemikiran reflektif, dan keterampilan hidup.

Salah satu pendekatan yang semakin banyak diterapkan adalah pembelajaran konstruktif yaitu proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam membangun pemahamannya sendiri melalui pengalaman langsung, eksplorasi, dan refleksi.

Baca juga: Bimtek PDIP di Bali Bisa Berubah Jadi Kongres? Olly Dondokambey: Sekali-sekali Kita Bikin Kejutan

“Filosofi pembelajaran konstruktif memberi ruang bagi siswa untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata, menguji gagasan, melakukan kesalahan, lalu belajar dari sana,” ujarnya. 

Dalam praktiknya, pendekatan ini mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning).

Pengajar berperan sebagai fasilitator yang memandu proses berpikir, bukan sebagai satu-satunya sumber informasi.

"Siswa diajak untuk terlibat aktif, berdiskusi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan dalam proses belajar," ujar Antarina yang juga founder Sekolah Highscope Indonesia ini. 

Model pembelajaran seperti ini dinilai mampu menghasilkan lulusan yang lebih siap menghadapi perubahan, mampu bekerja dalam tim, dan memiliki kesadaran diri yang tinggi.

Beberapa alumni dari sekolah yang menerapkan filosofi konstruktif mengaku bahwa pendekatan ini membantu mereka beradaptasi dengan cepat di bangku kuliah dan dunia kerja.

"Kemampuan presentasi, manajemen waktu, komunikasi efektif, hingga kepemimpinan menjadi bekal penting yang mereka bawa sejak dini," katanya.

Dikatakannya, Redea Institute mengimplementasikan 178 Learning Framework, yang dibangun di atas filosofi pembelajaran konstruktif, mendorong anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri tentang dunia melalui pengalaman dan refleksi mereka sendiri.

"Dengan semakin berkembangnya pemikiran dan model pendidikan yang menekankan kemandirian belajar serta pembentukan karakter, pendekatan konstruktif diyakini akan berperan penting dalam mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli, tangguh, dan mampu membawa perubahan positif di lingkungannya," kata Antarina.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan