Minggu, 2 November 2025

Proyek Kereta Cepat

Whoosh Berbuntut Utang Rp116 Triliun, Sekjen PDIP Ungkap Megawati Lebih Usulkan Hal Ini ke Jokowi

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku menjadi saksi bagaimana Megawati berulangkali menanyakan, apakah Whoosh benar-benar dibutuhkan masyarakat.

|
Dok. Agus Suparto BPMI Setpres
PROYEK KERETA WHOOSH - Dalam foto: Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berfoto dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta Timur, sebelum berangkat menuju Stasiun Padalarang, Jawa Barat, Rabu (13/9/2023). 

Ringkasan Berita:
  • KCJB alias Whoosh merupakan salah satu proyek mercusuar yang dibangga-banggakan oleh Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
  • Whoosh belakangan menuai sorotan tajam, karena terkuak sejumlah polemik, terutama beban utang proyek yang mencapai sekitar 7,27 miliar dollar AS atau Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500).
  • Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memiliki usulan lain untuk Jokowi ketimbang membangun kereta cepat.

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengungkap, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri memiliki usulan lain daripada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh.

Whoosh sendiri merupakan salah satu proyek mercusuar yang dibangga-banggakan oleh Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi), lantaran diklaim sebagai kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, dengan trase 142,3 kilometer.

Proyek ini dinilai sebagai alternatif solusi dalam mengatasi kepadatan arus transportasi Jakarta-Bandung yang selama ini bergantung Jalan Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) dan Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi).

Namun, belakangan Whoosh menuai sorotan tajam, karena terkuak sejumlah polemik, terutama beban utang proyek yang mencapai sekitar 7,27 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp116 triliun.

Hasto mengaku, dirinya menjadi saksi saat Megawati yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PDIP itu berkali-kali menanyakan, apakah proyek kereta cepat ini benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.

Sebab, ada banyak aspek yang dinilai seharusnya lebih diutamakan, seperti pendidikan, pertanian, maupun IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi).

Hal ini disampaikan Hasto saat berbicara kepada awak media di sela-sela Seminar Internasional Peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Perpustakaan Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2025).

"Ya, kalau kita lihat kemarin kami laporkan kepada Ibu Megawati Soekarnoutri dan saya menjadi saksi bagaimana Ibu Mega berulang kali menyampaikan bahwa apakah rakyat memang memerlukan kereta api cepat tersebut?" ungkap Hasto.

"Bukankah kebutuhan-kebutuhan rakyat untuk pendidikan, bendungan-bendungan bagi para petani, kemudian menyediakan pupuk pada masa tanam itu jauh lebih penting?"

"Termasuk bagi keperluan pendidikan, kepentingan research, bagi membangun daya bangsa kita."

Hasto mengungkap, Megawati telah menyarankan, lebih baik membangun double track atau jalur ganda kereta api daripada membuat kereta cepat.

Baca juga: Diminta Relawan Jokowi untuk Siap Mental jika Ditetapkan Tersangka, Roy Suryo: Mereka Stres

"Saat itu Ibu Mega mengusulkan daripada kereta api cepat, lebih baik untuk membangun double track kereta api," jelas Hasto.

Adapun double track atau jalur ganda adalah jalur kereta api dengan dua rel, berbeda dengan jalur tunggal yang kereta apinya dapat berbagi jalur yang sama di kedua arah.

Selain itu, kata Hasto, ada saran juga untuk mengembangkan transportasi publik di Sumatera.

"Termasuk misalnya di Sumatera itu kan perlu terobosan transportasi publik. Jadi paradigma transportasi publik bagi kepentingan publik itu jauh lebih dikedepankan," tuturnya.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved