Minggu, 28 September 2025

Muktamar PPP

Syaifullah Tamliha: Banyak Kader PPP Pindah ke Partai Lain Jika Mardiono Kembali Jadi Ketua Umum

Politikus senior PPP, Syaifullah Tamliha mengatakan kalau tetap Mardiono jadi ketua umum, akan banyak kader PPP pindah partai.

|
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE
JELANG MUKTAMAR PPP - Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Syaifullah Tamliha saat diwawancarai secara khusus di Studio Tribun Network, Jakarta, Selasa (23/9/2025). Syaifullah Tamliha mengatakan kalau tetap Mardiono jadi ketua umum, akan banyak kader PPP pindah partai. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok pimpinan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bakal ditentukan dalam agenda muktamar yang akan digelar di Jakarta pada 27-29 September 2025.

Sejauh ini, isu yang berkembang akan ada dua kandidat maju dalam kontestasi pemilihan calon Ketua Umum PPP yakni Mardiono dan eks Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto.

Mardiono sendiri yang saat ini menjabat sebagai Plt Ketua Umum PPP hasil Mukernas pada 2022 lalu digadang-gadang akan meneruskan tongkat kepemimpinannya.

Politikus senior PPP, Syaifullah Tamliha angkat bicara jelang muktamar dan pemilihan calon Ketua Umum partai berlambang kakbah. 

Dia menyebut sejatinya harus ada perubahan pada pucuk pimpinan PPP.

Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Romahurmuziy: Teman Lama Prabowo Penantang Serius Mardiono di Muktamar PPP

Hal itu dikatakan Syaifullah Tamliha saat wawancara eksklusif dengan Tribunnews di kantor redaksi Tribun Network di Jakarta, Selasa (22/9/2025).

"Saya berjanji, kalau tetap Mardiono jadi ketua umum, akan banyak kader yang pindah partai. Terutama di lumbung-lumbung suara PPP," kata Syafullah Tamliha.

Menurutnya, Mardiono sudah gagal menahkodai PPP selama menjadi Plt Ketua Umum.

Hal ini juga dibuktikan saat PPP dalam pertama kalinya tidak mendapat kursi di parlemen pada kontestasi Pemilu 2024.

Baca juga: Politisi Senior PPP Syaifullah Tamliha Kritik Kepemimpinan Mardiono: Mohon Maaf, Anda Gagal 

Berdasarkan pengalaman yang ada, partai yang sudah terlempar biasanya akan sangat susah untuk kembali mendapat kepercayaan publik masuk ke parlemen.

Dia mencontohkan seperti PBB dan Hanura.

"Yang kita hadapi ini adalah pemilih milenial. Perlu adanya ketua umum yang bersih. Yang memahami aspirasi umat Islam dan betul-betul berjuang, beribadah untuk partai. Bukan mencari yang lain. Misalnya, mau jadi cawe-cawe memungut calon Pilkada, atau motif lain. Luar motif ibadah, itu sudah keluar dari prinsip perjuangan PPP," ungkapnya.

Berikut penggalan kutipan wawancara eksklusif Syaifullah Tamliha dengan Tribunnews.com:

Pertanyaan: Kepastian nama calon Ketua Umum PPP di muktamar akhir pekan ini?

Jawab: Saya update sampai jam 4 sore tadi, calon ketua umum yang akan berlaga, menurut kesimpulan saya, hanya ada dua. Mardiono dari internal partai, dan Agus Suparmanto dari eksternal partai. 

Kita akan lihat dinamikanya, dari deklarasi-deklarasi yang terjadi dalam sepekan ini, ada deklarasi Mardiono dan ada deklarasi Agus Suparmanto.

Nah, pertarungan antara eksternal dan internal itu pasti akan seru. Kalau dari internal, saya tidak melihat, maaf ya, figur yang lain yang ada ya, Mardiono.

Pertanyaan: Menurut anda, sosok Agus Suparmanto seperti apa?

Jawab: Saya tidak begitu mengenal Pak Agus ini. Namun, baru mulai mengenalnya ketika dia menjadi Menteri Perdagangan. Namun, terus terang, saya kan satu komplek tinggal di Jakarta, di Kebayoran Baru dan setiap Jumat, kami selalu bareng salat jumat.

Sampai sekarang tidak ada dia mau jadi ketua umum. Tapi ya, realitas politiknya dia sudah mendapatkan dukungan. Paling tidak, kalau boleh saya petakan, kemungkinan akan didukung sebagian besar dari Jawa Barat, sebagian Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan.

Saya belum cek Sumatera. Jadi dukungan kepada dia juga besar. Hanya satu orang itu, Agus Suparmanto itu, yang nyata-nyata akan bertanding dengan Mardiono.

Pertanyaan: Presentasi kekuatan masing-masing?

Jawab: Saya pernah menjadi Ketua Direktur bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi OKK. Saya menjadi koordinator OKK. Aceh, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Kalimantan. Sepertinya, orang ingin mendapatkan figur baru di partai ini. 

Itu Sunnatullah, Allah sudah mengatakan bahwa jabatan kekuasaan akan diberikan secara bergiliran. Itu sudah takdir. Sunatullah. Ya, kita tidak tahu nanti. Apakah Allah ingin mencarikan pemimpin yang baru? Tentu ada jalan.

Pertanyaan: Tapi siapa yang paling cocok nahkodai PPP antara Mardiono dan Agus Suparmanto?

Jawab: Minta maaf, Pak Mardiono menurut saya, sudah gagal membawa PPP ke Senayan, mesti ada pembaharuan. Ya, pembaharuan itu, kalau calonnya Agus Suparmanto itu sebagai saingannya Mardiono, itu menurut saya pilihan yang terbaik yang mesti disambut baik. Bukan dihalang-halangi dengan aturan yang textbook itu.

Kalau mau memahami adanya itu, jelas di situ. Bahwa PPP dijadikan oleh adat, ulama, parmusi, perti. Kita mesti memberikan peluang yang sama. Dari kursi partai itu, untuk mencalonkan, atau dicalonkan sebagai ketua umum PPP. AD/ART bukan kitab suci yang tidak bisa diubah-ubah oleh manusia. Saatnya lah kalau PPP ingin, saatnya bagi PPP untuk mengoreksi diri.

Kita sudah pernah punya pengalaman, ada yang gagal membawa ke Senayan. Masa Kita masih memilihnya. Pas muktamar, itu akan menentukan.

Saya berjanji, kalau tetap Mardiono jadi ketua umum, akan banyak kader yang pindah partai. Terutama di lumbung lumbung suara PPP. Sekarang saja kan, sebenarnya sudah banyak yang geser. Tidak sedikit mantan tokoh-tokoh PPP punya anak yang sudah berpindah ke lain hati. Ada yang dia kader NU, dia masuk ke PKB. Ada yang masuk ke Gerindra Ada yang masuk ke PAN. Dan partai-partai lain.

Yang kita hadapi ini adalah pemilih milenial. Perlu adanya ketua umum yang bersih. Yang memahami aspirasi umat Islam dan betul-betul berjuang, beribadah untuk partai. Bukan mencari yang lain. Misalnya, mau jadi cawe-cawe memungut calon Pilkada, atau motif lain. Luar motif ibadah, itu sudah keluar dari prinsip perjuangan PPP

Pertanyaan: Ada kecurigaan bakal adanya intervensi dalam muktamar nanti?

Jawab: Saya beberapa bulan yang lalu bertemu dengan Pak Hashim Djojohadikusumo, beliau bertanya 'Pak Tamliha, PPP mau muktamar kan?' Iya, 'Pak Tamliha mau maju jadi ketua umum?' Pak, Bapak kan lama merawat Gerindra. Ketua PPP itu mesti punya duit, tapi tidak pelit. Jadi, terserah Bapak siapa yang mau dicalonkan oleh Presiden. 'Oh, nggak ada katanya'. 'Pak Tamliha maju?' Nggak. Saya nggak punya duit. Maksudnya, duit yang triliunan gitu. Kemudian, siapa saja calon-calonnya? Saya disebutkanlah satu persatu.

Di akhir pertemuan, beliau bilang, jangan salah pilih lagi ya. Saya tidak ingin menyampaikan di sini pembicaraan yang secara penuh. Sambil berdiri, dia bilang, PPP jangan lagi salah pilih.

Saya membuat dua tafsir. Tafsir yang pertama, Apakah jangan lagi salah memilih calon Presiden? Prabowo bukan calon Presiden yang di ini PPP kan? Ataukah salah pilih memilih ketua umum. Dua hal itu mesti dicermati betul menjelang muktamar itu. Kalau orang PPP mau koreksi diri.

Pertanyaan: Pesan untuk Calon Ketua Umum dan PPP?

Jawab: Belajar dari kelebihan partai lain dan koreksilah partai PPP

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan