Gelar Pahlawan Soeharto
Survei 80,7 Persen Responden Dukung Gelar Pahlawan Soeharto, Rocky Gerung: Seolah tanpa Kontroversi
Dalam tanggapannya, Rocky Gerung menilai, Soeharto didukung untuk dianugerahi gelar pahlawan nasional seolah tanpa ada kontroversi.
Selain itu, memori akan sekolah dan sembako murah (63,2 persen) serta stabilitas politik yang baik (59,1 persen) juga menjadi pertimbangan penting bagi responden yang mendukung.
Munculnya survei yang menunjukkan banyaknya pendukung wacana pemberian gelar hingga akhirnya Soeharto benar-benar resmi dianugerahi tanda kehormatan tersebut pun mendapat sorotan tajam dari Rocky Gerung, yang juga merupakan mantan Aktivis 98.
Cerminan Politik Seolah Ditentukan Hasil Survei
Dalam tanggapannya, Rocky Gerung menilai, Soeharto didukung untuk dianugerahi gelar pahlawan nasional seolah tanpa ada kontroversi.
Terlebih, ada survei yang menunjukkan banyak responden yang mendukungnya.
Sehingga, kata Rocky, survei KedaiKOPI tersebut merupakan cerminan permasalahan bahwa politik di Indonesia saat ini banyak ditentukan oleh hasil survei.
Bahkan, mantan dosen filsafat di Universitas Indonesia (UI) menyebut, hasil survei menggambarkan bagaimana sejarah juga dijadikan permainan statistik.
"Tanpa kontroversi mantan Presiden Soeharto ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Bahwa seolah memang tidak perlu kontroversi lagi karena lembaga survei sudah memutuskan 80 persen rakyat Indonesia memilih Presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional," kata Rocky, dikutip dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube-nya, Rocky Gerung Official, Senin (10/11/2025).
"Nah, di situ problemnya bahwa politik akhirnya hanya ditentukan oleh hasil survei."
"Kita mulai menduga, ada semacam upaya untuk bukan sekedar memalsukan sejarah, tapi membuat sejarah itu berubah menjadi permainan survei. Sejarah menjadi permainan statistik."
Kemudian, Rocky Gerung menyoroti tokoh-tokoh berhaluan kiri (yang diasosiasikan dengan ide-ide seperti kebebasan berpendapat, persamaan derajat, solidaritas, pembelaan hak-hak, perjuangan sosial, dan reformasi) di kabinet yang tidak mencoba memprotes atau setidaknya meminta pertimbangan ulang tentang wacana gelar pahlawan nasional untuk Soeharto.
"Apalagi kalau kita mau jujur, fraksi kiri di kabinet tidak bersuara tuh. Menteri-menteri yang berasal dari kalangan kiri itu mengiyakan hasil survei itu," jelas Rocky.
Akademisi kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 20 Januari 1959 ini pun melontarkan sindiran, saat ini, matematika dalam riset survei hanya dijadikan pembenaran bagi nilai politik tertentu.
"Jadi sekarang kita dituntun oleh semacam algoritma lembaga survei bahwa apa yang kita sebut matematika itu sebetulnya hanyalah upaya untuk memberi pembenaran pada satu nilai politik," papar Rocky.
"Ini yang jadi soal, bahwa matematik itu cuman alat untuk berpolitik, bukan tujuan berpolitik."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.